Maka setelah menyerahkan pesanan itu pengantar Pizza langsung tancap gas, seketika ia shock saat terlihat bayangan samar menuruni tangga lewat di belakang Bram. Motornya hampir menabrak sesosok bayangan hitam jika ia tidak cepat menekan break.
Shit!
"Meuww!!" jeritan kucing terkejut menambah bulu di kuduknya kian meremang.
Dan saat kucing itu melompat ke arahnya, ia pun terkencing di celana.
Wuuzz...
Motornya yang hampir oleng dikebutnya dengan kecepatan maksimal meraung memecah kesunyian jalanan.
"Sayang, kenapa turun?" setelah menutup pintu Bram berbalik, melihat Kiara yang berbalut selimut hanya wajahnya saja yang kelihatan Bram pun terkekeh. Jangankan pengantar pizza, ia sendiri kaget melihat Kiara terbungkus selimut putih.
"Aku takut sendirian di kamar." rengek Kiara manja.
"Kamu itu lebih menakutkan." Bram mencubit pipi Kiara gemas kemudian ia memberi kotak Pizza ke tangan Kiara dan menggendong gadis itu kembali naik ke kamar. Seperti monyet menggendong anaknya, lengan Kiara mengalung di leher kakinya melingkar di pinggang.
Dibumbui ciuman-ciuman Kiara, Bram menapaki anak tangga selangkah demi selangkah.Tak sengaja Kiara melirik bingkai besar, ia terkejut. Salah satu mata orang di gambar itu seolah berkedip padanya
"Aaakh! " Bram meringis.
"Sori, sori!"
Tanpa sadar Kiara menggigit Bram, diusapnya lembut bibir merah yang manyun itu.
Bram menurunkan Kiara di sisi ranjang, mereka makan di bawah beralas karpet. Aroma pizza menambah rasa lapar, mereka makan dengan tenang. Sesekali Bram menyuapi Kiara begitu sebaliknya.
Setidaknya tadi Kiara ada makan sama Laras saat pulang kerja, Bram hanya makan sekeping roti bakar dan segelas susu saat sarapan. Sebulan ini ia sangat merindukan Kiara.
Karena kesibukan meeting sana sini, merayu pemegang saham agar berpihak padanya. Negosiasi dengan klien yang tiba-tiba batalin kontrak, kecapean sampai-sampai ia tidak selera makan.
Tadi sore saat Bibi Dwi datang ke rumah besar sendirian tidak ada Kiara. Mamanya akan sibuk mempersiapkan pernikahannya bersama Bibi Dwi, Bram bergegas menemui Kiara.
"Sayang, makan yang banyak biar kamu ada tenaga, ingat aku akan menghajarmu sebentar lagi." ujar Bram dengan nada mengancam.
Padahal ia tahu tanpa diancam pun tadi Kiara sudah sangat tegang dan ketakutan, walau gadis itu mencoba relaks.
Bram menangkap tangan Kiara yang hendak mencubit dadanya dan meletakkannya di area bawah perutnya yang mengeras.
"Ish." desis Kiara jengah. Tubuh Bram berdenyut, ia meringis saat jemari Kiara membuat urutan lembut.
"Ka Bram juga makan yang banyak, jangan sampai projeknya gagal karena lapar." ujar Kiara dengan mulut penuh pizza.
Ahh, aku pasti sudah gak waras.
LOL.
Bram melempar pizza-nya langsung menerkam Kiara, membawa naik ke ranjang dan menghimpit tubuhnya. Menghujaninya dengan ciuman, menikmati bibir rasa Pizza hot meat lovers. Ia sudah gak bisa mengontrol emosi, nafsu yang dari tadi ditahannya sudah naik ke ubun-ubun, membuat pening kepalanya kalau tidak segera dituntaskan.
Kiara sudah menyiapkan mentalnya, menerima dan membalas ciuman Bram dengan penuh cinta. Mereka bergelung, bantal guling dan selimut terlempar entah kemana. Kiara ingin segera bersatu dengan kekasihnya, memberi celah bagi Bram memasuki dirinya.
Setelah merasa cukup pemanasan Bram memposisikan dirinya lagi, menatap sayu Kiara dengan suara lirih, "boleh?" tanyanya dengan hati-hati.
Kalaupun Kiara menggeleng kali ini, ia juga tidak akan maksa lagi. Dan saat gadis itu mengangguk, sekilat senyum di ujung bibirnya.
Kiara menahan napas menggenggam erat ujung bantal di atas kepalanya, terasa dingin saat milik Bram sudah standby di pintu masuknya.
Meski begitu Bram yang sudah tegang merasa gugup, bayangan Kiara yang meringis kesakitan menghantui pikirannya. Ditambah usia Kiara yang masih belia akan rusak karena ulahnya, hatinya ngilu mentalnya hampir down.
Aku harus tega, makanya cepat laksanakan tugasmu Bram!
Kiara menatap sayu ke manik Bram, 'please Bram', suaranya lirih tertahan di tenggorokan.
Kiara menahan perih yang amat sangat. Raganya sakit, hati dan jiwanya juga sakit, mengingat kekasihnya ini akan jadi milik orang lain. Dengan ikhlas ia merelakan semuanya, buliran bening mengalir di pipinya.
"Bram."
"I love you Kiara." tubuh Bram yang berpeluh-peluh ambruk di atas Kiara.
Huh, direngkuhnya gadis itu, menyemai benih cinta di dalam rahimnya.
"I love you too, Bram." isak Kiara mendekap tubuh Bram mencium pundak kekasihnya itu.
Hampir satu jam Kiara dihajar Bram, sekarang masih harus menahan berat tubuh pria ini. "Bram, ka Bram!" ditepuknya lembut pundak Bram yang masih terpejam di atasnya.
"Hm." desis Bram.
"Apa kita akan terus gini?" tanya Kiara nada khawatir.
"Hm." Bram masih terpejam.
"Bram jangan bercanda, kita bisa mati!"
Pekik Kiara tertahan. Ia pernah membaca beberapa artikel mengenai pasangan yang gancet saat berzinah, Kiara takut Tuhan akan menghukumnya begitu.
Bram mengangkat wajahnya menatap Kiara, "ayo mati bersama" katanya dengan mimik yang serius.
"Ka, jangan membuatku takut." Kiara mulai terisak sedikit histeris.
"Cup..cup..cup sayang maafkan aku." pujuk Bram dengan kasih sayang.
Bram ingin selama mungkin bersatu dengan Kiara kalau perlu selamanya, walau harus meninggalkan dunia ketempat di mana hanya ada mereka berdua.
******
Kiara merasakan mules di perutnya.
Aduh mau BAB, jam berapa ini. **S**yukurlah penyatuan sudah lepas kalau tidak bisa gawat.
Perlahan Kiara melepas pelukan lengan Bram di pinggangnya, kekasih hatinya itu tertidur pulas wajahnya tenang tanpa dosa.
Ia meraih ponselnya waktu menunjukkan angka 5.00 AM, ada beberapa chat dan juga panggilan.
Ke toilet dululah udah gak tahan, ahh.
Kiara memegang perutnya yang mules. Nyeri di area bawahnya, ia berjalan perlahan menuju kamar mandi. Sengaja pintu dibukanya lebar-lebar agar ia bisa melihat keberadaan Bram, atau agar Bram bisa melihat keberadaannya.
Sejujurnya karena ia takut dari kemarin ia merasa aura-aura mencekam di sekelilingnya. Bahkan saat Bram menungganginya gordyn melambai seperti kena hembusan angin padahal jendela tertutup rapat. Suara orang batuk dan berdehem, itu satu yang membuat Kiara semakin mendekap Bram.
Ingatan penyatuan dengan Bram menggelitik hatinya.
Ahh, sebentar lagi Bram akan jadi milik Rahel, tapi aku duluan yang mencicipinya.
Hm, apa kata Rahel kalau ia tau calon suaminya sudah bercinta denganku.
Ih, kok aku jadi jahat sih.
Sambil berpikir-pikir, Kiara menghidupkan keran mengisi air di bak. Ia duduk di kloset membuang hajat.
Suara apa itu?
Kiara menajamkan pendengarannya, diliriknya Bram masih pulas seperti bayi.
Berisik banget di bawah ada apa?
Kiara mematikan keran air, senyap!
Dihidupkannya keran air, suara berisik ada lagi.
Seperti ada orang memasak di dapur, tetangga kali buat sarapan.
Gumam Kiara menyiram kloset dan berjongkok membasuh tubuhnya. Penampakan kaki membuatnya buru-buru berdiri dan gayungnya terlempar.
Byuuurr...
****
Hi..readers, thanks ya. Kalau malas komen setidaknya like jempolnya atau vote juga boleh.
Love you All...🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
aku mampir
2021-04-17
1
Conny Radiansyah
koq jadi serem begini.
2021-04-12
1
rosa lini
Ko ada aura2 mistisnya thor?
2021-03-30
1