Siang itu sekitar jam 2 Lucas masuk ke dalam ruangan Fachri disusul oleh Zio yang berniat membahas laporan dari divisinya masing-masing.
Fachri tampak duduk tenang di kursi kebesarannya,denga senyuman menghiasi wajahnya.
"Assalamulaikum," namun Fachri tak membalas salam dari Lucas yang tak terdengar olehnya. Malah sibuk memainkan pulpen dan entah apa yang ada dipikirannya.
"Woyyy ga jawab salam,malah senyum-senyum sendiri."
Fachri kaget mendengar suara keras Lucas
"Mikirin apa hayoohh?" tanya Lucas, sedangkan Zio sudah duduk di sofa tamu.
Fachri mengangkat bahunya "Kepo."
"Jangan-jangan bener kata Risa ruangan ini ada setannya," gumam Lucas sambil bergidik ngeri.
"Ko bisa ada rumor gitu sih? ruangan kece badai gini ada setannya," tanya Zio.
"Ehh katanya disini tuh sering kedengeran suara benda jatuh sama suara geret-geret meja," jelas Lucas yang berhasil membuat bulu kuduknya sediri berdiri.
"Apaan sih lo pada, hari gini takut begituan, yang harusnya tuh mereka yang takut sama kita!" seloroh Fachri.
"Makanya solat solat, jangan otak aja dikotorin!"
"Btw mau apa lo pada keruangan gue?" tanya Fachri.
Zio geleng-geleng kepala melihat tingkah Lucas dan Fachri.
"Ya mau laporanlah, apalagi yang dikerjain bawahan kalo ketemu atasan," jawab Lucas sambil menyerahkan berkas ke meja Fachri.
"Sama bos, aku jg mau kasih laporan rencana anggran buat kontruksi hotel yang di Kalimantan."
Fachri tampak membaca laporan milik Zio terlebih dahulu.
"Ini udah oke, tinggal eksekusi minggu depan ya Zi, kita kesana!"
"Siap"
"Tolong panggilin Risa sama Ana!" perintah Fachri
pada Zio dan yang masuk hanya Ana karena Risa sedang di toilet.
"Iya pak ada apa?" tanya Ana.
"Tolong atur jadwal untuk ke Kalimantan minggu depan, pastikan cari tiket pesawat dan penginapan untuk 5 orang!"
"Oke pak siap, ada hal lain lagi pak?"
"Sudah cukup, oiya jadwalkan meeting sama Jf hotel sebelum kita pergi ya!"
"Siapp boss," ucap Ana semangat, dengan senyum merekah dan kembali ke ruangannya.
Zio menatap sendu Ana dan Fachri menatap Ana berbinar, sedangkan Lucas hanya fokus pada ekspresi Fachri.
"Yang lagi kasmaran beda banget auranya, udah ada kemajuan belum?" tanya Lucas Frontal.
"Kepo," jawab Fachri singkat.
"Iii bang eikeu kan kepo, masa ga mau ceritas sih sama eik?" goda Lucas sambil duduk disamping Fachri memilin kemeja fachri.
"Pait pait pait... ii najis gue," respon Fachri yang segera mendorong tangan Lucas kasar.
"Gue sumpahin melambai beneran loh!"
"Amit amit amit," jawab Lucas cepat sambil mengetukan tanganya ke atas meja.
"Kasamaran sama siapa bang, si bos?" tanya Zio pada Lucas yang di jawab dengan lirikan mata Lucas ke arah meja sekertaris di luar ruangan Fachri
"Risa?" tanya Zio dijawab dengan gelengan kepala Lucas.
"Ana??" Lucas mengangkat bahunya kemudian melirik ke arah fachri yang cengengesan.
"Doain zi, mudah-mudah jodoh ya!" ucap Fachri sambil menepuk pundak Zio.
Coba tebak gimana ekspresi Zio?? dia melongo dong.. bingung harus jawab apa.
"Eh malah bengong bukannya doain!" fachri menepuk-nepuk pundak Zio.
"Iya bos yang terbaik buat kalian."
"Aamiin." jawab Fachri dan Lucas bersamaan.
"Eh zi, gimana hubungan lo sama Carla? kapan di resmikan?"
"Lancar alhamdulillah, belum tau kapan"
"Jangan bilang masih galau sama si mantan!" ancam Lucas.
Zio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ga taulah, doain yang terbaik aja buat kita!"
"Iye iye lo toh udah kita anggap adik bungsu, gue ga mau nambah daftar jomblo di boyband kita ya.. udah si Evan cuek banget sama cewe, bingung gue orang tuanya nyuruh nyariin jodoh mulu, si Zaky playboy tapi ga dapet terus yang serius, belum ini duda keren masih berkelana mencari cinta, dipikir-pikir yang hidup nya paling sempurna diantara kita ya gue ya.. istri solehah, anak pinter, sehat, lucu."
"Makanya lo bersyukur banyak-banyak, solat yang bener, jangan nyambi jadi Lusi mulu sama gue!" nasihat Fachri.
"Dih bang eikeu kan cuma main-main," jawab Lucas.
"Ehh lama-lama nanti nyaman loh bang, banyak kan yang awalnya iseng eh taunya jadi beneran," jelas Zio.
"Ehh ini bos sama anak buah sama aja!" ucap Lucas sambil nyomot dagu Zio,Zio bergidik ngeri.
"Model kaya beginian aja bisa dapet istri solehah ya, kita juga pasti bisa ya Zi!" harap Fachri.
"Aamiin" jawab Zio
****
Tiba jam pulang kantor, Ana menunggu Dirga di loby, setengah berlari Dirga menghampiri Ana.
"Ka aku ga bisa pulang sekarang, ada kerjaan belum beres paling abis magrib baru pulang, ga enak sama pa Evan, apalagi besok aku ga masuk ada jadwal kuliah."
"Iya ga apa-apa, aku naik angkot aja," jawab Ana.
"Yu dianter ke depan sampe angkotnya ada."
"Ga usah ii, udah kamu masuk lagi sana!" Ana mendorong pinggang Dirga supaya cepat kembali.
"Duuh ga tega," Dirga merajuk untuk mengantar Ana menunggu angkot.
"Ehm.. Dir, Ana pulang bareng saya aja," ucap Fachri yang tiba-tiba muncul saat adik kaka itu sedang berdrama.
Dirga berbalik menatap Fachri dan segera mengangguk setuju
"Iya pak saya nitip ya, khawatir ada yang nyulik," sahut Dirga yakin sambil merangkul pundak Ana.
"Iishh," dengus Ana pada Dirga.
"Yu na, kalo saya yang culik gimana dir?"
"Boleh pak asal culiknya ke KUA!"
"Aiap, tinggal yang di culiknya mau apa engga?"
Mendengar percakapan Fachri dan Dirga Ana menjadi tersipu tapi juga sebal.
"Bisa aja bercandanya bang Jali, kalo gitu Ana pulang duluan ya," pamit Ana hendak meninggalkan Dirga dan Fachri.
Fachri mengejar Ana.
"Udah saya bilang, pulangnya sama saya, tuh liat muka Dirga cemas gitu."
Ana memandangi wajah Dirga dari kejauhan.
Kemudian mengikuti langkah Fachri menuju mobilnya.
Fachri membukakan pintu mobil untuk Ana,dan telapak tanggannya terjulur di atas kepala Ana, melindunginya dari kemungkinan benturan yang terjadi.
Ana menaikan alisnya menyadari perlakuan Fachri yang menurutnya tidak seperti atasan pada bawahannya.
"Makasi pak," ucap Ana spontan.
Fachri duduk di balik kemudi, kemudian melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang.
Hening sesaat..
"Gimana na?" tanya Fachri.
"Apanya pak?"
"Diculik ke KUA Mau?"
Ana terdiam sejenak, otaknya bekerja keras untuk menjawab pertanyaan Fachri.
"Emmmm"
"Ga usah di jawab sekarang ko," ucap Fachri dengan pandangan terus kedepan.
Ana duduk tak nyaman, apalagi hujan turun dengan lebat kembali, membuat Fachri sangat berhati-hati menjalankan mobilnya.
"Jujur pa..
Ana sama sekali tidak ada niatan untuk menikah lagi,"
Jawab Ana di tengah gemuruh petir yang akan saling menyambar bumi
Fachri masih memasang tampang datarnya. Walau terbersit kekecewaan dalam hati, tapi tekadnya bulat tidak akan menyerah.
"Siapa yang tau tentang takdir seseorang? semuanya mungkin jika sang Pencipta berkehendak kan ya" gumamnya dalam hati.
Fachri pura-pura tidak mendengar apa yang Ana katakan.
Sedangkan Ana tanpa sadar menatap wajah Fachri, menantikan pria itu mengucapkan sesuatu.
Fachri berbalik memandang Ana, mata mereka bertemu dan saling mengunci pandanga satu sama lain untuk beberapa saat.
"Masyaallah," gumam Ana dalam hati.
"Na, mau beli oleh-oleh dulu buat Damar?" tanya Fachri.
Ana mengangguk cepat untuk menutupi rasa groginya di pandang fachri.
Fachri melipirkan kendaraannya kemudian keluar membawa payung, membukakan pintu untuk Ana dan memayunginya.
Mereka berjalan ke arah toko kue dah roti yang terkenal di seantero tanah air.
Ana sibuk memilih kue dan roti untuk dibawa pulang dan tentu untuk Mina juga. Dia juga tak lupa memesan 2 cup kopi.
Mereka berdua kembali ke mobil.
Ana menyodorkan 1 cup kopi pada Fachri.
"Ini pak mumpung anget."
Ana meminum kopi miliknya dan meletakanya disamping tasnya dekat dengan tangan Fachri.
Fachri mengambil cup kopi itu dan menyedotnya dari sedotan yang sudah Ana pakai.
Ana hendak meminum kopinya lagi tapi kopinya malah bertengger di tangan Fachri dan sedotannya dibibir Fachri.
"Baaapaaa iii itukan punya Ana."
Fachri pura-pura terkejut. kemudian melepaskan sedotannya
"Maaf salah ya?? ini!" tanpa merasa bersalah Fachri mengembalikan cup kopi milik Ana.
Ana memandang sendu cup kopinya.
"Kenapa jijik ya?" tanya Fachri.
"Bukan pa.. tapi..."
"Tapi apa?"
"BISI APET IH BAPAK!" ucap Ana dengan sedikit histeris.
Fachri terbahak.
"Haha.. kamu ada-ada aja haha."
"Beneran ii.. kata ibu kalo minum makan ditempat yang sama nanti bikin Apet (nempel dan nyaman)."
"Udah apet kali na," jawab Fachri sekenanya.
Ana menaikan alisnya
"Kan udah makan pake sendok yang sama," celetuk fachri.
Ana menahan merona menahan malu.
"Aduuh si bapak mahh," dengus Ana kemudian mengalihkan pandangannya ke jendela samping.
Sedangkan Fachri fokus pada kemudinya dan tersenyum jahil.
.
.
.
Jangan lupa follow ig
@chaesalphinia ya gaiss..
makasi semuanya. jangan lupa like dan komen nya.. ditunggu komen yang membangun nya ya ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments