Camila POV
Daffi Juliandra, satu nama yang masih kuingat dengan sangat baik. Cowok pertama yang membuatku terpesona dikala aku mulai menginjak usia remaja. Dia adalah mantan kakak kelas sewaktu SMP. Pertama kali bertemu dengannya saat aku baru mulai masuk menjadi salah satu siswi baru di SMP Negeri di kotaku. Kak Daffi yang sudah lulus SMP diundang pada acara penutupan MOS. Dia bersama kawan-kawan nya yang tergabung dalam sebuah grup band lokal. Pembawaan nya yang kocak dan ditunjang dengan wajah yang tampan mampu mencuri perhatian ku.
Sekali dua kali hingga beberapa kali bertemu dengan nya selalu berhasil membuatku salah tingkah dan selalu deg deg an. Padahal aku yakin jika kak Daffi tidak tahu tentang perasaanku karena memang kita tidak saling
mengenal. Aku hanya mampu mengagumi nya tanpa berani berkenalan langsung dengannya. Hingga suatu ketika kita tak sengaja dipertemukan di dalam satu panggung saat acara pensi sekolah.
Ah, hanya mengingat nya saja bisa membuatku senyum senyum nggak jelas seperti ini. Tapi dengan perlahan senyumku hilang berganti dengan kesedihan tatkala teringat sesuatu. Kak Daffi sepertinya menyukai Nathalie. Kenapa aku bisa berasumsi seperti itu? Ya karena dari gerak geriknya sudah jelas sekali menunjukan semuanya.
Berawal saat malam dimana aku diculik oleh om sarap, kak Daffi mengawal Nathalie hingga tiba di rumah. Selanjutnya baru kemarin kak Daffi yang menguntit Nath sampai di rumah yang justru bertemu dengan Kak Danisha. Mereka saling kenal karena ternyata kak Daffi dan kak Danisha adalah saudara ipar.
Padahal baru aja aku bercerita dengan Kak Danisha jika aku jatuh cinta pada kak Daffi. Ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan. Kalau begini kan aku jadi malu. Oh iya kira kira kak Danisha tau apa engga ya jika kak Daffi menyukai Nath.
Ponsel yang berada di atas nakas bergetar, menyadarkanku akan pemikiran tentang kak Daffi.
" Danu..... Ngapain dia nelpon. Angkat nggak ya..." aku menimbang nimbang antara ingin mengangkat telpon dari Danu atau enggak. Tapi panggilan sudah terputus. Tak berselang lama kembali lagi nama Danu yang tertera di layar Ponsel ku. Kuputuskan untuk menjawabnya saja, siapa tau ada hal penting yang ingin Danu sampaikan.
" Hai Mil...."
" Iya... Ada apa. Tumben nelpon."
" Mila....." Danu menjeda ucapan nya dan aku masih diam menunggu nya bicara.
" Aku mau pamit." Ucapnya lagi.
" Pamit.... Maksudnya pamit kemana ?" tanyaku pada Danu
" Aku mau melanjutkan study ke London."
Hening.... Danu menghentikan ucapan nya.
" London ? Kamu mau kuliah disana."
" Iya.... Eum Mil.... Apa aku boleh ke rumahmu."
" Mau ngapain! "
" Pamit.... "
" Ini kan sudah pamit. "
" Iya tapi aku ingin melihatmu sebelum aku berangkat. "
" Memang kapan berangkat nya."
" Nanti sore."
" Nanti sore....."
Kuulangi kembali ucapan nya. Jujur aku kaget mendengarnya. Danu cowok biang onar yang telah kujadikan teman. Danu adalah tipe teman yang setia kawan diluar dari sifat badboy nya. Entah sudah berapa puluh kali dia menyatakan cinta padaku dan selalu kutolak.
" Mila.... Aku pengen kamu anter aku ke Bandara. Plis mau ya.... Aku ga pernah minta macem macem ke kamu kecuali minta kamu jadi pacarku."
" Aduh gimana ya Dan. Dirumah ga ada orang. Bundaku sedang tidak di rumah. Aku harus jaga rumah."
Bunda dan Nath baru saja pergi berbelanja dan bisa dipastikan mereka akan sampai kerumah malam hari.
" Mil... Please... kali ini saja ya... Please... Sejam lagi aku jemput kerumahmu. Bye... "
Sambungan telpon diputus sepihak oleh Danu. Kuletak kan kembali ponsel ku diatas nakas. Bagaimana ini, rasanya tak tega menolak Danu. Selama ini Danu telah begitu baik menjagaku. Apa iya setiap permintaan Danu selalu kutolak.
Aku keluar kamar dan menengok kamar Kak Danisha yang ternyata pintunya terbuka sedikit.
" Kak Danisha.... Kapan kakak pulang kok aku nggak tau. "
" Barusan kok. Kebetulan tadi pas datang ketemu Bunda sama Nath di depan. "
" Hmm Kak..... boleh ga aku keluar sebentar."
" Mau kemana"
" Ke Bandara Kak."
" Bandara? Mau ngapain."
" Anter temen aku Kak. Dia mau kuliah di London. Barusan nelpon minta aku ikut nganter ke Bandara."
" Cewek apa cowok."
" Cowok Kak. Namanya Danu."
" Danu?... Danu temenmu yang kamu bilang biang onar itu. Yang berkali kali nembak kamu. "
Aku mengangguk. Memang aku pernah cerita pada kak Danisha
mengenai Danu. Sejak kehadiran kak Danisha di rumah ini aku jadi punya teman
curhat. Usia kak Danisha juga hanya terpaut satu tahun diatasku. Jadi jika diajak bergosip selalu nyambung . Beda jika curhat dengan Bunda yang ujung-ujungnya pasti berakhir dengan ceramah persis kayak ustazah yang lagi memberi tausiyah.
" Pergi aja ga apa. Jangan lupa pamit Ke Bunda."
"Kak Danisha sendirian loh di rumah emang berani."
" Berani lah. Lagian kak Ken bentar lagi juga pulang kok."
" Cie.... yang sudah kangen sama abang Ken..."
" Apaan sih.... Sudah sana mandi katanya mau anter temenmu." terlihat sekali jika Kak Danisha tersipu malu. Pasalnya semalem
Nath memergoki kak Danisha dan kak Ken yang sedang berciuman.
Saat Nath cerita, aku yang mendengarnya antara kaget juga seneng. Setahun kak Danisha tinggal bareng kami disini, selama itu aku nggak pernah melihat mereka begitu intim seperti adegan ciuman yang dilihat Nath.
Kamar mereka saja terpisah. Dan yang kutahu Kak Ken masih terjebak dalam cinta masa lalu nya. Susah move on meski pun sudah ada Kak Danisha yang resmi menjadi istrinya. Kadang aku merasa kasihan melihat kak Ken
yang begitu cuek pada Kak Danisha. Kak Ken selalu memperlakukan Kak Danisha sebatas sebagai adik sama perlakuan nya dengan ku dan juga pada Nath. Padahal seharusnya
Kak Ken memperlakukan Kak Danisha seperti layaknya seorang istri. Meski aku miris melihatnya tapi tak sekalipun aku berani mencampuri urusan rumah tangga mereka. Toh yang menjalani mereka dan sejauh ini kulihat mereka baik-baik saja.
---------
Disinilah aku berada saat ini. Di Bandara Juanda Surabaya. Sejam yang lalu Danu yang diantar oleh sopir nya menjemputku kerumah. Tak banyak yang Danu bicarakan mengenai studinya di London. Dia hanya bercerita jika dia ingin bersekolah dengan benar agar bisa sukses dan membuat keluarga nya bangga
padanya. Tak heran jika selama ini Danu adalah biang onar yang kerap bermasalah. Dan begitu melihat keseriusan nya kali ini aku begitu terharu. Seorang Danu ternyata juga mempunyai sebuah impian untuk masa depan.
Suara dering ponsel memecah keheningan diantara kami. Aku sendiri juga tak tahu apa yang sedang dipikirkan Danu. Tapi melihat nya yang tak banyak bicara aku bisa menyimpulkan jika sebenarnya dia berat untuk memutuskan kuliah diluar negeri.
" Ya, hallo uncle... Aku sudah menunggu di bandara. Uncle cepet kesini sebelum pesawatku berangkat."
".........."
" Oke baiklah. Hati-hati di jalan. Jangan ngebut. Aku pasti nungguin uncle disini. Bye."
Samar aku mendengar Danu sedang berbicara di telpon. Uncle....Apa jangan-jangan yang menelepon adalah om nya yang sarap itu. Mengingat saat aku pernah dibawa paksa oleh om sarap itu tanpa kusadari aku begidik ngeri. Jangan sampai aku bertemu lagi dengan nya.
" Mila...!!!! " aku mendongak menatap Danu yang sudah duduk di sebelahku.
" Mila.... mau kah....." Danu membuang nafas kasar. " Maukah kamu menungguku hingga aku kembali. Aku janji akan belajar sungguh-sungguh. Tidak akan ada lagi Danu si badboy. Aku akan datang padamu jika aku sukses nanti. satu yang kupinta darimu. Tunggu aku. "
Aku diam membisu. Bibirku terkatup ratap tak dapat menjawab sepatah katapun. Aku terlalu shock. Benarkah ini Danu teman SMA ku. Kenapa seorang badboy bisa se-mellow ini.
Danu memintaku untuk menunggunya. Menunggu bagaimana maksudnya. Aku masih belum berhasil mencerna kata-katanya saat kudengar suara dehemen seseorang.
"Ehem... “
Danu berdiri dan memeluk uncle nya.
" Uncle... Aku titip oma dan opa.... Jaga mereka baik-baik. Dan satu lagi. Aku titip gadis cantik ini ya." Danu menunjuk ku.
" Mila... Kenalin ini uncle ku. Uncle Dirga namanya."
Aku hanya menanggapi dengan senyuman. Ah apa Danu tak tahu jika aku sudah kenal dengan om nya yang sarap ini.
" Uncle, aku harus berangkat sekarang. Doakan semoga aku berhasil."
" Belajar yang bener. Jaga diri baik-baik. Uncle menunggumu pulang dengan membawa kesuksesan."
" Aku janji akan kuliah dengan benar. Aku tak akan membuat kalian kecewa. Oh iya sampaikan salam ku pada daddy jika suatu saat om bertemu dengan nya. "
" Jadi daddy mu ga tahu kamu berangkat hari ini. " Danu menggeleng dan kulihat si uncle mengusap wajahnya frustrasi.
Aku tak tahu apa masalah dalam keluarga mereka. Meski tingkat kepingin tahuanku begitu tinggi, aku berusaha membentengi diri untuk tidak bertanya apapun tentang keluarga mereka yang sejak awal sudah kutahu ada yang tidak beres.
" Mila... Aku berangkat. Jaga diri baik-baik. Jangan lupa ingat pesanku tadi."
Aku mengangguk.
" Boleh aku peluk kamu." Danu bertanya padaku dan kujawab dengan senyuman.
Danu memeluk ku begitu erat. Hampir saja cairan bening yang sudah berkumpul dipelupuk mataku jatuh saat sebuah tangan besar memisahkan tubuh kami berdua. Siapa lagi pelakunya jika bukan uncle Danu yang sudah kuberi julukan om sarap. Danu nampak ingin protes sebelum uncle nya merangkul pundak Danu dan ganti memeluknya. Sungguh aku ingin tertawa apa si om sarap itu tak rela jika keponakan nya kupeluk sampai sampai tubuhku dan tubuh Danu dipisah secara paksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Dirga cemburu Danu meluk kamu 😂😂😜
2023-10-22
0
Qaisaa Nazarudin
Ouh istrinya Keenan yg Nath nilang masih muda itu ya,, maaf thor aku pelupa, maklumin aja 🤣🤣
2023-10-22
0
Qaisaa Nazarudin
Eh bukan kah Danisha yg ini udah nikah ya katanya Keenan suaminya ngurus perusahaan di luarnegri itu ya??🤫🤫
2023-10-22
0