Kiara sedang cemburu. Ia melihat Bram tersipu malu, yang membuatnya merasa mual.
Hah, Kenapa dengan wajah itu? Harusnya pihak perempuanlah yang tersipu malu, kenapa malah si mesum ini?
"Kenapa Bram apa kamu sudah punya pacar yang ingin kamu kenalin ke Mama." tanya Nyonya Alisha menyelidik.
Itu karena Bram belum ada mengenalkan satu orang gadis pun sampai saat ini. Padahal usianya sudah cukup untuk sekedar berpacaran.
Seseorang yang dikirim Nyonya Alisha untuk ngintelin Bram diam-diam, juga memberikan laporan nihil.
Bram sangat dingin dan pendiam pada teman wanitanya, ia hanya akrab dengan beberapa teman prianya. Nyonya Alisha sangat khawatir, jangan-jangan putranya itu oh, ia bahkan takut meneruskan apa yang dipikirkannya.
Nyonya Alisha ingin, setidaknya putranya itu sedikit playboy, he he.
Bram menatap jengah pada Mamanya, ia hanya diam malas mau menjawab.
Dalam pada itu Burhan menyela, ia ingin berpamitan sebentar untuk mengantar Ibu Dwi dan Kiara pulang duluan.
"Permisi, maaf Pram saya akan mengantar istri saya dan Kiara pulang dulu." pamitnya pada Tuan Besar Pramudya.
Mendengar itu Bram menawarkan dirinya. "Biar Bram aja yang antar Om." pintanya dengan niat terselubung.
Aku mau tau gadis sombong ini tinggal di mana, dalam hati Bram.
"Ah biar Om saja Bram." tolak Burhan, sesungguhnya ia sungkan secara Bram putra majikannya.
"Gapa Om, biar Bram saja." ujar Bram berkedip mata pada Burhan.
"Biar saja Han." kata Tuan Pramudya menengahi.
Mendengar itu Burhan mengangguk
"Baiklah Pram, terima kasih Nak Bram." ucapnya menatap Tuan Besar dan Bram bergantian.
Setelah drama perpisahan dengan Nyonya Alisha dan Tuan Pramudya, mereka berempat Bram, Kiara, Ibu Dwi dan juga Rahel yang ingin ikut ngantar berjalan ke lobby gedung menunggu mobil dibawa valet.
"Gue ikut Bram." mohon Rahel setelah mobil datang. Rahel ingin berdua dengan Bram setelah mengantar Kiara dan Ibu Dwi.
"Gak usah gue lama di luar." tolak Bram sambil masuk mobil duduk di bangku kemudi.
"Gapa makin lama makin bagus, gue temenin lo." dengan sigap Rahel duduk di depan di sebelah Bram.
"Ck." desis Bram namun ia membiarkan.
Coba kita lihat si sombong ini cemburu atau tidak, dalam hati Bram.
Kiara masuk ke mobil duduk di bangku belakang bersama Ibu Dwi. Sepanjang perjalanan Kiara tidak ingin memandang ke depan karena Bram juga melihat ke arahnya melalui spion, ia gak mau pandangan mereka bertemu.
Kejadian di Taman tadi sungguh memalukan.
Dalam hati Kiara menahan geram.
Gimana tidak, di dalam mobil Rahel terus bergelayut manja pada Bram padahal ada orang tua seperti Ibu Dwi sungguh tidak sopan. Apalagi si Bram membiarkannya.
Cih Dasar mesum menyebalkan, dalam hati Kiara.
Bram tersenyum memandang Kiara lewat kaca spion kecil di depannya.
Kelihatan ia kesal sekali, sepertinya gadis sombong itu sedang cemburu, hehe.
Dalam hati Bram bersorak riang.
"Bram entar di Amrik lo mainlah ke Apart gue." terdengar suara manja Rahel.
"Hm, oke." Bram.
"Bolehkan gue main ke Apart lo juga?" tanya Rahel lagi.
"Boleh." sambil menjawab Bram melirik Kiara.
Kiara mendadak gerah ia merasa kepanasan, suhu AC di bawah derajat ditambah hujan tak mampu mendinginkan hatinya. Ia ingin segera sampai di rumah dan tak perlu melihat kemesraan dua sejoli di depannya.
Cih ouughh menyebalkan, dalam hati Kiara.
Setelah saat itu Kiara belum ada lagi bertemu Bram.
*********
Dua tahun kemudian.
Ibu Dwi sesenggukan di pusara suaminya yang masih basah karena baru saja dikebumikan. Burhan telah meninggal karena kecelakaan mobil yang dikemudikannya bersama Tuan Pramudya yang duduk di bangku penumpang belakang ikut menjadi korban.
Sebuah kecelakaan yang tragis, seorang pengemudi truk yang mabuk dengan rem yang blong telah menabrak mobil yang dikemudikan Burhan. Menyebabkan kecelakaan beruntun dan memakan beberapa korban lainnya.
Burhan dimakamkan di pemakaman keluarga Wijaya, jarak sepuluh meter dari pemakaman Tuan besar.
Kiara melihat ke arah Bram mengapit Nyonya Alisha di antara dirinya dan Rahel. Beserta kerabat lainnya yang datang ke pemakaman Tuan besar.
Wajah Bram yang buram dengan kacamata hitamnya, menyiratkan luka yang dalam. Kiara merindukan pria tampan itu, pria yang telah mencuri ciuman pertamanya dua tahun yang lalu.
Nyonya Alisha di pelukan Bram menangis sesenggukan, kelihatan Bram berusaha tegar di hadapan Mamanya itu.
*****
Malam harinya di rumah besar diadakan pengajian tapi keberadaan Bram entah di mana. Kiara tidak melihat pria yang dirindukannya itu di antara orang-orang mengaji.
Kiara membantu Ibunya di dapur. Dwi ikut sibuk membantu para asisten rumah tangga menyiapkan hidangan untuk pengajian.
"Ra, tolong kamu buang sampah Nak, kamu ke samping rumah di sana ada tong besar buang di sana." pinta Dwi pada Kiara.
Ada Nyonya Alisha berbagi duka membuat Dwi sedikit tabah dan tegar, merasa senasib sama-sama ditinggalkan oleh suami tercinta.
Kiara bukannya tidak sedih. Bagaimanapun Ayah Burhan lah yang membiayai hidupnya selama ini. Tapi Ayah angkatnya itu seperti menjaga jarak dengan dirinya. Tidak ada emosi jiwa yang tercipta antara Ayah dan anak.
Kiara pun maklum karena dia hanya anak pungut jadi ya santai sajalah. Karena ada Ibu Dwi yang sangat menyayanginya, itu cukup bagi Kiara dari pada harus tinggal di panti.
Kiara berjalan keluar dari pintu samping dapur.
Dimana ya tong besarnya, dalam hati Kiara.
Kiara melihat ada seseorang di keremangan lampu taman, asap mengepul dari mulutnya.
Kiara melewati orang tersebut tanpa melihat wajahnya kemudian ia membuang sampah ke tempat onggokan sampah di sebuah tong besar.
Kembali ke dapur, Kiara masih harus melewati orang tersebut. Kiara berpikir, hm ngapain di situ gelap-gelapan.
Dalam pada itu Kiara tersentak, merasa ada yang menarik tangannya menyeretnya ke arah taman belakang.
Tubuh Kiara terdorong ke tembok dan tertekan tubuh kekar orang itu. Orang itu meraih bibirnya dan menciumnya.
Deg. Kiara mengenali aroma bibir ini, rokok bau permen mint, Bram!
Kiara mendorong Bram berusaha melepaskan diri dan ia berhasil.
Saat pemandangan mereka bertemu Kiara tak kuasa melihat kesedihan yang dalam di wajah Bram, mata yang sendu dan pilu sehingga timbul rasa ingin membelai wajah itu dan menghiburnya.
Tanpa sadar Kiara menjinjit, mengalungkan lengannya di leher Bram. Membuka mulutnya menggapai bibir pria itu dan menuntaskan kerinduan di hatinya yang selama dua tahun ini dipendamnya.
Bram membalas ciuman dengan lembut dua tahun juga ia merindukan Kiara. Mereka berciuman semakin dalam membawa perasaan keduanya makin hanyut dan tenggelam.
Bram mendekap erat tubuh Kiara, ia terisak di dalam ciumannya. Mendesah dan merintih seolah ingin berbagi duka bersama. Duka kehilangan ditinggal oleh orang tua tercinta.
******* tbc
hi, readers dukung author dengan Like dan vote ya guys. semoga jadi berkah bagi anda semua. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
👍🏻👍🏻👍🏻
2021-05-03
1
Conny Radiansyah
sama" berduka
2021-04-12
1
Sabila Tunisya
lanjutkannnn
2021-03-25
2