Kiara membuka matanya antara mimpi dan nyata. Ia merasa sedang dicumbui Bram. Hm, ternyata benar. "Kamu sudah bangun sayang." Bram melepas cumbuannya.
Ia menggunakan cara ini untuk membangunkan Kiara, eh malah anggota tubuhnya sendiri ikut bangun.
Bram memeluk Kiara sangat erat berharap tubuh mereka melebur jadi satu.
"Uh, Bram aku gak bisa napas." Kiara menggeliat, kaki ramping Bram nan panjang mengikat tubuhnya. Dan yang membuat risih adalah benda yang mengacung di area bawahnya itu sangat mengganjal.
"Auw!! " Kiara terkejut dan teriak, dengan sekali sentak benda itu sudah di dalam tubuhnya.
"Selagi ada kesempatan akan kusatukan tubuh kita sesering mungkin." Bram menyeringai.
Ahh, dasar!
Bram beranjak dari tubuh Kiara dan membawa gadis itu membersihkan diri.
Setelah mengantar Kiara pergi kerja, ia akan ke Bridal fitting baju bersama Evita.
*****
Hati Alisha menjadi tenang setelah melihat kedatangan Bram ke Bridal. Janji jam empat sore ternyata ia telat setengah jam.
Sudah ada Evita dan mamanya, tante Karen Bram menyapanya.
Bram tersenyum tipis pada Evita, Evita tersenyum lebar pada Bram. Seperti biasa lelaki pujaannya ini selalu saja membawa wajah tampannya itu kemana-mana, menambah rasa cinta di hatinya semakin dalam saja.
Bram duduk di sebelah Alisha, ia mengecup pipi mamanya itu dengan sayang.
Evita yang melihat itu pun jadi cemburu, duduk di samping Bram meraih wajahnya dan menyesap ujung bibirnya.
Melihat itu Karen dan Alisha membuang muka merasa malu. Walaupun mereka terbiasa dengan budaya barat tapi sekarang ini mereka lagi di Indonesia. Bersikap intim di muka umum dan di depan orang tua sangatlah tidak sopan.
Bram membuang wajahnya dari Evita hatinya sangat kesal, tidak menyangka wanita siluman ini semakin agresif saja. Kalau bukan karena ia masih butuh bibirnya untuk mencium Kiara, ingin saja ia merobek bibirnya sendiri. Tangannya mengepal menahan marah.
"Aku kangen sama kamu Bram." Evita menggelayut manja di lengan Bram menyandarkan kepala di bahunya.
"Jaga sikap kamu Evita!" sergah Bram akhirnya gak tahan juga.
"Evita, jaga sikap kamu!"
Karen menegur putrinya itu agar tidak keganjenan di depan orang ramai.
Apalagi di depan Alisha, ia malu kelihatan sekali putrinya itu yang tergila-gila.
Belum nikah juga main nyosor aja. kayak gak diajarin orang tua, dalam hati Karen melotot pada Evita.
Para asisten Bridal tersenyum mempersilahkan Evita dan Bram ke ruang ganti untuk mencoba beberapa model terbaru.
Evita merengut melepaskan Bram berjalan mengikuti asisten bridal masuk ke ruang ganti.
Karena pernikahan cuma pada akad saja dulu, sementara ini mereka hanya memesan satu kebaya untuk Evita dan satu jas untuk Bram.
Mengenai pesta Bram menundanya sampai seratus hari papanya.
Evita menyetujui, katanya menghargai keluarga Bram yang masih berduka. Baginya sah dan resmi menjadi istri Bram itulah point utamanya.
Pilihan jatuh pada kebaya brokat modifikasi berkerah shanghai berwarna putih susu, Bram juga sudah mendapatkan jasnya.
Evita meminta Bram berdiri di sebelahnya dan Mama Karen mengambil beberapa photo mereka dengan ponsel Evita.
"Lihat, cantik kan Bram kita sangat serasi." senyum Evita pada Bram menunjuk layar di ponselnya.
Bram mengangguk tersenyum tipis. Itu juga sudah cukup lumayan. Karena sudah diwanti-wanti Alisha agar bersikap hangat pada Evita. Memandang sikap dingin Bram pada semua orang, baik pada orang yang disukainya apalagi pada orang yang tidak disukainya.
Melihat keagresifan Evita pada Bram, sedikit banyak Alisha merasa senang. Ia yakin setelah menikah Evita gak akan membiarkan suaminya itu diganggu yang namanya pelakor.
****
Selanjutnya makan malam dua keluarga. Tuan Raharja Sibolon papa Evita menyempatkan diri untuk hadir di sela-sela kesibukan sosialisasinya.
Alisha memanggil Arjit adiknya untuk menemaninya dan Bram, menggantikan mendiang suaminya Tuan Pramudya.
Mengingat mendiang suaminya Alisha merasa sesak di dada. Kepergiannya yang tiba-tiba masih belum bisa ia terima sepenuhnya, ia membuang muka menghapus bulir bening yang menggenang di sudut matanya.
Seperti biasa Bram hanya diam gak banyak bicara, pikirannya pada Kiara. Baru beberapa jam saja rindu sudah melanda hatinya.
"Gimana Bram, sudah terbiasa dengan suasana kerja?" Raharja membuka duluan percakapan dengan calon menantunya yang dingin dan kaku itu.
"Ah, iya Om." jawab Bram tersenyum seadanya.
Melihat itu Arjit menyambungnya bicara, "Bram sangat cepat menyesuaikan diri, terbukti dengan beberapa klien yang sempat ragu bekerjasama sekarang sudah bergabung. Harga saham juga naik bahkan lebih tinggi dibanding saat kepemimpinan Papanya. Itu berkat dukungan yang diberikan Tuan Raharja Sibolon company yang baik hati." jelas Arjit menambahkan progres kemajuan keponakannya itu, tak lupa ia sedikit menjilat.
Raharja tersenyum remeh, "Bram, kalau kamu gak terlalu suka dengan kerja kantoran kita bisa serahkan pada profesional. Kamu bisa mengerjakan hal-hal yang kamu sukai."
Bram diam memperhatikan, sekarang ia lagi berperan jadi pendengar yang budiman.
"Walaupun kamu berbakat dalam bidang Management dan cakap dalam memimpin, tapi zaman sekarang sudah lebih mudah. Hidup harus dinikmati, biarkan orang yang bekerja kita yang memanen hasilnya." jelas Raharja lagi
Seperti dirinya dan keluarganya. Raharja menggunakan jasa profesional untuk menumpuk harta dan memelihara anjing-anjing penjaga yang loyal dan setia untuk menjaga hartanya itu.
"Tapi sebaiknya Bram memiliki pengalaman lapangan dulu, begitu menurut saya Tuan Raharja." Alisha menimpali dengan sopan dan suara rendah. Mengingat pengaruh orang yang di depannya ini sangat kuat dan disegani baik kolega maupun lawan bisnisnya.
"Saya akan memperhatikan jika sekiranya Om bersedia menasehati saya dan akan bekerja keras membuat Mama senang." ditekan Bram kata yang membuat mamanya senang.
Raharja mengangkat ujung bibirnya tersenyum basi, ia bukannya lepas tangan membiarkan Bram begitu saja. Tentu semua tak luput dari pengawasannya. Raharja menerima Bram hanya demi Evita.
Sedikit saja Evita terluka maka tiada ampun bagi siapa pun, walaupun begitu Raharja gak masuk campur dalam hal perasaan putrinya. Hanya setelah ia mengeluh dan minta pertolongannya baru dia akan bertindak.
Kelemahan Raharja hanya Evita. Begitu banyak pria tampan dan lebih kaya dari Bram, kenapa justru putrinya ini sangat tergila-gila padanya. Gak bisa move on katanya, cis ada-ada saja. Padahal ia tahu Bram gak pernah berminat pada putrinya Evita.
Bram menunduk menatap ponselnya di bawah meja. Ia sudah kangen ingin bersatu dengan Kiara.
Makan malam pun berjalan dalam diam. Karen, mamanya Evita juga tidak mengeluarkan suara. Ia hanya melempar senyum sebagai basa-basinya.
Evita hanya mengaduk-aduk makanan nya. Ia terlalu bahagia merasa kenyang
hanya memandangi wajah Bramasta.
Alisha dulu tidak terlalu suka pada Evita yang manja, ia lebih menyukai Rahel yang jadi menantunya. Lebih mandiri dan dewasa. Tapi karena hubungan keluarga yang telah renggang, ia membuang jauh harapannya.
*******tbc
hi readers, thanks ya udah ngikutin. Like dan votenya jangan lupa. Semoga menjadi berkah buat anda semua. Love you all 🙏😘.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
kiara nya mau mauan hahahaha
2021-05-08
1
Rosemary
Kok malah sama Evita sih huhuhhh😭
2021-04-15
2
Conny Radiansyah
ganjen banget Evita
2021-04-13
1