Kiara merasa ciuman Bram semakin liar, sehingga tubuhnya melorot, kepalanya terdongak kebelakang wajahnya menghadap atas.
Bram mengeratkan pelukannya, bibirnya semakin menekan di leher Kiara. Satu tangannya menahan belakang kepala Kiara seiring suara ******* yang menggeram. Semakin rakus ia mencumbui dan menyesap kulit halus pada gundukan daging di dada gadis itu.
Kiara menahan perasaan aneh yang mengalir di tubuhnya saat sesuatu mengecup di dadanya, ia meremas pundak pengecupnya, oh.
Kiara mendorong tubuh Bram, ia sudah gak tahan dan kelelahan dengan posisi yang gak nyaman ini, yang didorong bergeming. "K-Kak Bram! aku capek." panggil Kiara lirih.
Susah payah Bram untuk berhenti dari pikiran joroknya, ia mengecup ujung itu lagi dan lagi.
Sesaat Bram akhirnya dapat menguasai diri, ia menarik Kiara dan membawa tubuh mereka kembali berdiri normal.
Bram membenahi rambut dan pakaian atas Kiara, mengecup keningnya dan membawa Kiara ke dalam pelukannya.
"Kenapa tubuhmu ini masih saja kecil ha! Apa kamu gak diberi makan?" Bram mengusap rambut belakang Kiara dengan sayang.
I miss you, dalam hatinya.
Kiara nyaman di pelukan Bram.
Apa arti semua ini, hubungan macam apa ini?
Kecupan hangat di bibirnya dua tahun yang lalu ternyata to be continue..
Tiba-tiba Kiara ingat sesuatu. "Ka Bram! Aku ke dalam dulu ya, takutnya ibu nyariin." ujarnya melepaskan diri dari dekapan mesra itu, ia melihat kesedihan di wajah Bram sedikit memudar.
Tunggulah sebentar lagi, temani aku di sini sampai habis pengajian hm."
Bram membawa Kiara sedikit memaksa duduk di teras belakang taman itu agak mojok dan gelap, pikiran nakalnya masih ingin bermanja-manja.
Bram berselonjor di lantai lututnya ditekuk ke atas membawa Kiara duduk di sela antara dua kakinya yang terbuka.
"Kak, ayo kita ke dalam di sini banyak nyamuk."
Kiara merasa gak nyaman dengan keintiman ini. Bram tergelak menghirup di telinga Kiara pelan dan gemas. "Mana ada nyamuk, aku gak ngerasa tuh ada nyamuk." ujar Bram dengan gigi rapat ia memutar tubuh Kiara menghadapnya.
"Ada ini, nyamuk kepala besar!" tunjuk Kiara di wajah Bram. Bram terkekeh menangkap telunjuk itu dan menggigitnya.
"Auw!" Kiara memekik tertahan dan menarik jemarinya. Kiara kembali melihat wajah me sum Bram dua tahun yang lalu, raut kesedihan yang tadi dilihatnya seperti menguap.
Bram melipat kakinya duduk bersila.
"Duduk sini." Bram menepuk pahanya membawa Kiara duduk di pangkuannya. Kaki Kiara yang terbuka mengapit pinggulnya.
Kiara semakin gak nyaman, ia gelisah dan malu posisi ini semakin intim. Kiara merasa menekan sesuatu yang keras di bawah sana, ah.
"Kiara." bisik Bram lirih memeluk pinggang gadis itu. Ia membenamkan wajahnya di dada Kiara dan menangis.
"Hm." gumam Kiara. Tangannya mengalung di leher Bram, Kiara terbawa suasana, jemarinya mengusap kepala Bram dengan lembut menyisir rambut tebal pria itu.
Kiara mendesah berhenti terharu. Sekarang ia merasakan geli, di dadanya ada yang menghisap dan mengusap.
Sedih ya sedih, tapi tolong bibir dan tangan jangan menjajah Tuan muda.
Batin Kiara. "Ka Bram!" panggil Kiara pelan, Bram bergeming.
"Bram, Ka Bram!" panggil Kiara lagi sedikit lebih keras.
Cuma dijawab, "Hm," oleh Bram.
Kiara ingin mendorong wajah Bram, namun perasaan aneh menahannya. Ia menikmati Bram yang lembut, tapi kemudian ia merasa sakit di ujungnya.
"Ka Bram udah dong!" desah Kiara.
Ini gak boleh diteruskan.
Kiara menjambak rambut Bram sehingga wajahnya terdongak dan hisapan di dadanya terlepas.
"Aaa!" Bram meringis menahan sakit di rambutnya, ia tersenyum devil dengan mulut yang basah dan merah.
Kiara melotot pada Bram, "ini juga sakit, makanya hentikan. Diberi hati minta jantung!" semprot Kiara menunjuk dadanya kemudian melepaskan jambakan nya di rambut Bram.
Bram cemberut bibirnya mengerucut, padahal Ia masih ingin berlama-lama. Area pinggangnya ke bawah masih tegang, saat ia mau lagi. "Ra, Kiara!" Bram dan Kiara terperanjat saling berpandangan.
Ibu. Kiara.
Bibi Dwi. Bram.
Buru-buru Kiara bangun dari pangkuan Bram dan menarik pria itu bangun berdiri.
"Kiara!" suara Ibu Dwi lagi.
"Kak." Kiara gelisah menatap Bram, melihat wajahnya yang pias dan bingung Kiara semakin panik.
"Ayo kita pergi dari sini." bisik Kiara menggoyang tangan Bram.
"Ha!" seperti orang yang baru sadar dari linglung, Bram menarik Kiara pelan dan mengendap ke samping jendela. Mendorong sebuah kaca dan membawa Kiara masuk, lalu menutup lagi jendela kaca itu.
"Ini kamarku, kita sembunyi di sini." bisik Bram menyadari kebingungan Kiara.
Lampu kamar yang redup dari balik gorden mereka mengintip, ibu Dwi berjalan mendekat membawa selendang di tangannya.
Mati aku, Itukan selendangku!
Dalam hati Kiara, ia gak sadar bagaimana dan di mana tadi ia menjatuhkan selendangnya.
Kiara menghembuskan nafas lega setelah ibunya menghilang dibalik tembok dan kembali ke dapur.
Saat Bram berbalik menatap Kiara bola matanya membesar, baju atasan Kiara belum terkancing sempurna. Ternampak lah gunung kembar nan putih mulus oleh Bram.
Menyadari arah tatapan Bram Kiara buru-buru menutup dadanya. Bram menarik Kiara duduk di pinggir ranjangnya kemudian berlutut di depan Kiara dan memohon izin. "Sekali lagi tadi sudah terlanjur kelihatan." rengeknya dengan pandangan yang sulit ditolak Kiara.
Ish, apa sekolah di Amrik diajarkan me sum.
Dalam hati Kiara membulatkan matanya menatap jengah. "Tapi pengajian sudah senyap Braaam!" tunjuk Kiara di kening Bram mengingatkan bahwa tadi ia minta ditemani hanya sampai pengajian.
"Mereka lagi makan, sebentar saja." mohon Bram memelas menjilat bibir bawahnya.
Bagaimana dia bisa tau?
Dalam hati Kiara. "Tapi jangan kencang-kencang!" sentaknya, mau gak mau merelakan dadanya.
Sambil mengangguk Bram langsung menyesap gak sabaran. Setengah hidup Kiara menahan aliran panas di tubuhnya, ia ingin mendorong Bram tapi tangannya malah mendekap Bram semakin menuntut.
Janam...janam...janam, Kiara bernyanyi di dalam hati.
"Bram! Bram!" suara ketukan di pintu kamar Bram.
Sontak Bram berhenti, ia menatap Kiara yang juga memandangnya.
"Siapa?" tanya Kiara dengan bibir tak bersuara.
"Rahel." jawab Bram yang juga cuma menggerakkan bibirnya.
"Bram, Bram!" suara dan ketukan lagi.
Bram membenahi pakaian atas Kiara dan mendorongnya sembunyi di dalam lemari.
"Sstt, tunggu di sini." desis Bram dengan meletakkan jari telunjuk di bibirnya.
Walau kesal Kiara masuk, mau bagaimana lagi dari pada ketahuan di kamar berdua.
Bram beranjak ke pintu.
cklekk. Terdengar suara pintu dibuka.
"Ya?" Bram.
"Tante nyariin Bram sekarang mau do'a bersama." Rahel.
"Katakan iya, sebentar gue kesana." Bram lagi.
"Lo kenapa Bram, baju dan rambut lo kusut amat." Rahel ingin masuk ditahan Bram.
"Iya, gak apa-apa. Lo ke sana dulu deh, gue ganti baju bentar."
"Cepetan ya Bram." Rahel terperangah di depan pintu.
Bam!!
Cklekk!
Secepat itu pintu dibanting di depan batang hidungnya.
*****tbc
hi, readers dukung author dengan Like dan vote ya. semoga jadi berkah bagi anda semua.🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
next 👍🏻
2021-05-03
1
Rosemary
Kelamaan tinggal di Amrik jadinya mesum🤣
2021-04-13
1
Conny Radiansyah
malah diteruskan
2021-04-12
1