Time Travel The Secret Agent
...Selamat Membaca!!...
...----------------...
Asa seolah berhenti dan terputus, ia tak lagi memiliki harapan. Kini yang ia inginkan hanyalah keselamatan keluarga serta rakyatnya. Miris hati ketika netra melihat segalanya.
Bunyi dentingan pedang terdengar memekakkan telinga, teriakan terdengar dimana-mana. Darah berceceran dengan setiap tubuh yang tak lagi memiliki jiwa tergeletak di segala arah.
Suara tubuh yang mulai berjatuhan seolah tengah bersahut-sahutan dengan rintihan jiwa yang putus asa, peluh mengucur deras seolah menggambarkan betapa rumitnya situasi yang tengah melanda, "Yang Mulia hamba mohon, tidak ada waktu lagi." prajurit tadi kembali mendesak, tugasnya adalah mengamankan sang Permaisuri bahkan jika nyawa bayarannya.
Tak lagi dapat membuat pilihan, tak ada pilihan lain selain melarikan diri dari sini. Situasi benar-benar tidak memungkinkan untuknya tetap bertahan disini, justru membuat semaki rumit
Kemudian ia menarik anaknya dengan keras, berlari sekuat tenaga menjauhi pergerakan iblis kecil itu.
Keputusasaan mendorongnya untuk melakukan ini, derap langkahnya menggema bagaikan tempo sebuah musik, dengan tangisan serta teriakan menjadi pengiringnya.
"Ayo pergi dari sini untuk sementara! "
***
Tubuh itu mulai kaku dan dingin, detaknya tak lagi berbunyi, nafasnya terhenti tanpa mendapat sesuatu yang pasti. Pria berpakaian tabib itu menghela nafasnya penuh ketakutan saat menyadari tubuh itu sudah tidak bernyawa.
Ia menutupkan kain sutra putih pada tubuh tersebut, kemudia mengusap tangannya. Perlahan langkah kaki menuntunnya keluar dan berhadapan langsung dengan ketakutannya.
"Bagaimana keadaan putri bungsu?" tanya seorang laki-laki paruh baya yang menggunakan jubah bersulamkan emas begitu sang tabib keluar.
"Ampuni hamba Yang Mulia, hamba sudab berusaha namun Dewa berkata lain. Putri Bungsu sudah-"
"YANG MULIA!? " ucapan sang tabib terpotong karena teriakan para pelayan yang menunggu tubuh tadi di dalam.
Segera mereka yang berada di sana masuk ke dalam ruangan, melihat tubuh yang tadinya kaku mulai bergerak perlahan. Jemari lentiknya yang dingin terangkat, menyentuh kepalanya dengan ringisan yang keluardari bibir tipisnya, "tabib apa yang terjadi?" pria berjubah tadi kembali meminta sang tabib untuk memeriksa.
"Ahh sakit sekali, apa yang terjadi? " belum sempat sang tabib melakukan pemeriksaan, sosok yang tadinya terbaring lemah itu berucap seraya berusaha bangkit secara perlahan.
"Yang Mulia, biarkan hamba memeriksa anda." Tabib tersebut membungkuk hormat dan kembali memeriksa, namun ditepis oleh sosok tadi.
"Jangan menyentuhku, apa yang ingin kau lakukan?" tanya sosok itu dengan suara lemahnya, namun tatapannya menghunus tajam pada sang tabib membuat tabib tadi kebingungan karena tidak bisa melakukan titah.
"Putri shuwan, diam dan biarkan tabib memeriksamu." Pria berjubah kembali angkat bicara, sang tabib dengan segera melakukan tugasnya. Kali ini sosok tadi, Shuwan tidak menolak dan membiarkan.
Dalam diam ia bertanya tanya, darimana pria asing itu mengetahui namanya. Tatapannya menyelidik ke seluruh penjuru ruangan yang terasa sangat asing baginya. Interior ruangan itu sangat kuno, benar-benar berbeda jauh dengan yang ada di ingatannya.
"Ampun Yang Mulia, ini sebuah keajaiban, Putri Bungsu telah hidup kembali. Saat ini keadaan Putri Bungsu perlu perawatan dan istirahat yang cukup, beberapa minggu akan pulih seperti sebelumnya. Dan benturan keras dikepala Putri mungkin akan membuatnya kebingungan dengan ingatannya." Tabib itu menghentikan ucapannya dan membungkuk hormat kembali pada sang junjungan.
"Baik, kau boleh pergi." Kemudian sang Tabib dengan cepat meninggalkan ruangan, tersisalah Shuwan yang dikerumuni oleh pri berjubah dan beberapa wanita di belakangnya, "untuk saat ini istirahatlah, jangan memaksakan dirimu dan jangan mengulangi kejadian ini lagi."
Kemudian setelahnya pria itu pergi diikuti para wanita di belakangnya yang sempat melayangkan tatapan jijik kepada Shuwan, namun Shuwan tak acuh padanya.
Begitu pintu tertutup kembali, seorang pelayan muda bergerak tergesa-gesa mendekatinya dan membungkukkan tubuhnya berkali-kali.
"Putri ampuni Nubi Putri, karena Nubi Putri harus mengalami semua ini. Putri akhirnya sadar, Nubi sangat khawatir. Hukunlah Nubi yang lalai dalam menjaga Putri hingga Putri harus jatuh dari tangga." Pelayan muda itu terus membungkuk, namun tak kunjung mendapat tanggapan dari Shuwan sehingga ia mulai bersujud penuh pengampunan.
Shuwan tidak mengerti semua yang telah terjadi, dia benar-benar bingung dengan situasi yang menimpanya ini. Ia mulai memegang kepalanya, mengerang ketika rasa sakit mulai menyerang kepalanya, "akhh"
......................
"Jalang kecil... kau berani bermain-main denganku? "
......................
"Hentikan tangisanmu itu!! Terdengar memuakkan! "
......................
"Menjauh dariku! Kau sangat menjijikkan tahu tidak? "
......................
"Hahaha lihat sampah ini! Dia bahkan berlutut meminta makanan kepadaku yang hanya seorang pelayanan, padahal dia adalah seorang putri! "
......................
"Jangan menyentuh pakaianku! Kau membuatnya kotor dasar sampah!! Tidak berguna, seharusnya kau mati saja! "
......................
"Jangan memanggilku Kakak! Kau tidak layak, pembunuh!! "
Brukk
......................
Shuwan terus memegang kepalanya yang berdenyut. Perkataan dan ingatan asing memasuki kepalanya begitu saja. Tanpa sempat memahami, namun perlahan semuanya mereda. Saat membuka mata, ia melihat pelayan tadi menatapnya penuh rasa cemas.
"Putri ada apa putri? Putri?! Apa perlu nubi panggil tabib? " tanya pelayan itu dengan panik sambil berusaha memegang tangan Shuwan yang dingin.
"Tidak perlu."
"Baiklah putri, apakah putri lapar? Hamba akan mengambilkan makanan untuk anda."
Shuwan mengangguk, kemudian ia merebahkan kembali tubuhnya dengan perlahan dan dibantu pelayan tadi. Ia masih memerlukan waktu untuk memahami semua yang terjadi.
...***...
Tatapannya terarah pada langit-langit kamar, pikirannya melayang mencoba memahami segala yang menimpanya. Mulai dari ia membuka mata, ia masih terusa berusaha mencerna dan mengingat-ingat.
"Putri, makanan siap." Suara pelayan tadi, Xiaomi terdengar memasuki kamar. Shuwan meliriknya sekilas kemudian bangkit duduk dari posisi merebahnya. Namun tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Bisakah kamu ambilkan aku cermin?" tatapannya menghunus dingin membuat Xiaomi gemetar dan kebingungan, "ba-baik yang mulia."
Xiaomi dengan bergegas mengambilkan cermin untuk Shuwan, dan segera memberikannya pada junjungannya itu.
Begitu menerima cermin yang disodorkan Xiaomi, Shuwan menatap pantulannya di depan cermin. Wajah elok itu terpampang jelas, tak ada yang aneh karena itu masihlah wajahnya. Hanya saja terlihat jauh lebih muda?
"Ini benar-benar tidak masuk akal." Gumam Shuwan dengan kening mengernyit, kepalanya pening memikirkan segala yang menimpanya ini.
Braaaakk
Suara pintu didobrak secara paksa sukses membuat Shuwan mengernyit heran. Sementara Xiaomi berjengit penuh keterkejutan dan ketakutan, diringa berusaha melindungi junjungannya itu.
"Dasar j*l*ng si*l*n! Kenapa kau tidak mati saja hah? " Seorang anak perempuan yang usianya seperti tidak berbeda jauh darinya masuk dan berteriak lantang di hadapannya.
Takk
"Apa yang kau lakukan?" Shuwan menatap tajam anak perempuan itu seraya turun dari peraduannya, meski lemas ia tidak membiarkan dirinya tak berdaya.
"Apa kata mu barusan hah?? Siapa yang tidak tahu sopan santun hah?? Besar sekali nyalimu J*l*ng!!" Ucap anak perempuan itu dengan marah dan menarik kerah pakaian Shuwan.
"Diam kau!! " Shuwan menyentak bahkan mendorong anak perempuan yang menurutnya sangat mengganggu itu, entah tenaga dari mana yang ia dapatkan.
"Kau?! Kau berani kepadaku hah!? J*lang si*lan!! Bosan hidup kau hah!? " Teriak anak itu keras kemudian mengangkat tangannya.
Plakk
Bukan Shuwan yang tertampar, melainkan anak itu di tampar oleh Shuwan. Tenaga yang Shuwan gunakan tidak lah besar karena tubuhnya masih sangat lemah, sehingga tamparan itu sebenarnya tidak menimbulkan rasa sakit sedikitpun mungkin.
"Kau!!" Anak itu menatap Shuwan dengan tajam, lalu dia mencengkram leher Shuwan membuat Xiaomi panik.
"Pu-putri! Mohon ampuni Putri Shuwan! Dia masih anak-anak" Ucap Xiaomi seraya bersujud di kaki anak itu. Sementara Shuwan hanya mengernyitkan dahinya samar dengan tidak suka.
"Yang mulia! Kaisar meminta anda untuk menghadap" Namun belum sempat shuwan mengambil tindakan, seorang pelayan tiba-tiba masuk dan memanggil anak perempuan yang mengganggu Shuwan itu.
Anak perempuan itu menoleh ke arah pintu, dia mendengus keras menatap Shuwan dengan tatapan nyalang.
Dia melepaskan cengkramannya pada Shuwan dan langsung berlari keluar dari kediaman Shuwan yang cukup kecil itu.
ckckck
Shuwan hanya bisa berdecak malas, bagaimana pun juga saat ini Shuwan belum cukup kuat untuk melawannya.
'Ini sangat merepotkan, jadi aku dilahirkan kembali? Eh? Atau ini tranmigrasi?'
"Yang Mulia, apakah anda baik-baik saja? " Tanya Xiaomi seraya bangkit berdiri dan menampilkan raut penuh cemasnya.
"Kau keluarlah dulu."
Setelah mengusir Xiaomi, Shuwan mulai duduk dan memijat pangkal hidungnya. Saat ini kepalanya masih berdenyut, dan ia pun memutuskan untuk membaca untuk memahami dunia yang membuatnya bingung ini.
Dari Siang hingga malam Shuwan hanya membaca karena baginya informasi sangat dibutuhkan untuk bisa memecahkan misteri mengapa ia berada di situasi seperti ini. Dia menyadari kalau dirinya berada di dunia yang berbeda dengan dunianya dulu.
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
Hikam Sairi
mulai baca
2024-09-28
0
ayaya
Baca ulang soalnya dulu gk sempat lanjut tapi lupa cerita ny jadi ulang aja sekalian hehe
2024-07-12
0
Al^Grizzly🐨
Maaf ya thor..kalau kelahiran kembali atau Rebirth itu..Orang itu sudah mati dan kembali mengulang kehidupannya...kalau cerita ini bukan rebirth thor...ini murni Tranamigrasi...atau perpindahan jiwa...dr jiwa lain ke tubuh lainnya...maaf ya thor ini bukan Rebirth...bedakan..Rebirth dan Transmigrasi...apalagi Reinkarnasi.
2024-05-10
1