Daffi POV
" Thanks Mil. Berkat lo aku jadi semangat ngelanjutin skripsiku." aku tersenyum menatap Camila yang sedang menyantap sepiring bakmi goreng.
Camila mendongak menatapku tak lupa dengan senyumnya yang bagiku sangat menenangkan.
" sama-sama Kak. Lagi pula kan sayang tinggal skripsi masak dianggurin. Kapan mau dapat gelar nya kalau kak Daffi males malesan gitu."
" aku ga males Mila sayang..... Cuman lagi fokus karir."
Mila mencebik, kucubit kedua pipinya yang memerah.
" ish sakit kak.... "
Aku tergelak melihat Camila yang kini mengusap-usap pipinya. Gadis ini sungguh menggemaskan.
Sejak Nath memutuskan kembali ke Austalia aku merasa sangat kehilangan. Sosok gadis bule yang telah mencuri hatiku pergi begitu saja tanpa sempat aku mengungkapkan perasaanku padanya.
Tapi kehadiran Danisha juga Camila banyak membantuku hingga perasaanku kembali tenang dan sedikit bisa melupakan sosok Nathalie.
Terlebih dengan adanya Camila entah mengapa aku merasa nyaman bersamanya. Seperti sore ini selepas Mila pulang dari kampus aku sengaja mengajak nya makan. Kadang aku kasian melihatnya yang kelelahan.
Aktifitas yang padat dan banyak nya tugas membuat Camila hampir tak ada waktu luang.
Aku salut padanya. Gadis itu tak pernah mengeluh sedikitpun bahkan yang kulihat Camila terlihat begitu bersemangat. Menurut cerita yang kudengar, menjadi dokter adalah cita-cita yang telah diimpikan
Camila sejak kecil. Oleh sebab itu Camila menjalani semua dengan hati bahagia.
Itu juga yang akhirnya membuka hatiku bahwa aku telah merugi karena selama ini telah menelantarkan kuliahku. Padahal jika aku mau, tinggal mengerjakan skripsi dan selesai. Aku bisa mendapat gelar sarjana
sesuai dengan yang ayah dan ibuku harapkan.
Berkat Mila juga yang selalu memotivasiku akhirnya aku memutuskan jika di semester ini aku akan mulai melanjutkan skripsiku yang tertunda.
" Mil, nonton yuk." ajak ku
" besok saja kak. Aku masih ada tugas . Nanggung entar kalau kutinggal nonton."
" its oke ga papa. Besok ya."
" hmm... Camila mengangguk."
------
Camila tampak cantik sore ini. Sesuai janjiku kemarin aku akan mengajaknya nonton. Ini bukan kali pertama nya kita nonton. Aku, Mila, Danisha bahkan kadang bersama Kak Ken juga. Kita sudah beberapa kali
pergi nonton bareng.
" kamu cantik Mil. " pujiku tak berbohong.
" sejak kapan sih Kak Daffi suka ngerayu aku."
" ini bukan rayuan tapi pujian."
Mila tersenyum simpul menerima helm yang kuulurkan padanya. Aku sengaja menjemputnya ke rumah karena kebetulan ini adalah malam minggu.
" sudah siap."
" sudah."
Mila sudah duduk manis di boncengan motor besarku. Menikmati momen berdua bersama Mila melupakanku akan keberadaan Nath yang beberapa waktu lalu selalu menghantui hariku.
Apakah aku menyukai Mila sekarang?
Mungkin iya. Tapi aku sendiri masih tak yakin akan perasaanku padanya. Apakah
ini hanya perasaan suka karena terlalu nyaman bersama Mila. Ataukah aku memang
sudah mulai jatuh cinta padanya karena seringnya kami bersama. Ah aku masih bingung.
-----
" Mil....." mila menoleh mendengar panggilanku. Sedetik kemudian dia menunduk melihat tautan tangan kami. Aku
makin mengeratkan genggaman tanganku.
Kita berdua sedang berada didalam bioskop. Tapi bukan nya aku menikmati film yang sedang diputar melainkan aku sibuk mengamati gadis cantik yang duduk disebelahku ini. Teringat bagaimana tadi saat berada di
boncenganku, Mila memeluk pinggangku dengan erat. Selama ini dia tak pernah memeluk ku seperti itu. Biasanya ujung jaketku yang digunakan nya untuk berpegangan. Jangan salahkan aku jika jadi baper kan.
Mila masih tampak tersipu. Aku dapat melihatnya dikeremangan ruangan ini. Genggaman tanganku juga belum kulepaskan. Aku masih tersenyum merasakan kehangatan momen ini.
" Mila.... Apa aku berlebihan jika merasa terlalu nyaman bersamamu seperti ini." ucapku.
Mila mendongak menatapku.
" eum.. Maksud kak Daffi ?." tanyanya.
" aku ingin kita bisa selalu dekat seperti ini. Mungkin terlalu cepat jika kukatakan aku menyukaimu. "
Mila terhenyak, mungkin dia terkejut mendengar ucapanku.
" Mila, maukah kamu mencoba untuk menjalin hubungan denganku. " tanya ku padanya yang teredam nyaringnya suara dari layar di depan sana. Aku dan Mila masih berada di dalam bioskop dan mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan seluruh isi hatiku padanya.
Tapi aku sudah tak bisa menahan lagi. Dan ini adalah sebuah kesempatan yang tak akan kusia-siakan.
" Kak.... Aku.... Aku...." jawab Mila terbata.
Sepertinya Mila masih bingung jika kulihat dari ekspresi nya.
" kamu tak perlu menjawabnya sekarang."
" Kak. Selama ini aku belum pernah menjalin hubungan dengan seorang pria lebih dari sekedar sahabat. Jadi mungkin kita jalani saja dulu apa yang ada sekarang. Aku belum bisa menjanjikan apapun pada
kak Daffi."
" its oke Mil. Ga papa. Kita jalani dulu saja seperti ini. Aku sudah cukup senang. "
" Kak, aku jujur sama kak Daffi. Dari dulu aku tuh sudah suka sama kak Daffi. Aku nge-fans kak Daffi sejak dulu. hingga sekarang pun aku masih menyukai kak Daffi. Tapi..... "
" tapi apa. " aku mengernyit penasaran dengan apa yang disampaikan Mila.
" tapi aku tahu jika kak Daffi menyukai Nath."
Astaga kenapa aku bisa lupa jika beberapa waktu ini aku memang sangat terobsesi pada Nathalie. Mungkin karena Nathalie adalah seorang bule.
Tiba-tiba lampu menyala dan sebagian penonton sudah berdiri untuk beranjak keluar. Aku pun ikut berdiri masih dengan menggenggam tangan Camila, kami berdua keluar dari gedung bioskop.
" kita makan dulu ya." ajak ku dan Camila mengangguk setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Salanti Nayla
waduh lali nek jilbaban
2021-05-31
1
Dwi setya Iriana
oooooo kok bisa ya jadinya
2021-05-03
0
Supartini
nyimak
2021-01-10
0