Masihkah selalu ingat tentang janji Allah yang ini:
"Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan."
???
Semoga kita semua senantiasa mengingat itu dan meyakininya.
Aamiin.
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
Pikiran Ana tentang meminta bagian dari projek Dirga diurungkannya, mengingat ada biaya rumah sakit yang harus Dirga bayar. Walaupun pak Tyo bisa membayarnya, tapi Ana merasa malu karena sekarang dia dan Damar juga ikut menjadi tanggungan bapaknya. (pemirsahh taukan berapa kisaran gaji guru honorer saat ini???)
Proses operasi selesai dan berjalan lancar, Dirga sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Ana bergegas menemui adiknya itu. Ternyata disana sudah ada Tasya dan Adit yang menemani.
"Assalamualaikum," salam Ana.
"Waalaikumsalam," balas Tasya dan Adit bersamaan.
Kemudian Ana mencium tangan keduanya. Adit mengusap punggung adiknya itu.
"Kamu sehat sayang?" tanya Adit.
"Alhamdulillah ka, kaka sama ka Tasya gimana? Dede Kyara sama siapa?"
"Kita juga sehat Alhamdulillah, Kyara sama Mamah," jawab Tasya.
Sekilas Adit begitu prihatin dengan apa yang menimpa Ana, dia merasa bersalah karena tidak bisa membawa Angga bersamanya.
Rasa penyesalan sering kali menghampiri Adit dan seringkali Adit menangis dalam sujudnya, berkeluh kesah pada sang pencipta, berharap adiknya bisa menemukan kebahagiaannya lagi.
"Ko liatin Ana gitu si ka? yang sakit tuh Dirga bukan Ana."
Tanya Ana yang melihat Adit menatapnya sendu.
"Maafin kaka na."
"Kenapa mesti minta maaf?"
Ana mengerutkan keningnya tanda bingung.
"Karena..." tenggorokan Adit tercekat, tiba-tiba kerongkongannya merasa kering.
Dengan terbata-bata Adit melanjutkan kalimatnya.
"Tidak membawa Angga pulang dengan selamat."
Deg..
Luka yang hampir mengering itu, seakan membuka lebar kembali, hati Ana yang tak pernah rela sepenuhnya, kini kembali sesak. Buliran kristal dari matanya tak bisa terbendung lagi.
Ana membalikan tubuhnya menghadap Adit.
"Kaka ga salah, ga seharusnya minta maaf, semuanya qodarullah." ucap Ana pelan sambil menggenggam tangan Adit, sedangkan Tasya mengusap punggung suaminya itu dengan lembut.
Adit memeluk adiknya itu erat. Ana membalasnya dengan erat pula.
Mendengar suara-suara di ruangannya, Dirga yang dari tadi tertidur pulas mulai kembali tersadar.
"Kaka," ucapnya pelan.
Semuanya melirik pada Dirga.
"Maaf ganggu istirahat pak bos," ucap Ana setelah mengusap air matanya, kemudian tersenyum dan mendekati kasur Dirga.
"Udah beres presentasinya?"
tanya Dirga, tanpa basa basi, karena hal itu yang benar-benar Dirga pikirkan sejak kemarin.
"Kalem bro beres, apa sih yang ga bisa eikeu beresin," ucap Ana jumawa.
"Tinggal transfer ya," goda Ana.
"Iya iya.. tolong ambilin Hp!" pinta Dirga.
"Buat apa?"
"Katanya mau di transfer?" jawab Dirga.
Ana terdiam.
"Yeh ko diem?"
"Ga jadi dir, pake aja buat bayar rumah sakit!" jawab Ana enteng.
"Yakin ga mau?? ga mau tau berapa nominalnya??"
"Yakinn." ucap Ana tegas
"Sini, aku bisikin!"
Ana memajukan telinganya dekat dengan mulut Dirga
"Whattt??? sebesar ituu?" tanya Ana dengan mata yang membulat sempurna.
Adit dan Tasya ikut kaget mendengar suara Ana yang tiba-tiba menggelegar.
"Ada apaan sii??" tanya Adit penasaran
Dirga menjelaskan semuanya pada Adit, termasuk nominal hadiah yang mencapai belasan juta tersebut. Tasya dan Adit hanya bisa terkekeh menangkap penyesalan di wajah Ana.
"Tadinya aku prihatin sama Dirga, sekarang malah aku yang prihatin sama diri sendiri," ucap Ana sedih.
"Makanya lain kali jangan so so an dulu!"
ucap Dirga meledek, disambut dengan wajah cemberut Ana. Mau gimana lagi, Ana bukan tipe orang yang bisa menjilat ludahnya sediri.
"Jadi haus, mau minum," rajuk Dirga pada Ana.
"Ehh ga boleh minum atau makan sebelum buang gas!"
Sekarang wajah Dirga yang cemberut.
"Sabarr!" ucap Tasya.
"Makanya jaga makan, sampe infeksi gini, pasti jorok nih makannya," omel Adit yang sudah sejak semalam dia pendam.
"Iya tau tuh, sama diri sendiri aja ga sayang, gimana mau sayangin anak orang," ketus Ana.
"Pantesan aja sampe umur 21 kamu jomblo," sambung Adit.
Mendengar ceramah dan omelan kakanya Dirga tertunduk merasa bersalah, tapi dia yakin mereka begitu karena sangat menyanganginya.
Tiba perut Dirga berkontraksi, Dirga meringis, Adit, Tasya dan Ana langsung menghampirinya.
"Kenapa? masih sakit?" tanya ketiganya serempak dengan mimik wajah yang khawatir.
Dengan tidak sopannya Dirga yang meringis memegangi perutnya kemudian melepaskan gas beracun nya..
Wuuusshhhh..
Sontak Adit, Tasya dan Ana pergi menjauh.
"Teu sopan budak teh,(ga sopan ni anak)" omel Ana menoyor kepala Dirga.
Dirga cengengesan.
"Maaf paduka raja, ratu dan dayangnya," ucap Dirga sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Teu sudi!(ga sudi)" ucap Adit dengan wajah kesal.
Disambut tengan tawa renyah dari Tasya.
Adik kaka yang Absurd pikirnya.
"Dayang, pangeran mau minum," ucap Dirga pada Ana.
"Cih dayang kepala lu peyang, ambil sendiri!" ucap Ana sebal.
Tasya berinisiatif mengambilkan minum untuk Dirga.
"Pangeran, ini minumnya," ucap Tasya.
"Terimaksih ibu ratu" ucap Dirga, mengahayati perannya sebagai pangeran.
Adit dan Ana berdecak kesal, tapi bagaimanapun Ana dan Adit bahagia melihat adiknya sudah bisa makan dan minum.
Tasya menerima telpon dari Mama nya, kemudian Adit dan Tasya berpamitan pada Ana dan Dirga. Sepertinya baby Kyara butuh nenon.
Setelah beberapa saat, Ana duduk di kursi dekat kasur Dirga, mengambil bubur yang di kirim perawat sesaat setelah kepergian kakanya.
"Sini disuapin!" ucap Ana.
Dirga tampak begitu manja pada Ana, padahal biasanya tampak sok keren sok jadi pelindung buat Ana.
"Makasih dayang" ucap Dirga usil.
"Sekali lagi ngomong gitu, eikeu tabok!" ucap Ana yang sebal di panggil dayang.
"Maaf sayang," ucap Dirga.
Ana terkekeh merasa geli dipanggil sayang oleh adiknya, kalau saja saat itu suster masuk mungkin disangkanya mereka pasangan kekasih.
"Mau buah ga?"
Dirga menangguk.
Dengan telaten Ana mengupas buah pir kesukaan Dirga dan menyuapinya.
.
.
****
Empat hari berlalu, Dirga sudah kembali pulang ke rumah. Damar yang sudah merindukan Dirga tak hentinya mengekor kemanapun Dirga pergi.
"Kangen ya sama om ganteng??" peluk Dirga pada Damar.
****
Di Sekolah, hari ini, siswa siswi sedang mengikuti PAS (Penilaian Akhir Semester). Sejak keluar dari ruang ujian Ana menatap ponselnya tanpa henti, raut kebingungan terlihat jelas di wajahnya.
"Ada apa??" tanya bu Vely, teman sejawat nya itu memang orang terpeka sedunia.. da best pokonya.
"Bingung mba."
"Iya bingung kenapa?"
Tanpa menjawab Ana menunjukan email yang ada di Hpnya.
Bu Vely membacanya dengan seksama.
"Waaw keren Na, ko bisa dapet tawaran kerja part time di polaris?"
Ana kemudian menjelaskan semuanya pada bu Vely, yang disambut dengan anguk anguk dan ooh panjang bu Vely.
"Jadi menurut mba gimana? ambil jangan?"
"Menurut mba, ini kesempatan bagus Na, kamu masih muda, buat pengalaman juga, apalagi gajinya lumayan tuh."
"Trus ngajar gimana?"
"Lah, itukan part time, ngajar mah bisa di atur, lagian semester depan sekolah mau pembangunan kelas jadi 2 lantai, otomatis sekolah jadi 2 shift buat sementara, masih banyak waktu luang."
Jelas bu Vely memberi dukungan
"Tapi ya gimana kamu juga,kalo sanggup ya ambil, kalo engga ya jangan!" ucap bu Vely lagi.
Ana terdiam menimang saran sahabat, dan seniornya itu, seorang PNS teladan dan juga baik hati, bener-bener idola Ana banget.
Sepertinya apa yang dikatakan bu Vely benar,kesempatan bagus,apalagi kondisi keuangannya yang benar-benar tidak stabil membuat Ana yakin menerima kesempatan ini.
"Bismillah, mudah-mudah bisa dan lancar," ucap Ana yakin, kemudian mengirim email balasan dan memberikan nomer Hp yang bisa di hubungi.
Selang 5 menit, Hp Ana berdering, telpon dari Polaris corp, meminta Ana untuk datang besok pagi membawa CV.
"Mba gimana ini, besok Ana harus ke Polaris?" ucapnya sedikit gugup.
"Ya datanglah, semangattt!!" ucap bu Vely berapi-api..
"Tapi besok ada jadwal ngawas."
"Mba juga besok ada, hmmm coba hubungi bu Siska, atau Pak Rian, besok kayanya mereka ga ada jadwal, siapa tau mau ngisi."
"Oke siaapp."
Ana langsung bergerak cepat menghubungi rekan kerjanya, dan Alahamdulillah semuanya bisa, seluruh jam ngawasnya Ana berikan pada bu Siska dan pak Rian, mengantisipasi jika Ana langsung disuruh masuk kerja di polaris.
*****
Sepulang sekolah, Ana tak hentinya menebar senyum bahagia, membuat bu Sintia, pak Tyo dan Dirga heran.
"Iii senyum-senyum sendiri kaya ODGJ deh," goda Dirga.
"Ii apaan sii, waras ni eikeu," ucap Ana dengan tetap tersenyum.
Bu Sintia segera memegang kening anak perempuannya itu,
"Gimana bu? demam ga?" tanya pak Tyo
"Engga sih pak," jawab bu Sintia.
"Deenger-denger! Ana mau cerita nih," ucap Ana. Saat semuanya sudah berkumpul di ruang tivi dengan cireng isi yang dikirim Thalia tadi siang lewat ojol.
"Bu,pak, Ana izin mulai besok Ana pergi kerja."
Ibu dan bapak mengerutkan keningnya, bingung.
"Yang bener kalo ngomong!" perintah bu Sintia.
"Jadi Ana dapet tawaran kerja bu, coba tebak dimana?" dengan telunjuk mengarah pada Dirga.
"SMA NEGERI 3 BANDUNG?" tebak Dirga, yang di jawab oleh gelengan kepala Ana.
Dirga berpikir kembali
"Hmm Polaris corp? ah tapi ga mungkin," ucap Dirga pelan.
"Iii bener 100, POLARIS CORP."
"Whattttt???" tanya Dirga tak percaya, yang di respon dengan tangisan oleh Damar karna kaget mendengar om nya berteriak kencang.
"Biasa aja kali!" ucap Ana yang langsung memasukan cireng ke dalam mulut Dirga yang masih ternganga.
"Ko bisa?? ga percaya ahh."
"Nih liat emailnya!" ucap Ana yang langsung memberikan Hp nya.
Dirga masih tak percaya mengucek-ngucek matanya.
"Gue yang ngarep eh kaka gue yang menang." desisny pelan pada diri sendiri saat membaca emailnya.
Walau pelan suara Dirga masih terdengar oleh Ana.
"Rezeki anak sholehah dir, jangan ngiri!"
"Hmmm, btw selamat," ucap Dirga.
"Tapi ko bisa ya?" Dirga masih tidak percaya.
"Mungkin bos nya naksir eikeu.. secara punya kaka mirip Song Hye Kyo gini" ucap Ana menggoda, yang dibalas dengan lemparan bantal kursi oleh Dirga.
"Gimana pak, bu? ga apa-apakan kalo Ana terima?"
Pak Tyo dan Bu Sintia saling berpandangan, Pak Tyo mengangguk dan memberikan kesempatan untuk ibu yang bicara
"Ibu sama Bapak mengizinkan Na, kamu masih muda, silahkan cari pengalaman sebanyak-banyaknya, soal Damar jangan khawatir, ada Ibu, Bapak dan Dirga!" ucap Ibu meyakinkan.
"Biar kamu ga kepikiran Angga terus, setidaknya kalo kamu sibuk mungkin bisa mengalihkan pikiran itu" batin Ibu. ...
Bersambung.....
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
Terimakasih yang sebesar-besarnya bagi temen-temen yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca karya saya.
Mudah-mudahan dapat menghibur..
Jangan lupa like dan komen ya temen2.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Lastri Naila
keren kayaknya
lanjut...
2021-02-02
2