Tapi gimana mau nakal baru ini aku bertemu dengan gadis yang membuatku berselera. Batin Bram.
"O, jadi kalian di sana udah biasa ya?"
Bram menggeleng spontan. "Enggak sayang, aku baru ini pertama sama kamu sumpah! Ciumanku pertama kamu yang curi!" sanggah Bram mengangkat jarinya membentuk tanda V.
Ha, tidak salah!
"Katamu hanya aku yang boleh menyentuhmu, apa kamu yakin tidak akan menyentuh istrimu nanti?"
Istrimu, glek. Kiara menelan ludah.
Pertanyaan Kiara membuat Bram tersentak, bagaimana ia bisa lupa dengan gombalannya yang itu tadi.
"Iya aku usahakan tapi kalaupun terjadi percayalah itu bukan keinginanku."
Ahh, kesal Bram dalam hati ia pun tidak yakin bisa lepas dari Evita.
Kiara menghela napas, "sayang ini keputusanku memberikan yang pertama untukmu, karena aku sangat mencintaimu. Kalau kamu menikah kamu harus memberi nafkah lahir batin istrimu." Kiara tak kuasa menahan sedih.
Bram mendekap wajah Kiara di dadanya, tubuh gadis itu terguncang tanda ia menangis. Bram menarik napas dalam.
Aku juga tidak sudi menyentuh Evita.
Tapi Bram tidak bisa janji apa-apa pada Kiara. "Aku akan berusaha menyelesaikan masalah ini, memang pernikahan tidak bisa dielakkan tapi masih bisa bercerai sesudahnya. Sayang, sudah jangan nangis ya aku mencintaimu. Aku janji akan mencari cara agar kita bisa menikah tapi gak bisa dalam waktu dekat ini, sayang lihat aku."
Bram mengangkat wajah Kiara yang sesenggukan di dadanya. "Aku Bram, cintaku hanya kamu sayangku Kiara. Aku hampir gila merindukan kamu saat di Amrik." ditatapnya mata basah Kiara dan dikecupnya.
"Ih asin." ucapnya polos.
Apa tak Kiara terkekeh, Bram tidak ada seriusnya makanya Kiara tak berharap banyak, ia hanya terlanjur mencintai pria tampan nan mesum ini. Toh tubuhnya sendiri juga yang menginginkan Bram.
Aku hanya akan menjaga diri jangan sampai hamil.
"Aku beri kamu waktu sampai umurku dua puluh tahun Bram karena saat itu aku akan menerima siapa saja yang mau menikah denganku. Aku tidak punya siapa-siapa selain ibu, aku juga punya mimpi memiliki sebuah keluarga. Punya status dan melahirkan anak banyak biar rame. Aku tak mau terperangkap terus dalam kemesumanmu Bram." ditatap Kiara mata Bram dengan penuh keseriusan di dalam ucapannya.
Bram menatap sendu pada gadisnya, hatinya miris tak berdaya. Gadis ini telah jadi miliknya, ia tidak akan melepasnya.
Aku akan mengancam mama agar menikahkan aku dengan Kiara juga.
Bram berjanji dalam hati.
"Bram ayo kita pulang sudah hampir jam sebelas siang." ajak Kiara, perutnya juga sudah lapar nasi.
"Masih ada waktu."
"Eh!" Kiara kaget Bram meraih tangannya ke bawah selimut, aish!
"Maukah kamu menciumnya?" bisik Bram menatap sayu Kiara. Ia sudah bergairah lagi. Kiara mengangguk dan masuk ke dalam selimut.
Seperti kamu yang ingin punya banyak anak maka aku akan menghamilimu sekarang juga. Bram bicara dalam hati, kembali menindih Kiara.
Mereka kembali ke ibu kota. Setelah mengganti sprei yang ada di lemari Bram menggulung sprei bekas, bercak darah perawan Kiara akan di simpannya di apartemennya, jadi koleksi.
*******
Kiara lagi makan di warung sate bersama Laras saat pulang kerja jam sebelas malam. Tadi siang ia sempat pulang ke rumah berganti baju dan membawa mobil.
Laras memesan sate kambingnya 30 tusuk. Ia akan makan sepuluh tusuk dua puluh tusuk lagi dibungkus, katanya untuk Pak Toyo ayahnya tercinta. Laras menagih janji Kiara kemarin yang katanya akan mentraktirnya.
Kiara geleng kepala merasa telah ditodong oleh temannya sendiri. Ia memesan jus nanas yang paling asam untuk dirinya sendiri.
"Lo masih utang penjelasan sama gue Ra." embek Laras dengan mulut penuh kambing.
"Lo nginap di mana, sama siapa, sampe gue harus bohong sama Bibi Dwi. Mana call tak diangkat, chat tak dibalas." ia sudah ahli nyerocos walau mulut penuh makanan.
Kiara udah yakin bakal diinterogasi sama sohibnya ini. "Adalah, nanti gue cerita kalau sudah waktunya." jawab Kiara menyedot jusnya sampai kandas.
"Tumben lo Ra minum jus asam kayak gitu." tatap Laras heran.
Biasanya Kiara minum jus tomat atau wortel, baik untuk kesehatan jantung dan mata katanya.
"Makannya capcus ya gue mau jemput ibu di rumah besar Wijaya." Kiara gak menanggapi lagi.
Laras memonyongkan bibirnya, kelihatannya Kiara belum bisa dikepo.
"Semalaman ini?" tanya Laras.
"Iya gue udah bilang besok saja, tapi ibu maunya sekarang. Besok ada arisan komplek, ia mau masak ada orderan." jawab Kiara .
"Yuk ah!"
*****
Selesai makan Kiara ngantar Laras dulu sebelum menjemput ibunya. Seperti biasa Laras akan numpang mobil Kiara jika pas kerja shift malam.
Rencananya di rumah besar Kiara hanya akan menunggu ibu di mobil saja, tapi Alisha memintanya untuk masuk dulu.
"Ini buat Kiara, dipakai ya saat nikahan Bram." kata Alisha menyerahkan paper bag pada Kiara sesaat setelah ia duduk di sofa di ruang tengah.
"Makasih tante." ucap kiara pelan.
"Sekarang kamu cobain ya biar tante lihat apa ada yang kurang pas, sana ganti di kamar tamu." titah Alisha.
Kiara memandang ibunya, Dwi mengangguk menatap iba pada Kiara.
Kiara masuk ke kamar tamu duduk di tepi ranjang, memandang gaun yang akan dipakainya di nikahan Bram nanti. Hatinya sakit seperti ada yang meremas jantungnya.
Sampai tadi siang ia masih bersama Bram, pulang dengan taksi online berpisah di tengah jalan.
Di mana dia sekarang tadi ia turun di satu gedung yang tinggi, apa dia tidak pulang?
Selesai mengenakan gaunnya Kiara keluar menemui Alisha dan ibu yang menunggunya di ruang tengah.
"Wah pas banget sayang, cantik! Apa Kiara sudah punya pacar?" tanya Alisha.
Mendengar itu mulut Kiara kering tenggorokannya gatal.
"Uhuk uhuk." ia terbatuk.
"Nah minum ini." Bram memberi gelas berisi air putih.
Kiara tercengang tangannya terulur menerima gelas dan meminum airnya.
Sejak kapan dia di situ?
"Bram kamu tidak sopan gelas bekas kamu, kamu kasih ke Kiara." sentil Nyonya Alisha di telinga Bram.
"Aduh Mom sakit, apa Bram rabies kan enggak!" ketusnya dan tersenyum penuh arti pada Kiara.
Dwi tercengang dengan sikap Bram pada Kiara, minum segelas bersama.
Hm! Kiara hanya melengkungkan ujung bibirnya, Bram terlihat segar dengan shirt Polo dan jogger pants panjang warna abu. Berbeda dengan dirinya yang merasa lecek karena baru pulang kerja.
"Besok kamu dan Evita fitting baju Bram, jangan lupa ya ganteng Mama." Alisha mengingatkan lagi putranya itu.
Bram menghela nafas berat dan setelah menerima gelas dari Kiara ia pergi dari hadapan Mamanya.
"Bram, jangan buat masalah dulu!" teriak Alisha geram melihat kepergian putranya itu yang tak perduli dengan ucapannya.
*****tbc
Hi , readers yang baik hai thanks ya.
Klik favorit agar kalian terus ter up date guys. Komen pasti dibaca , vote masih diterima. Love You All 🙏😘.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Bia Fahreza Bia Fahreza
iya ni KIA gampangan banget.....
2021-05-06
1
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
jangan jangan kiara hamil
2021-04-20
1
Conny Radiansyah
koleksi yang aneh Bram...
2021-04-13
1