Bram tidak menoleh hanya melambaikan tangannya masuk ke lorong, dibalik ada kamarnya yang menghadap ke kolam.
"Dasar anak itu, semoga Evita bisa cepat mengambil hatinya." gumam Alisha yang masih bisa didengar Kiara, tangannya memicit-micit keningnya.
Ibu Dwi melirik Kiara, sana cepat ganti baju biar cepat pulang, begitu tatapan Dwi diartikan Kiara.
"Kiara ganti baju dulu ya tante."
Alisha hanya mengangguk tanpa melihat Kiara memberi kode dengan tangannya mempersilahkan, kelihatan sekali dia banyak pikiran.
Kiara kembali ke kamar tamu tadi ia mengganti pakaiannya.
Evita, siapa Evita? Jadi Bram tidak nikah dengan Rahel, ternyata aku salah menduga selama ini.
Di kamar tamu Bram sudah menunggu, ia duduk di tepi ranjang membuat Kiara ragu-ragu mau masuk.
Mau apa si omes ini?
"Sini sayang." Bram menarik Kiara dan mengunci pintunya.
Bram menarik resleting gaun Kiara, gaun itu melorot melewati mata kakinya. Bram melempar sembarangan. Kemudian memeluk Kiara.
"Bram jangan, ada tante dan ibu di ruang tamu!" Kiara mendorong tubuh Bram.
"Sebentar saja sayang, kan gak kelihatan juga, jauh ini." Diraihnya lagi pinggang Kiara kepelukannya, menahan tengkuk gadis itu mencium bibirnya. Dengan liar, menyelipkan lidahnya menyedot yang ada di dalamnya.
Karena Mama mengingatkannya tentang pernikahan, Bram jadi kesal. Apalagi tadi di depan Kiara semakin tambah emosi, ia butuh pelampiasan. Sekalian ia ingin menunjukkan pada Kiara bahwa hanya Kiara yang ada di hatinya dan berhak atas tubuhnya.
"Bram hentikan!" tolak Kiara melepaskan bibirnya dengan menggigit bibir Bram.
Bram mengusap bibirnya terasa asin karena berdarah, dengan mata sayu ia berkata, "lakukan dengan rela atau aku paksa!" kemudian langsung menyerang lagi.
Kiara pasrah dan menerima semua perlakuan Bram.
"Bram, ah!" si mesum ini.
Air mancur tumpah ke kolam. Entah sudah berapa banyak benih yang masuk ke rahim Kiara sementara ia belum sempat membeli pil pencegah kehamilan.
Bram memakaikan seragam kerja Kiara tergesa. "CD biar aku yang cuci." ujarnya karena barusan segitiga berbahan katun itu dipakaikan untuk membersihkan sisa cairan di area Kiara.
"Bram ini sangat risih tau!" Kiara melotot kesal.
Bram cuma nyengir bantu membereskan barang-barang Kiara. "Sudah, sana keluar atau aku akan memakanmu sekali lagi!" Bram membuka pintu dan ngintip sebentar.
Aman! Bram mengecup kening Kiara mendorongnya keluar, "I love you." senyumnya melebar.
"Cih!" Kiara mendengus kembali ke ruang tengah, "Maaf Bu agak lama tadi Kiara sakit perut, ke toilet sebentar." jawab Kiara pada Ibu yang menatapnya tajam.
Nyonya Alisha menyuruh Samsir supirnya untuk mengantar Dwi dan Kiara karena sudah dini hari takut ada apa-apa di jalan.
Dengan terpaksa Kiara meninggalkan mobilnya di rumah besar Wijaya.
Kan jadi dua kali kerja!
Keluh Kiara dalam hati karena besok ia terpaksa kemari lagi menjemput mobilnya. Tapi ia tidak membantah.
Apa kata Nyonya dah semoga jadi mertua suatu hari nanti, harapnya berdoa. Amin Ya Allah.
Tin tin.
Wajah Bram tersembul dari jendela mobilnya, ia keluar membuka pintu penumpang di bagian depan.
"Biar Bram yang antar Mom sekalian mau ke Apart." ujarnya pada Mamanya.
Alisha menatap tak senang.
"Bram kamu jangan berkeliaran dulu, seminggu lagi kamu nikah." ujar Nyonya Alisha dengan nada cemas.
"Iya tau, tidak usah terus-menerus diingatkan atau Mama mau Bram berubah pikiran." tatap Bram tersenyum sinis pada Mamanya.
"Ish ya sudah, kamu hati-hati sayang." Nyonya Alisha mengalah.
"Ok Mama." ucap Bram lembut memeluk mamanya itu dan mencium keningnya.
"Ayo masuk!" titah Bram pada Kiara.
Kiara malah mendorong Ibu Dwinya yang masuk sementara ia mengambil duduk di bangku belakang.
"Hei, kamu pikir kamu nyonya!" protes Bram tapi ia menyilahkan bibi Dwinya masuk di depan dan menutup pintu mobilnya.
Alisha geleng kepala. "Hati-hati sayang atau Samsir ikut gih biar kamu ada teman."
"Gak usah Mama, kan Bram mau ke Apart juga ngapain bawa Samsir." Bram masuk ke Mobil duduk di belakang kemudi.
"Bram, kamu belum tau Jakarta banget nak." resah Alisha pada Bram. Karena putranya itu tidak suka ada pengawal pribadi.
Sepertinya aku harus menyewa intel lagi seperti saat dia di Amrik.
Gumam Alisha masuk ke dalam rumah dan membuat panggilan.
******
Bram melajukan mobilnya kecepatan sedang, suasana canggung membuat ketiganya terdiam.
Bram canggung karena ada Bibi Dwi, mereka jarang berinteraksi. Hanya pada Om burhan saat masih ada, itu juga selalu bertiga sama mendiang Papa.
Kiara canggung karena ada Dwi, ia gak mau kelihatan akrab dengan Bram di depan ibunya.
Dwi merasa aura canggung antara Kiara dan Bram. Ada apa dengan mereka?
Kalau Kiara menyukai Bram ia tau tapi kalau Bram, apa dia juga menyukai Kiara? Kalau tidak untuk apa dia mau repot-repot nganterin mereka.
Dan tadi itu apa, segelas bersama.
Melihat pandangan Bram dari spion terus menerus ke arah Kiara menambah keyakinan Dwi. Dalam hati ia menyesal minta dijemput Kiara, kalau tau akhirnya begini. Dwi merasa kasihan pada Kiara.
Maafkan ibu nak, batinnya.
"Dimana ada jual martabak?" tanya Bram tiba-tiba memecah kecanggungan, mereka sudah separuh perjalanan.
Bu Dwi menoleh ke belakang.
"Di mana Ra?" Dwi malah bertanya pada Kiara.
"Pertigaan dua simpang dari rumah yang di seberang market dua puluh empat jam masih buka kali Bu." jawab Kiara.
Cih!! yang benar saja dia mau makan martabak, gumam hati Kiara.
"Kalau gitu kita makan martabak dulu di sana, aku pingin makan tapi tidak enak sendirian." ajak Bram, dalam hati dia make a wish.
"Kalau tidak enak kasi kucing." desis Kiara pelan.
Mendengar itu Bram memutar kepalanya ke belakang memandang horor pada Kiara, Dwi tak kuasa menahan senyuman.
"Ayo Bi, temani aku makan." pinta Bram pada Dwi belum mau menyerah.
"Sama Kiara saja Nak Bram bibi mau segera istirahat." tolak Dwi tidak enak hati biarlah Kiara yang menemani.
"Kiara juga ngantuk Bu, Ibu saja." tolak Kiara juga.
Mau apa lagi si omes ini?
"Ayolah Bi kita makan martabak oke." mohon Bram sok akrab, tidak pernah-pernah ia begini. Dalam hati ia tertawa geli.
"Temani sebentar nak Bram, Ara!" titah Dwi akhirnya menyesal sendiri.
Bram ber 'yes' ria. Kiara mendengus.
Jelas-jelas ini modus si Bram.
Karena ke rumah Kiara lebih dekat dari pada ke tempat Martabak, Bram menurunkan Dwi duluan. Ia tersenyum devil seperti make a wish-nya, ia hanya akan berdua saja dengan Kiara.
*****
hi readers , thanks ya.
Tekan tombol like nya ya guys.
Klik ❤️ biar terus terupdate , Koment pasti dibaca, votenya jangan lupa. Semoga menjadi berkah buat anda semua. Love You All
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
yonayosss
tiara bego amat sech...?
itu bkn cinta oon...
tp itu...
nafsu..!!!
d sekolahin biar pintar,...,tp bodoh d pelihara..
rugi orang tua ngebesarin...jika kehormatan sndr gk di harga sndri..
2021-12-11
1
Leni Denaya
aku mh sakarepmu wae thor....ta ikuti aja alurnya😁
2021-07-09
1
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
hadir
2021-04-25
1