"Ah sudahlah, ayo jangan biarkan mereka menunggu" ucapnya sambil memegang bungkusan kecil berisi seruling giok itu.
..................................................................
Selama perjalanan menuju aula Shuwan hanya memasang ekspresi datarnya walau banyak pelayan yang menatapnya dengan cemoohan. Seolah tidak menyukai keberadaannya.
Hingga sampai didepan aula terlihat orang dengan pakaian berkelas yang berlalu lalang. Saat Shuwan melangkah kasim pun berteriak.
"Putri Bungsu Kekaisaran Qin Telah tiba! " Teriaknya memekakkan telinga.
Semua pandangan pun tertuju pada sosok yang kerap dirumorkan dengan hal-hal buruk. Hingga bisik-bisik pun terjadi.
"Dari rumor yang ku dengar putri bungsu sangat buruk rupa sehingga malu menunjukkan wajah di depan umum"
"Iya! Tapi putri bungsu sangat pemalu, katanya dia sangat lucu sehingga keluarganya sangat posesif padanya"
"Mungkin! Sepertinya begitu"
Dan masih banyak lagi gosipan gosipan lainnya yang menyebalkan. Hingga saat sosok mungil muncul di depan pintu dengan wajah dinginnya membuat semua orang di aula terkejut akan sosok yang kerap menjadi perbincangan itu.
Shuwan berjalan dengan santai dan pembawaan yang tegas, ia pun berhenti beberapa meter dari singgasana Kaisar dengan sedikit menundukkan kepala.
"Salam kepada para kaisar dan keluarganya juga tamu Kekaisaran, menteri pejabat dan para rakyat! " ucapnya lantang seraya menundukkan kepala sedikit. Hingga bisik-bisik pun terjadi lagi.
"Apa nya yang buruk rupa? Ini jauh dari keburukkan! Begitu cantik seperti dewi"
"Kecantikan yang sesungguhnya"
Dan masih banyak lagi gosipan gosipan yang menurut Shuwan sangat tidak bermutu.
"Ya! " jawab kaisar dengan menganggukkan kepalanya.
Tanpa berkata-kata lagi, Shuwan segera pergi ke tempat duduknya. Dia duduk menikmati acara dengan ketidak pedulian. Dia mengedarkan pandangan dan melihat sesuatu yang menarik.
'Kenapa Pemuda lugu itu berada di sini?' Batin Shuwan sambil menghela nafas panjang.
Acara jamuan tari terus berlanjut hingga tiba saatnya untuk menyerahkan hadiah. Mulai dari para Bangsawan, putri, pangeran, selir Kekaisaran lain ataupun kaisar dan permaisurinya.
Hadiahnya pun berbagai macam mulai dari yang mahal maupun yang sederhana. Akhirnya tiba waktunya Shuwan memberi hadiah.
"Salam pangeran semoga selalu diberikan kebahagiaan dalam hidupnya! " ucap Shuwan seraya menundukkan kepala.
"hem" balas Pangeran Ruan yang membuat shuwan sedikit kesal, ia berpikir kalau pangeran itu layak mendapat sedikit pelajaran agar tidak bersikap begitu. Namun Shuwan enggan bersuara atas kekesalannya.
"Terimalah hadiah sederhana ini dariku! " Ucap Shuwan singkat dengan dagu terangkat sambil menyerahkan kotak kecil yang sudah di hias tak lupa isinya adalah seruling itu.
"Terima kasih" Balas Pangeran Ruan tannpa tersenyum sedikitpun, bahkan hanya melirik Shuwan dengan malas
Setelah memberi hadiah Shuwan pun kembali duduk dan menyantap kudapan karena bosan sebab sekarang adalah pertunjukan bakat para putri.
Dan, putri kedua kaisar Qin lah yang sedang bermain kecapi. Saat ia selesai seluruh tamu dan rakyat bertepuk tangan karena bakatnya yang memang harus di akui sangat bagus untuk anak seumurannya.
"Bagus sekali putri, Ayahandamu ini suka! " Puji kaisar Qin dengan bangganya.
"Terimakasih Ayahanda! tapi putri ini memiliki permintaan! " ucap putri Bailin sambil tersenyum miring.
"Apa permintaanmu putriku? Kalau Ayahanda mampu, akan Ayahanda turuti"
"Putri ini ingin melihat bakat putri bungsu Ayahanda! " ucapnya lantang membuat kaisar diam dan langsung banyak yang berbisik karena menurut mereka "Jika putri Shuwan tampil, itu hanya akan mempermalukan diri sendiri dan Kekaisaran" yang tentu saja membuat Putri Bailin tersenyum penuh arti.
"Bagaimana putri Shuwan? " tanya kaisar dengan kontak mata seolah mengatakan "Lebih baik kau menolak! jangan mempermalukan Kekaisaran ini!
"Baik yang mulia" ucap Shuwan dengan dagu terangkat membuat kaisar menatapnya dalam dan ada keraguan didalam nya tatapan itu.
Shuwan meminjam alat musik kepada para pembawa musik, alat yang ia pinjam tak lain dan tak bukan ialah seruling.
Shuwan memainkan lagu 'Sadness And Sorrow' karena menurutnya itu adalah lagu yang cocok.
Alunan musik yang di rasakan membawa unsur kesedihan tersendiri, membuat siapa pun yang mendengar nya tak kuasa untuk tidak menitihkan air mata. Seolah dalam musik itu Shuwan melimpahkan kegelisahannya. Menyuarakan teriakan tanpa perlu membuka tenggorokan.
Kecuali kaisar dan para pangeran, mereka hanya diam dengan pandangan kosong seakan tertarik kedunia lain akibat musik itu.
Hingga saat musik selesai semua orang masih larut dalam fikiran masing-masing sehingga suasana menjadi senyap dan hening sampai kakak Zhuang lah yang bertepuk tangan dahulu membuat lamunan orang-orang buyar seketika dan bertepuk tangan dengan meriahnya.
"Ekhem! Penampilan yang bagus putri! " ucap kaisar dengan wajah terkejutnya yang tersembunyi di balik topeng wajahnya yang tebal itu.
Notes:
Topeng wajah: menyembunyikan ekspresi di balik wajah tenangnya(atau datar) (seperti pura-pura tidak peduli padahal penasaran).
"Terimakasih yang mulia" ucap Shuwan sambil kembali duduk dan ia mulai bosan.
'Astaga bisa-bisa aku mati kebosanan, tidak bisa dibiarkan! Tak mungkin aku mati konyol karena bosan!' Shuwan hanya menggerutu dalam hati hingga ia melihat Li Zhuang keluar dari aula.
Melihat itu Shuwan pun meminta izin pada kaisar untuk kembali. Saat sudah diluar Shuwan mengikuti langkah kaki Li Zhuang hingga berhenti di kolam teratai yang terlihat agak dalam.
Tapi, sebelum Shuwan sampai ada sosok perempuan yang mendekatinya, saat sudah saling bertatapan mereka pun berpelukan, ada perasaan tidak percaya di hatinya melihat Pemuda lugunya.
"Hai kak Zhuang! " Sapa Shuwan dengan senyuman manis yang berarti.
"Eh? Salam putri! " ucap Li Zhuang dan wanita cantik itu bersamaan sambil menunduk hormat.
"Ya! " jawab Shuwan acuh tak acuh yang sukses membuat Li Zhuang mengernyit heran.
"Ahh, Permainan seruling anda sangat indah putri! Hamba sangat menyukainya! " ucap wanita disebelah kak Zhuang untuk membuka pembicaraan setelah sekian lama hening.
Shuwan yang mendengarnya hanya tersenyum lalu, "Anda? " tanya Shuwan sambil menunjuk wanita itu berusaha untuk se-sopan mungkin.
"Ahh? Perkenalkan Hamba adalah anak perempuan dari jendral Lan, Nama hamba adalah Lan yan, hamba adalah tunangan kecil jendral Li Zhuang" ucap wanita berumur 17 tahunan itu seraya tersenyum, Sedangkan kak Zhuang hanya mengangguk membenarkan ucapan Lan Yan.
Tapi, belum sempat mereka berbincang salah satu penjaga dari kediaman jendral memanggil mereka berdua, akhirnya mereka pamit dan tinggallah Shuwan seorang diri di dekat kolam itu dengan perasaan campur aduk antara sedih, senang, dan kecewa.
Padahal dia kira, dia masih bisa bermain-main dengan pemuda yang menurutnya lugu itu. Karena baginya, mempermainkan pemuda itu akan sangat menyenangkan.
Hingga datang lah kecoa pengganggu di ikuti pelayannya. Tanpa Shuwan sadari di belakangnya terdapat para pangeran dan kaisar Qin yang hendak kembali ke kediaman.
"Hei! Kau si*l*n yang mencuri perhiasanku bukan? " tanyanya dengan lantang membuat rombongan dibelakang mereka mulai mendekat takut hal yang tidak-tidak terjadi.
"Maksud? " tanya Shuwan sambil berfikir maksud dari ucapan Bailin hingga dia mengambil tangan Shuwan dan menampar wajahnya sendiri lalu menarik Shuwan masuk ke-dalam kolam yang cukup dalam itu.
Byurrrr
Mereka masuk secara bersamaan, putri Bailin pura-pura tenggelam dan kaki Shuwan tersangkut, sungguh nasib!
Shuwan dan Bailin berteriak minta tolong tapi pangeran ke 3 menceburkan diri ke kolam dan hanya menyelamatkan putri Bailin.
Saat didalam air pangeran ke 3 melihat kaki Shuwan yang tersangkut tapi dia hanya pura-pura tidak tahu.
Melihat itu Shuwan yang tadi nya berusaha meminta pertolongan pun menjadi diam dan membiarkan tubuh nya tenggelam perlahan.
Putri Bailin sudah dibawa keatas dan seluruh keluarga nya pun cemas, juga tak ada yang memikirkan tentang Shuwan hingga,
Byuuurr
Seorang penjaga yang masih muda langsung menceburkan diri tanpa perintah dan seakan tak peduli pada nyawanya setelah ini karena bertindak sebelum di titah.
Putri Bailin yang tadinya pura-pura pingsan pun sudah pura-pura sadar saat Shuwan sudah digendong untuk naik ke permukaan.
Kesadaran Shuwan yang belum hilang sepenuhnya sayup-sayup mendengar perkataan putri Bailin yang menyalahkan nya.
"Ayah! Aku aku hanya bertanya padanya tentang perhiasanku yang hilang tapi di temukan di bawah peraduannya. Tapi, dia dia malah menamparku sangat keras hingga aku tercebur di kolam dan tak sengaja menarik lengannya, tolong berikan keadilan ayah." Putri Bailin terisak meminta keadilan dari sang ayah, ia berucap lirih dengan suara yang dilemah-lemahkan.
Sementara Shuwan masih berusaha mengembalikan kesasarannya, ia terbatuk-batuk merasakan air yang seolah memasuki rongga pernafasannya. Bukan lemah, ia hanya terkejut hingga tidak siap dengan hal yang terjadi tadi.
"Lancang sekali seorang putri selir rendahan menampar dan mendorong putri saya!! " Teriakan sang selir Qin menggelegar, entah sejak kapan selir itu berada di sana karena ia tiba-tiba saja datang dengan kemarahan.
"Anda harus menghukumnya yang mulia, ditambah dengan beraninya dia mencuri!! " Timpal permaisuri yang juga sedang bersama dengan Selir Qin. Mereka berdua menghampiri Bailin.
"Apa kau benar mencuri Shuwan? " Tanya pangeran ke 4 yang tidak lain dan tidak bukan adalah kembaran Shuwan.
"Aku tida-"
"Kalau tidak pun kau seharusnya tidak menampar dan mendorong putri kedua! " Sarkas permaisuri dengan senyuman tipis penuh arti.
"Cukup! Kau sudah keterlaluan putri Qin Shuwan! Kau di hukum dengan di asingkan ke hutan kematian selama 1 bulan dan hanya diikuti 1 pelayan saja! " perintah sang kaisar mutlak.
"Tapi ak-"
"Kangan membantah! " Belum selesai Shuwan protes, ucapannya sudah di potong. Shuwan benar-benar membenci ini, dia seolah tidak memiliki harga diri disini.
"Tapi ayah! Dia juga jelas-jelas mencuri perhiasanku, buktinya perhiasanku ini ada di bawah peraduannya, aku tanya padamu ayah, apa hukumannya untuk anak selir rendah yang mencuri benda milik anak Selir agung ? " rengek putri Bailin seakan tidak puas akan penderitaan Shuwan ini.
"Cukup! aku tidak mencuri, lagipula untuk apa aku mencuri hah? Dan aku juga tidak menampar atau mendorongnya, bagaimana mungkin anak berumur 15 tahun yang tidak bisa ber kultivasi mendorongnya? " ucap Shuwan sambil menahan emosi yang menggebu-gebu, dia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang-orang disini.
"Diam! " Ucap Selir Qin takut anaknya ketahuan berbohong.
"Yang mulia berikan keadilan untuk anak hamba!! " Selir Qin mulai memeluk kaki kaisar.
'Sepertinya ini kesempatan untuk membunuh anak dalam ramalan ini' Gumam Kaisar Qin Zhaoqi dalam hati.
"1 bulan pengasingan di hutan kematian dan cambuk 5 kali karena mencuri! " ujar kaisar tegas.
"Kau! " Ujar Shuwan namun tidak mengatakan apa-apa, lagi pula ada bagusnya juga dia di asingkan.
"Pengawal! Ambilkan cambuk! " titah kaisar
Shuwan tidak ingin berkata apapun, dia siap menerima ini. Dia akan menganggap ini bagian dari hal yang akan dia balas dimasa delan. Kemudian ia duduk membelakangi kaisar yang sudah memegang cambuknya.
Ctaarr
Ctarrr
"Ssh" Shuwan hanya meringis saat cambukan terakhir dilayangkan, darah segar mengalir deras dari luka dipunggungnya itu.
Kulit mulus nyapun sudah robek dengan 5 luka. Shuwan pun berdiri sambil menggigit bibir menahan sakit mengakibatkan bibir nya ikut berdarah. Tubuh yang dia gunakan saat ini masih terlalu lemah.
Shuwan pun berbalik dan mendongak menahan amarah yang memuncak. Dia marah karena tidak bisa mengolah Qi, lantaran tidak menemukan buku tentang cara mempelajarinya.
Bahkan saat ingin ke perpustakaan pun, dia tidak di ijinkan seolah dirinya memang di larang untuk berkultivasi.
'Akan ku balas semua penghinaan ini si*l*n'
"Kembali ke kediamanmu dan siapkan barangmu besok berangkat menuju pengasingan! " Ucap kaisar melewati ku begitu saja hingga saat pangeran ke 4 melewati Shuwan dia membisikkan sesuatu padanya.
"Maaf aku belum bisa membantumu, tunggu aku kuat aku akan melindungimu adikku" ucapnya berbisik lalu berjalan pergi.
'Aku tak butuh maafmu akan kubalas dirimu juga karena sudah gagal melindungi adikmu Qin Shuwan! ' Shuwan hanya bisa mengumpat dalam hati karena amarahnya akan semakin memuncak bila dia berbicara.
Shuwan berjalan menuju kediaman dan mengobati lukanya di bantu Xiaomi yang sedari tadi terus meminta maaf sambil menangis.
"Terimakasih, sekarang pergi lah dan beristirahat untuk besok kau akan ikut aku kan? " ucap Shuwan dengan nada yang sangat dingin, kabut amarah masih terlihat dimatanya. Ia benar-benar marah dengan semua yang terjadi ini.
"Baik Putri, hamba pergi dulu. Besok hamba akan membangunkan Anda saat pagi, sebaiknya Putri istirahat agar luka Putri segera pulih." jawab Xiaomi sambil tersenyum sendu.
Baru setelah di rasa Xiaomi sudah jauh baru lah ia melampiaskan amarah nya dengan memukul dinding hingga dinding itu retak dan tangannya terluka.
Shuwan bahkan menggebrak meja rias dan memecahkan segala alat riasan wajah yang ada sambil berteriak.
"NIKMATI KEMENANGAN SEMENTARA KAALIAANN! TUNGGU AKU KEMBALI KUBALAS KALIAN SEMUA RIBUAN KALI LEBIH MENYAKITKAN DARIKU SI*L*NN!!! "
Setelah puas berteriak Dia pun akhir nya tertidur di peraduan dengan keadaan kamar yang seperti kapal pecah.
......................
Andai aku bisa memilih dimana harus dilahirkan
Maka aku akan memilih untuk lahir di rahim orang biasa.
Tapi bagiku, aku tidak bisa mati sekarang
Karena mati bukan pilihan, tapi mati adalah opsi yang bisa kuambil jika sudah tidak ada yang menginginkan aku hidup.
Nyatanya masih ada yang ingin aku hidup
Dan, aku tak ingin pengorbanan ibunda saat melahirkanku hanya sia-sia
Kakak! Tahukah kamu jika aku tak hadir di rahim ibunda dan ibunda memiliki takdir untuk mati setelah melahirkan,
Aku yakin yang mengalami apa yang aku alami adalah kamu.
Dan aku ragu, apakah kamu sanggup?
Kurasa kau belum pantas menyebut diriku ini lemah, karena dihitung dari semua penderitaan ini kamulah yang lemah!
Walaupun Luka Ditubuh Itu Sakit
Tapi, Tak Pernah Bisa Menandingi Rasa Sakit Dari Luka yang ditorehkan di Hati
Karena, Sekecil Apapun luka dihati manusia
Takkan Bisa Sembuh Bahkan Dengan Dokter Terhebat Didunia
Hati ini sakit namun aku tak bisa mengungkapkan rasa sakitnya
Belum sembuh luka di hatiku yang dulu dan sekarang kau lukai kembali hati ini dengan sembilu
Jika hidup hanya untuk dilukai
maka, aku lebih memilih mati
Jika lahir hanya membawa kutukan
Aku lebih memilih tidak dilahirkan
Namun apa dayaku
Aku hanya bayi kecil yang tak tahu apa-apa
Aku seperti kertas kosong yang terlihat kotor
Jika Aku mati
Aku berharap bisa bertemu Ibunda dialam sana
Kabulkan lah Tuhan
Permintaanku sederhana
Hanya bahagia dikehidupan selanjutnya
...----------------...
Hai Guys👋
Apa kabar?
Tinggalkan jejak jempol yaa👍
Jadikan favoritmu.
Apabila ada kekurangan mohon kritik dan sarannya'
Love You All😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
Lim Lam
sadnes and sorrow lagu kesukaan aku nih
2024-11-26
0
Erlina Ibrik
mengembalikan * kesadarannya*
2024-11-19
0
Fitrian
ooh topeng kayu lapuk😷
2024-06-08
0