Side Job

Rabu pagi, dengan malu-malu matahari mengintip di balik pegunungan yang mengelilingi kota Lembang, kabut tebal yang masih turun menyelimuti sudut kota dan udara dingin yang begitu menusuk tulang selalu menjadi ciri khas saat siang akan menjadi terik.

Ana sudah bersiap untuk pergi bekerja, dan tentu saja kali ini diantar kang ojeg kesayangan yang sangat kepo sekali dengan polaris corp, yap Andirga si ganteng kalem so sweet.

"Cepetan ih!" seru Dirga tak sabar.

"Siapa yang mau ngantor? siapa yang ga sabar?" decak Ana yang sedang menalikan tali sepatunya.

"Kenapa ga pake wedges atau high heels ka?"

"Biar bisa lari," jawab Ana simpel.

"Lari kemana atuh?" guyon Dirga.

"Lari dari kenyataan pahit Dir," jawab Ana asal.

Sebenarnya Ana selalu membawa sepatu ganti mengantisipasi jika tiba-tiba harus ke acara formal.

Deru mesin motor yang cukup kencang berlalu seiring perjalanan kaka adik itu menjauh dari kediaman mereka. Perjalanan menuju Polaris memakan waktu yang lumayan, sekitar 30 menitan.

"Dir, udah ngajuin tempat buat magang belum?"

"Udah."

"Dimana?"

"Polaris dong."

"Wah wah, tapi mudah-mudahan keterima!" ucap Ana penuh harap.

"Biar bisa nebeng tiap hari??" tebak Dirga yang di amini oleh Ana.

Udara dingin yang menusuk tulang itu sukses membuat tangan Ana menggigil, Dirga menyadari itu dan menggenggam tangan Ana yang sudah stand by melingar di perutnya.

"Besok pake sarung tangan!"

"Hmmm"

"Jangan cuma hmm hmm aja!"

"Baik adikku yang ganteng."

Tiba di polaris corp, Ana turun dari motor, dan seperti biasa Dirga akan membukakan helm untuk Ana.

"Inget, kalo ada yang macam-macam laporin!" perintah Dirga yang selalu menjadi posesif setelah kepergian Anggara.

"Siap bosque," ucap Ana memberi hormat pada Dirga.

"Dini salam dulu!, kakamu yang cantik mau mencari nafkah" Ana menyodorkan punggung tangannya pada Dirga, Dirga malah menarik dan memeluknya.

"Semangat! jangan macem-macem!"

Ana segera menjauhkan tubuh Dirga

"Eehh main peluk peluk aja, kalo ada yang liat gimana?" decak Ana sebal.

"Ya ga apa-apalah," jawab Dirga santai.

"Ya udah aku masuk dulu, kamu kalo langsung ke kampus jangan lupa makan di jaga!"

Dirga manggut manggut

"Siap nyonya boss."

"Udah ah Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ana memasuki kantornya dan berjalan menuju ruangannya.

Risa sudah duduk rapi dengan teh panas di mejanya. Risa dan Ana sampai bersamaan, saat ingin mengajak Ana masuk bersama, Risa malah melihat adegan so sweet antara Dirga dan Ana membuat dia menelan saliva kasar dan pergi terbirit dari parkiran.

"Alamakk jiwa jonesku meronta," batin nya.

Dia ga tau aja, orang yang di kepoin juga jones se jones jonesnya.. ☹

"Assalamualaikum," salam Ana.

"Waalaikumsalam," jawab Risa tegagap.

"Kenapa mba pagi-pagi udah nervous? hayo loh lagi ngelamunin apa?"

"Na nikah tuh gimana sih rasanya?"

"Ada yang kebelet nikah nih," goda Ana sambil meletakan tas dan paper bag nya di meja kerjanya.

Pipi Risa merona.

"Ya gitu deh mba kadang senang kadang sedih, bohong kalo ada yang bilang menikah itu selalu bikin bahagia, tapi kalo kita fokus untuk saling membagiakan insyaallah selalu ada solusi dari setiap masalah, inget loh saling membahagiakan bukan menuntut untuk di bahagiakan!"

"Waahh daebak, kecil-kecil pikirannya mantep," puji Risa dengan mata berbinar.

"Biasa aja mba," ucap Ana tersipu.

"Duh tau kata daebak, kpopers? atau sering nonton drakor?"

"Aku sih ngedrakor, kalo boyband girlband ga begitu ngikutin," jelas Risa.

"Emang bener sih drakor jalan ceritanya lebih bagus dan natural, kalo profesinya ini ya bener-bener mendalami tentang profesi itu ya, ga sekedar ala-ala aja," jelas Ana.

"Kamu juga suka drakor?"

"Suka tapi beberapa aja, udah punya buntut mana sempet me time ngdrakor berepisode-episode, paling stalking Ig, atau utub kalo lagi nunggu sesuatu."

Risa angguk-angguk dan berooh panjang..

"Sesibuk itukah jadi ibu??" batinnya.

"Mba pa Fachri udah dateng?"

"Belum, tapi biasanya bentar lagi jg nyampe."

"Kita jadi ke JF hotel?" tanya Ana

"Jadi jam 9.30an kita berangkat," jawab Risa.

"Asiik, akhirnya main ke hotel." seru Ana kegirangan seperti anak kecil mendapat permen loli.

"Eh siapa aja yang kesana mba?"

"Pak Fachri, pak Zio, kita deh"

Ana ber ooh ria, tapi kegirangan masih tidak bisa dia tutupi,maklum Ana termasuk emak emak kurang piknik.. hhoo..

Risa terkekeh melihat tingkah Ana, ajaib, kadang terlihat sangat dewasa tapi juga bisa seperti anak kecil.

Tak lama Fachri sampai di ruangan di ikuti Zio yang bersiap ikut meeting.

"Sebentar ya, mba buatin kopi dulu buat pa Fachri."

"Itu tugas sekertaris juga mba?" tanya Ana.

"Hmm gimana ya? ini sih bentuk respek aja. Udah kebiasaan dari dulu, soalnya di rumahnya beliau ga ada yang buatin kopi."

"Ooo, istrinya kemana gitu mba?"

"Di Turki, udah nikah lagi, jadi beliau tuh tinggal sama anaknya aja sekarang"

Ana angguk-angguk tanda mengerti.

******

Perjalanan menuju JF hotel, Zio dan Fachri duduk di kursi depan dengan posisi Zio sebagai pengemudi, sedangkan Risa dan Ana duduk di kursi belakang.

Fachri, sesekali mencuri pandang pada Ana yang sibuk dengan ponselnya, stalking Ig Lee Joon gi

"Ommo" ucap Ana spontan sambil menutup mulutnya.

"Kenapa na?" tanya Risa yang penasaran

Ana nyengir kuda, dan memperlihatkan ponselnya.

"Ganteng banget mba, pengen nangis," ucap Ana pelan.

Risa cekikikan, melihat ekspresi Ana yang menggemaskan..

Sedangkan Fachri dan Zio bertatapan bingung dan saling mengangkat kedua bahunya..

"Siapa yang ganteng ris?" tanya Zio.

"Lee Min Ho pak," jawab Risa spontan.

"Bukan ih mba, yang tadi bukan Lee Min Ho." bela Ana

"Siapa? saya?" tanya Fachri kepedean.

"Iya sebelas dua belaslah sama bapak" ucap Ana asal.

kemudian Risa dan Ana saling tatap dan tertawa bersama..

"Ehm," dehem Fachri. Membuat Ana dan Risa diam seketika, menyadari tingkah mereka mengganggu pak bos.

"Udah siap buat meeting nya?"

"Siap pak" jawab Ana dan Risa kompak.

Sampai di JF hotel mereka berempat di sambut istimewa menuju ruang meeting dengan pemilik Jf hotel bersama beberapa staf nya.

Ana bertugas menjadi moderator dan Risa menjadi notulen rapat. Fachri mendengarkan setiap keinginan-keinginan yang di sampaikan oleh pemilik hotel, sekitar jam 12 meeting selesai.

Setelah solat dzuhur di mesjid hotel, mereka berencana melanjutkan makan siang bersama, kini suasana lebih santai dibanding saat meeting tadi.

Pak Sentosa, sangat menyukai kepribadian Ana yang begitu ramah, spontan dan tidak banyak basa basi.

Ana dan Risa yang baru beres menyelesaikan solat, masih otw resto, sesekali mereka berfoto selfie dan tertawa bersama.

Segala tingkah laku mereka berdua sangat jelas disaksikan oleh Pak Sentosa, pak Adrian dan para bosnya di kantor.

"Maaf pak Fachri, kalo boleh sekertaris yang pakai jilbab saya jodohkan dengan anak saya?"

Fachri dan Zio langsung terbatuk bersamaan karena kaget.

"Maaf pak, bukan maksud saya mengagetkan, tapi sebagai orang tua saya merasa sangat menyukai bu Ana, tapi saya juga tau diri masa mau buat saya," ucapnya terkekeh

Zio dan Fachri tertawa hambar, namun ekspresinya menyiratkan keberatan.

"Tapi sayang pak, bu Ana sudah menikah" ucap Fachri asal. (padahal dia juga belum tau kalau Ana memang benar-benar sudah menikah, apakabar ya kalo Fachri tau Ana sudah punya anak hmm.. )

"Oo ya sudah, bukan jodohnya berarti," ucap Pak Sentosa santai.

"Tapi bener pa Fachri, Gadis seperti bu Ana kayanya ga akan lama-lama jomblo juga ya," kekeh pak Sentosa.

Membuat Fachri berpikir keras. "Iya juga ya," bantinnya.

Ana dan Risa bergabung untuk makan siang, dan setelah selesai mereka pamit pulang, dan Ana meminta izin pada Pak Sentosa untuk berfoto di beberapa spot hotel.

Pak Sentosa yang baik hati mengizinkan Ana dengan senang hati.

"Hmm gadis yang lucu, matanya sungguh indah," gumam pak Sentosa dalam hati.

Entah kenapa Risa yang biasanya jaim sekarang jadi sama hebohnya dengan Ana.

"Pak kita foto-foto dulu ya sebelum pulang." rajuk Ana yang didukung Risa

Fachri tertegun, ini anak baru 2 hari kerja udah banyak mau nya.

"Ayo ya, pak Zio aja mau," ucap Ana.

Zio yang merasa namanya di bawa-bawa langsung mengerutkan keningnya.

"Hah sejak kapan gue mau foto-foto?" gumamnya dalam hati.

Dengan berat hati dan menahan malu Fachri dan Zio mengikuti gaya-gaya foto Ana dan Risa.

Zio menatap intens Ana yang sedang berpose.

"Kalo kaya gini terus gimana gue bisa 100 persen move on??" tanya nya dalam hati.

Selepas puas berfoto mereka melanjutkan perjalanan menuju kantor.

Ana melihat hasil foto pada ponsel Risa,

"Bagus-bagus ya mba," puji Ana.

"Iya bener iii, nanti mba kirim ya lewat Wa!"

"Siip diantos," jawab Ana.

Sekitar pukul 2 mereka kembali ke kantor.

*****

Seminggu berlalu, kontrak kerjasama dengan JF hotel berhasil di dapatkan, desain hotel yang Polaris tawarkan sungguh sangat memuaskan..

Project pembangunan hotel akan di mulai sekitar 1 bulanan lagi.

"Na ko bisa kamu kepikiran ngasi ide hotel di atas awan kaya gitu? daebak," ucap Risa.

"Hmm sebenernya aku tuh mba ga setuju kalo daerah kalimantan di eksploitasi berlebihan, tau sendiri kan, hutan-hutan di sana dihuni sama berbagai jenis satwa,mudah-mudahan dengan konsep gini, kita tetep bisa menikmati keindahan alam nya tapi tidak merusak habitat penduduk asli sana."

Risa manggut-manggut.

Fachri yang mendengarkan percakapan Ana dan Risa dari balik pintu tersenyum bahagia, kekagumannya pada Ana naik drastis selama projeck desain itu Ana selalu memberikan pendapat-pendapatnya pada Fachri.

Kebahagiaan yang dirasakan Fachri ternyata berbanding terbalik dengan Zio. Wajahnya terlihat muram setiap hari, batinnya selalu bergelut anatara Ana dan Carla.

Untuk merayakan kerjasama dengan JF hotel Fachri mengajak ke 4 kawannya itu makan malam bersama. Untuk perayaan bersama karyawan mereka berencana melakukan syukuran kecil-kecilan di kantor besok

Diruangan Fachri kini ada Zio, Zaky, Lucas dan Evan.

Mereka berlima bersenda gurau seperti biasanya, hanya saja Zio lebih banyak terlihat diam.

"Gue liat lu akhir-akhir ini jadi pendiem," ucap Zaki yang menepuk bahu Zio pelan.

"Lagi galau tuh!" ucap Evan.

"Galau kenapa lagi lu? terakhir galau di opname dua minggu," tanya Fachri.

"Nah cewe yang bikin di opname balik lagi Ri, udah jendes sekarang," jelas Evan.

Zio hanya tertunduk lemas.

"Ni denger ya kata babang Lucas, ngapain milih jendes, barang bekas, second kalo Hp mah, udah mending sama yang masih Ori aja"

Tak senghaja kata-kata Lucas terdengar oleh Ana yang hendak mengetuk pintu untuk mengantarkan berkas yang harus di tandatangani Fachri.

Hatinya merasa sakit mendengar ucapan Lucas yang menyamakannya dengan Hp. Ana mengelus dada dan menahan air matanya agar tak tumpah, kemudian mengetuk pintu.

tok tok tok

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam masuk!"

Ana masuk ke ruangan, Zio cukup terkaget sedangkan yang lain menyambut Ana dengan sumeringah.

"Eh bu Ana, apa kabar?" tanya Zaky

"Alhamdulillah baik pak" jawab Ana sopan dan meletakan berkas di meja Fachri,

"Ini pak berkas yang bapa minta tadi."

"Oiya terimakasih na," jawab Fachri dengan senyum manis.. manis banget pokonya.

"Sama-sama pak, sekalian saya pamit pak, pulang duluan." ucap Ana yang di jawab dengan Anggukan Fachri

"Bu Ana ada yang anter ga?" tanya Zaky modus

"Sudah ada yang jemput pak, Alhamdulillah" jawab Ana.

"Pacar?" tanya Lucas kepo.

"Ojol pak," jawab Ana dan mohon undur diri.

Ojol gratis ganteng so sweet yang selalu stand by kapanpun dimanapun. 🤣🤣🤣

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!