Perhatian

Tiada hujan yang tak reda, dan tiada lelah yang tak berujung.

Hanya saja itu soal waktu..

Waktu yang akan meredakan hujan, dan waktu pula yang akan menyudahi rasa lelah.

****

Senin itu, entah mengapa hujan turun begitu lebat dan petir seolah berpesta begemuruh saling bersahutan. Semua jadwal meeting dengan klien terpaksa di jadwalkan ulang, mengingat cuaca sangat tidak bersahabat...

Beberapa pegawai sibuk dengan project dan deadline nya masing-masing, sedangkan Ana dan Risa bisa duduk berleha-leha di meja kerjanya masing-masing.

Semua pekerjaan sudah selesai dilakukan dan tidak ada tugas tambahan pula dari atasan. Risa mulai kegabutannya dengan memakai kuteks. Sedangkan Ana berselancar di dunia maya.

Samar-samar tawa Ana terdengar melihat video-video tik tik yang sedang viral belakangan ini. Risa telah selesai dengan acara kutek meng kuteknya, mengajak Ana untuk menyaksikan drakor lama kesayangannya.

"Na nonton yu!"

"Drakor mba?"

"Hayu, lagi pengen nonton descendant of the sun nih,kamu udah nonton?"

"Belum mba hhe kudet."

Mereka berdua asik menyaksikan aksi song hye kyo, song jong ki dkk.

"Duuhh uwuuu banget siii para tentaranya," Puji Risa dengan mata berbinar.

Ana terdiam, ingatanya melayang, membayangkan suaminya saat berpamitan untuk pergi menjalankan tugas dengan menggunakan seragamnya dan memberikan hormat serta kecupan hangat dikeningnya.

Sesaknya begitu menghimpit dada, Ana berlari ke arah toilet memegang dadanya yang seolah tertimpa batu besar, dan ...

Brukk..

Ana menabrak dada Zio, Ana meminta maaf namun tak kuasa melihat ke arah orang yang di tabraknya.

"Maaf," ucapnya tertunduk.

"Ana?" tanya Zio yang memegang pundak Ana.

Ana terpaksa mengangkat kepalanya.

"Eh kang zi maaf Ana ga senghaja," dengan terbata dan air mata menggenang di pelupuk matanya Ana berucap.

"Kamu kenapa?" tanya Zio dengan tangan refleks hendak mengusap air mata Ana.

Secepat kilat Ana menghindari tangan Zio dan menggeleng cepat kemudia berlari menuju toilet.

Fachri yang secara kebetulan muncul dihadapan Ana kemudian bertanya hal serupa dengan Zio

Ana menggeleng, tapi air matanya lolos membasahi pipinya. Fachri kemudian mengeluarkan sapu tangan miliknya dan mengusap wajah Ana pelan.

Ana gelagapan kemudian memegang tangan Fachri dan segera menghentikannya mengambil sapu tangan dari tangan Fachri.

"Makasi pak," ucap Ana dan membungkuk kemudian masuk ke dalam toilet, ia segera mencuci wajahnya dan melapnya dengan sapu tangan milik Fachri, ketika hendak memasukan sapu tangan itu ke tong sampah, Ana tersadar kalo itu bukan tisu.

Zio yang daritadi masih mematung ditempatnya menyaksikan semua perlakuan Fachri terhadap Ana, entah mengapa hatinya masih merasakan perih saat Ana bersama dengan lelaki lain. Tapi siapa dia kini? bukanlah siapapun bagi Ana. .

Fachri masuk ke ruangannya dan memanggil Risa,

"Ris, tadi kamu sama Ana lagi apa?"

Sengan malu-malu Risa menjawab.

"Nonton pak."

"Apa yang di tonton?"

"Drakor pak descendant of the sun."

Fachri mengangkat alisnya tak mengerti..

"Tentang apa itu?"

"Tentara dan dokter yang...."

Penjelasan Risa terhenti saat tangan Fachri memberikan kode stop pada Risa.

"What tentara?,ada adengan naik pesawat atau heli?"

"Iii iya pak ko bapak tau?"

"Mulai sekarang ga boleh ajak-ajak Ana nonton yang begitu lagi! ajak nonton acara komedi aja!"

Risa mengangguk tapi juga bingung ada apa memangnya dengan tentara.

Ana kembali dari toilet dan melihat Risa mengganti dramanya dengan drama whats wrong with secretary kim?

"Ko diganti mba?"

"Ga rame, mending kita nonton ini aja ya!"

Mereka berdua menonton drama dengan khidmat dan sesekali tertawa.

"Untung tugas kita ga sampe segitunya ya," ucap Ana.

"Kalo kaya gitu, bagian pasangin dasi dsb tugas kamu na!"

"Ko aku mba?"

"Aku kan senior disini," tawa Risa.

Ana mendelik manja. Dan merekapun tertawa.

Fachri mengintip kegiatan mereka dari balik jendela ruangannya, kini segaris senyum menghiasi wajah Fachri.

"Mba udah ah nontonnya, laper nih, makan apa ya?" ucap Ana

"Masih hujan gini kalo pesen onlen kasian kang ojolnya," jawab Risa.

"Di dapur mini biasanya ada apa ya mba?"

"Paling nasi, hari ini yang suka masak izin ga masuk, rumahnya kebanjiran," sambung Risa.

Ana duduk lemas dan meletakan kepalanya di atas meja mengarah ke wajah Risa, Tiba-tiba seseorang mengelus kepalanya dari belakang.

"Sayang laper iii" ucap si cowo manja. Membuat staff yang lain melirik ke sumber suara.

Mata Risa terbelalak, dan timbul niat jahil Ana, Ana memegang tangan si cowo.

"Aku juga laper sayang," jawab Ana asal, tanpa menoleh.

Membuat mata Risa hampir keluar saking melototnya.

"Bikinin nasi goreng atau apa ke," rajuk Dirga.

"Dipikirnya ini di rumah kali ya?" gumam Ana dalam hati dan beranjak dari tempat duduknya, kemudian bergelayut manja pada lengan Dirga, membuat Risa speechless.

"Kamu ngapain ih kesini?" tanya Ana bisik-bisik di telinga Dirga, yang semakin membuat orang lain bertanya-tanya tentang hubungan mereka.

"Mau ke ruang pa Fachri disuruh pak Evan nganterin desain ini, anterin masuk ya!" rajuk Dirga dengan wajah manja dan mengemaskan.

Mereka berduapun masuk ke ruangan Fachri, Fachri menyambut Dirga dengan hangat dan meminta Ana untuk membuatkan kopi untuk mereka berdua.

Ana pergi ke dapur sekalian melihat ada bahan apa yang bisa di masak, hanya ada nasi, telur sosis bawang merah putih dan kunyit. Mengingat Dirga suka sekali nasi goreng kunyit Ana berinisiatif membuat nasi goreng kunyit untuk dirinya, Risa dan Dirga. Kemudian membawanya ke ruangannya, dan membawa kopi ke ruangan Fachri.

"Wangii banget na,bikin apa? tanya Risa"

"Ini mba nasi goreng kunyit," sambil menyodorkan piring ke meja Risa. dan menyimpan satu piring lagi di mejanya

"Asiiik." Risa girang dan segera menyantap Nasi gorengnya.

Setelah menyimpan kopi di ruangan Fachri Ana mengajak Dirga untuk makan.

"Dir mau nasi goreng kunyit ga? aku masakin tuh, ada di meja kaka."

"Dir makannya di sini aja ga usah di sana ya!" pinta Fachri, dijawab dengan anggukan Dirga.

Ana mengambil nasi gorengnya dan menyerahkannya pada Dirga.

Fachri mencium aroma nasi goreng yang menggugah selera membuat air liurnya tersekresi.

Dirga menerima nasi goreng dengan gembira, kemudian dengan sopan menawari Fachri dan Ana.

"Enak aja, aku yang buat malah aku yang ditawari," ejek Ana sambil mengambil sendok di tangan Dirga kemudian menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

Dirga menarik lagi sendok yang di pegang Ana dan menyendokan nasi goreng ke mulutnya.

Fachri geleng-geleng menyaksikan tingkah adik kaka itu.

"Na, aku juga laper nih," spontan Fachri mengungkapkan perasaannya.

"Sini pak, Dirga suapin!" ucap Dirga.. Fachri hendak membuka mulutnya.

Tapi Ana menepis tangan Dirga,kamu tuh apa-apaan, mana mau pak Fachri makan satu sendok sama kita.

Gleg Fachri menelan salivanya, Dirga tertunduk malu dan melanjutkan makannya.

"Saya buatin lagi ya pak." Ana berlalu ke dapur dan membuat nasi goreng kunyit lagi, menyajikannya di piring dengan porsi yang banyak.

Ketika kembali ke ruangan Fachri, Dirga sudah kembali ke ruangannya dan menyisakan piring kotor di meja tamu Fachri.

"Ini pak nasi gorengnya,selamat menikmati," ucap Ana yang hendak kembali ke ruangannya dan menatap piring kosong bekas Dirga, dia mendengus sebal.. "Baru icip satu suap padahal," batinnya.

"Mau kemana?? sini temani saya makan!"

Ana mengangkat alisnya.

"Kan kalo ga enak saya bisa langsung komplain," ucap Fachri asal.

Ana terpaksa duduk menemani fachri.

Fachri memberikan sendoknya pada Ana.

"Kamu cobain dulu!"

"Tadi udah di coba pak pas masak," tolak Ana.

"Coba lagi! siapa tau ada racunnya," kelakar Fachri. Ana mendengus sebal dan mengambil sendok dari tangan Fachri dan melahap nasi gorengnya.

Fachri tersenyum dan mengambil sendok dari tangan Ana kemudian mengambil nasi goreng dan menyuapkannya pada mulutnya.

Ana terbelalak dengan kelakuan Fachri, kemudian Fachri berbicara setelah menelan nasi gorengnya.

"Ko asin?" tanyanya.

"Masa sih pak perasaan udah pas deh," kilah Ana.

Kemudian Fachri memberikan lagi sendoknya pada Ana.

Ana mengambilnya dan kembali menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

"Enak ko pa,"

"Masa?" Fachri mengambil lagi sendoknya, dan kejadian terus berulang sampai si nasi goreng habis. Mereka berduapun sama-sama kenyang.

(Babang Fachri bisa aja modusnya ya🤭)

"Makasi ya nasi gorengnya topp, juara enak banget," puji Fachri saat Ana membereskan piring kotornya.

"Katanya tadi asin pak?" jawab Ana.

"Biar kamu ikut makan juga!" akhirnya Fachri berkata jujur.

Ana baru menyadari apa yang sudah dilakukannya bersama Fachri membuatnya menunduk malu.

"Saya ke dapur dulu ya pak," ucap Ana buru-buru keluar tertunduk menahan malu.

Fachri tersenyum senang.

****

Di dapur Ana mengutuki dirinya pelan sambil melihat sendok bekas makanan nya dan Fachri..

"Aduuh bisa-bisanya ga nyadar makan sepiring berdua sama bos,, aampuunnn," gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba zio menghampirinya.

"Na lagi apa?"

"Nyimpen piring kotor pak," jawab Ana.

"Panggil akang aja kalo lagi berdua."

"Siap kang," jawab Ana semangat.

"Na,,,"

"Iya kang," jawab Ana sambil menyeduh teh tarik kedalam gelas.

"Ga jadi," ucap Zio.

"Ehh geje si akang mah."

"Kang Ana duluan ya," ucapnya sambil pergi

Zio tersenyum simpul.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!