One More Happy Ending

One More Happy Ending

SEBUAH TAKDIR YANG MENYAMAR

Setiap manusia yang lahir di muka bumi adalah pemeran utama dalam kisahnya, entah itu kisah yang mengharu biru atau kisah happy ending bak cinderella dalam dunia dongeng.

Setiap jiwa yang lahir akan berjalan di muka bumi ini dengan takdirnya masing-masing, dan jika Sang Pencipta menakdirkan kita berjodoh dengan mahluk bumi yang berspesies sama namun berlawanan jenis, maka setiap jiwa akan menemukan belahan jiwa nya masing-masing dengan cara yang beragam. Entah itu dengan menjadi pelakor, pembinor, atau malah menjadi pihak yang terrebut.

Pilihan ada pada diri masing-masing, memilih menjadi peran antagonis atau protagonis itu mutlak menjadi keputusan masing-masing.

Namun yang perlu di ingat bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing. Jika boleh ber saran, pilihlah peran protagonis walau sedikit membuat hati lelah bahkan terzolimi, tapi bukankah orang terzolimi memiliki banyak keistimewaan? Yaa.. doa orang terzolimi adalah doa yang diijabah.

Doa yang tidak akan ditolak oleh Sang Pencipta.

*********

"Mas, mas bangun!” ucap Ana menepuk nepuk pipi Fachri yang tergeletak tak berdaya di pinggir jalan.

“Kamu, telpon ambulance!” teriak Ana pada seseorang yang sedang memegang ponsel di hadapannya.

“Mas, mas?” ucap Ana lagi kemudian mendekatkan telinganya pada dada Fachri dan kemudian memegang lengan Fachri untuk mengecek denyut nadinya.

Kelopak mata Fachri mulai bergerak terbuka, kepalanya merasa pening bukan main.

“Alhamdulillah mas,” ucap Ana saat , melihat Fachri membuka kelopak matanya.

Selang 10 menit ambulancepun datang, Ana ikut mengantar Fachri ke rumah sakit, walau hari ini dia harus pergi kesekolah, tapi ia tidak tega mebiarkan Fachri yang menjadi korban tabrak lari itu tak didampingi siapapun ke rumah sakit.

Fachri memegangi kepalanya dan berusaha mengenali wajah Ana yang masih tampak kabur dari pandangannya.

“Makasih,” ucap Fachri terbata.

“Yang sabar ya mas, bentar lagi juga sampe rumah sakit,” ucap Ana menenangkan.

Tiba-tiba pandangan Fachri terasa gelap dan dia kehilangan kesadarannya kembali.

Tapi itu hanya sesaat, kesadarannya kembali pulih tapi matanya sangat sulit untuk terbuka.

“Mass, jangan meninggal dulu mas, aduuh gimana ini? Mana mau ngawas ujian,” ucap Ana panik.

“Pak ini gimana? Masih hidup ga nih?” tanya Ana pada paramedis yang ada disebrangnya.

“Tenang mba, masnya cuma pingsan aja,”

“Ehh Cuma pingsan? ko tenang sih pak?” ucap Ana heran.

“Ehh maksud saya mba tenang, pasien belum meninggal ko!” jawab Si bapak paramedis.

Ana mendengus dan melihat panggilan di ponselnya.

“Iya pa, mohon maaf kayanya Ana bakal telat banget nih, minta di gantikan saja ngawasnya, lagi ada misi kemanusiaan nih pak,” ucap Ana pada seseorang diseberang sana.

Sampai di rumah sakit, Fachri segera masuk ruang UGD, dan Ana mengurus administrasi.

“Aduh sumpah ini ko mahal banget ya?” gerutu Ana saat harus membayar biaya ambulance dan perawatan lainnya.

“Kayanya aku kurang sedekah ni, jadi di paksa sedekah kaya gini, ikhlas! Ikhlas!" ucapnya sambil mengelus dada.

“Mba maaf atas nama siapa ya?” tanya pihak admin.

“Nama saya? Atau nama si pasein?” Ana malah balik tanya.

“Nama mba selaku wali pasien mba,”

“Cananga Odorata Mba pake Ce ya mba bukan Ka!” ucap Ana tegas.

“Siap mba,” jawab pihak admin ramah.

Gadis itu tertunduk, antara menyesal dan bangga pada dirinya yang sudah melakukan misi kemanusiaan.

Selang 30 menit, Fachri sudah dipindahkan ke ruang perawatan.

Ana masuk mendampingi Fachri ke ruang perawatan.

“Gimana mas? Sakit?” tanya Ana polos.

“Iyalah sakit, btw makasih ya udah nolongin,” ucap Fachri.

“Sama-sama mas, cepet sembuh ya mas, sayang ganteng-ganteng kalo cuma ditutup perban,” canda Ana.

Kemudian Ana pamit izin ke toilet untuk membasuh tangan dan wajahnya yang kotor.

Tiba-tiba ingatan Fachri berputar ke sesaat sebelum kejadian tabrak lari itu.

Fachri bergegas melucuti selang infusnya dan berlari sempoyongan keluar rumah sakit.

Dia berlari bersiap untuk pergi ke Dubai untuk menghadiri sebuah acara penghargaan.

Ana keluar dari kamar mandi dan melihat bingung ke arah ranjang yang sudah kosong.

“Kabur?” pikir Ana.

Tanpa pikir panjang Ana melangkahkan kakinya keluar rumah sakit.

“Dasar, bukannya pamit malah kabur, dah ditolongin juga, disangkanya aku bakal minta ganti rugi kali ya? Hmm ganteng-ganteng pelit,” gerutu Ana saat berjalan ke arah angkutan umum yang siap mengantarnya kembali kerumah.

3 tahun berlalu.

Fachri tak bisa melupakan wajah Ana yang terus menerus berputar di kepalanya. Hanya berbekal nama dari pihak administrasi rumah sakit, itu tak membuat Fachri menemukan Ana di Kota besar seluas Jakarta ini.

Jejak Ana di sosial mediapun tak terlacak, ini karena Ana bukan tipe orang terlalu aktif di sosmed, dan dia juga tidak menggunakan nama asli dalam akun sosmednya, melainkan menggunakan nama ilmiah dari melinjo Gnetum gnemon, pikirnya nama itu cukup unik dan lucu.

Sedangkan Ana kini menjalani kehidupannya layaknya manusia normal lainnya, bahkan saat ini dirinya telah menikah dan juga memiliki seorang putra.

Pagi ini Ana bergegas menuju tempatnya mengajar di salah satu SMA favorit dikotanya, jika dulu dia melakukan praktek kerja lapangan di Jakarta, sekarang dia mengajar di kota asalnya di daerah Bandung. (pantes babang Fachri ga nemuin walau udah ngubek-ngubek kota Jakarta).

“Perfecto, siap mencerdaskan anak bangsa nih!” Ucap Ana semangat mengggebu, ketika menuruni tangga rumah.

Gadis cantik itu menjelma jadi sosok ibu muda yang masih sangat terlihat imut dan menggemaskan.

“Kapan Angga pulang na?” tanya ibu disela sarapan mereka.

“Katanya 2 harian lagi bu,” jawab Ana.

Ibu angguk-angguk dan berooh panjang.

Ana bergegas pergi kesekolah dan menitipkan Damar putranya pada Ibu, Bapak dan adiknya Dirga.

Cananga Odorata, seorang guru yang masih berstatus sebagai guru honorer, berusia 25 tahun dengan kehidupan rumah tangga yang sudah berjalan 3 tahun.

Hari ini, hari senin yang sudah di rindukan oleh segelintir orang, ku katakan "segelintir" karna begitu banyak orang yang tidak menyukai hari senin (hari penanda liburan berakhir🤭🤭🤭)

Cana yang biasa di panggil Bu Ana, sudah sejak pagi berada di Sekolah tempat dia mengajar, SMA Negeri favorit di daerahnya.

Hari Senin, hari wajib melaksanakan upacara bendera.

"Hhhhhh," Ana mendesah kecil melihat anak-anak murid nya yang masih saja asik bercanda dalam barisan.

"Masih seru ceritanya?" tanya Ana pada beberapa siswi yang masih asik cekikikan.

"Sebentar lagi upacaranya mulai loh, disambung nanti lagi ya Qtime nya!" ucap ana pada siswi-siswinya, yang di jawab dengan tundukan rasa malu oleh mereka.

Cananga berlalu meninggalkan siswa-siswanya, kembali pada barisan khusus untuk guru-guru.

Baginya upacara bendera di hari senin bukan hanya sekedar acara sakral untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme yang menggelora pada generasi penerus bangsa, tapi lebih dari itu, melatih para jiwa muda menjadi insan yang lebih bersabar, mampu menekan ego untuk kemaslahatan berasama, mampu menjaga diri dari hal-hal yang tidak seharusnya di lakukan agar tidak tercipta penyesalan dikemudian hari.

Upacara yang berjalan khidmat akhirnya selesai. Siswa siswi mulai berhamburan menuju kelasnya masing-masing. Cananga bersama rekan rekan gurunya menuju ruang guru untuk mempersiapkan bahan ajar yang akan di sampaikan di kelas.

Hari ini adalah hari pertama belajar bagi siswa- siswi kelas 10 setelah seminggu yang lalu mereka melalui masa pengenalan lingkungan sekolah atau disebut MPLS.

Guru biologi disekolah ini hanya ada 3 orang, dan Cananga adalah salah satunya, 2 orang lagi yaitu pak Renan dan bu Lovely (disapa bu Vely). Pak Renan yang paling senior di antara ke tiganya. sedangkan bu Vely usianya tidak berbeda jauh dari Ana hanya terpaut 5 tahun lebih tua.

Cananga bertugas mengajar di kelas 10, bu vely di kelas 11 dan pak Renan di kelas 12.

Jam pertama hari Senin di isi oleh jam walikelas. Ana (biar lebih pendek ya nulis namanya hhe) mulai melangkahkan kakinya menuju ruang kelas 10 mipa 3, kelas yang akan menjadi tanggung jawabnya selama 1 tahun ini. Yap Bu Ana bertugas menjadi walikelas 10 mipa 3.

Selama mangajar Ana di kenal sebagai guru yang cukup asik, santai namun tegas, sering kali menasehati anak-anak yang selalu dia sebut sebagai info sayang anak.

Anak-anak cukup segan untuk menggoda atau melawan kata-kata yang di ucapakan Ana ketika sedang serius, karena Ana pandai sekali memainkan emosi anak-anak untuk menyadari kesalahannya dengan kelembutan. Bahkan anak trouble maker sekalipun bisa menangis dihadapan Ana karena menyadari kesalahannya.

Tap tap tap. (bunyi langkah kaki Ana)

"Assalamualaikum warohmatullohi wa barakatu," salam Ana saat tiba di kelas.

"waalaikumsalam wr.wb," jawab anak-anak serempak.

Ana menebar senyum manisnya pada murid-murid.

"Alhamdulillah hari ini kita bertemu untuk yang pertama kalinya, perkenalkan nama ibu Cananga, biasa di sapa Bu Ana, ibu di amanahi untuk menjadi walikelas kalian, semoga kita bisa bekerjasama dengan baik kedepannya ya anak-anak."

Usai memberikan kalimat pembuka. Ana mulai berkenalan dengan murid-muridnya satu persatu.

"Setelah kita berkenalan, sekarang ibu minta untuk membuat struktur oganisasi kelas ya, yu siapa yang bersedia menjadi ketua kelas?"

Seorang siswa langsung mengangkat tanganya

"Saya Gilang, bersedia bu."

"Terimakasih Gilang, selanjutnya Wakil KM? Sekertaris, bendahara dll."

Hingga beberapa saat kemudian, struktur organisasi kelas selesai dibuat selanjutnya dibuatlah jadwal piket kebersihan.

"Terimakasih untuk hari ini, jadilah anak-anak yang membahagiakan, berakhlaqul karimah, ibu tidak akan menuntut kalian untuk selalu unggul dalam mata pelajaran, karena ibu yakin setiap anak memiliki potensi yang berbeda, tapi perlu di ingat setiap manusia Allah ciptakan lengkap dengan akal beserta hatinya. Jadi selain akal, hatipun harus selalu dilibatkan dalam melakukan segala sesuatunya, jadilah anak-anak yang jujur, dan bersemangat melakukan hal-hal yang baik karena pada fitrahnya manusia adalah mahluk surga artinya mahluk yang seharusnya melakukan kebaikan-kebaikan di muka bumi ini," tutupnya

"Siap bu semangat," ucap anak-anak di kelas.

Senyum Ana terkembang melihat semuanya semangat.

Pada dasarnya setiap manusia itu baik karena kita adalah mahluk surga, right? Hanya saja kelemahan iman yang menjadikan sifat kita beragam, entah itu agar dunia ini ramai, atau hanya sebagai bahan ujian kita selama singgah di bumi.

“Bu Ana, ada cari,” tiba-tiba Pak Renan masuk ke kelas dan mengucapkan itu.

“Siapa?” tanya Ana.

(Mohon maaf bila masih banyak pemilihan kata dan penulisan yang tidak pada tempatnya. Ini karya pertama author, mudah-mudahan bisa diterima dan mohon koreksinya. Terimakasih.😊)

Ditunggu like dan komennya..

Terpopuler

Comments

Yusneli Usman

Yusneli Usman

Saya mampir Thor...saya kasi favorit 😍😍🤗🤗👌👌

2021-03-11

0

Siti Sri Wahyuni

Siti Sri Wahyuni

aku mampir nih thor.....
semangat ya....✊

2020-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!