*Akhirnya setelah mengucapkan beberapa kata, Ia berangkat menuju jantung hutan, yang terletak di Air Terjun Kembar.
Ia pun duduk di batu yang tersedia disitu, ia mulai ber kultivasi, sedangkan An Ri dan Hua Ho mulai membuat tenda untuk tinggal*.
......................
Setelah mengantarkan Mu Lin pergi, seluruh keluarga Hua berkumpul di ruang kerja Zeying. Mereka membicarakan rencana untuk besok, mulai dari penjebakan. Mereka ingin membuat trik kecil agar keluarga Kekaisaran Qin sedikit terkena karma yang tidak 'kebetulan'
"Bagus! Besok akan ada pertunjukan yang menarik" Ucap Jinsu berapi-api setelah mendengar ucapan kakaknya yang kelewat jenius.
"Tapi, kau harus tahu akibatnya! " Tentu Junsi tahu akibatnya.
Tapi, Zeying selalu memikirkan hal kecil, ia selalu mementingkan kemungkinan kemungkinan baik yang besar ataupun yang kecil.
"Tentu saja! " Junsi sudah menyiapkan semuanya. Ia benar-benar ingin melihat seberapa tebal bedak (wajah) mereka.
"Jadi, kalian sudah menyiapkan hadiah untuk lusa? ingat kita berangkat besok! " Zeying mengingatkan putranya yang kadang pelupa melebihi ayah mereka.
"Tentu/Ya" Ucap mereka bersamaan.
"Apakah Mu Lin curiga sesuatu kemarin? " Inilah yang terpikirkan oleh Junsi sejak kemarin.
"Entahlah, semoga tidak" Jinsu pun akhirnya turut kepikiran.
"Bagaimana pun dia masih anak berumur 11 tahun" Lanjut Jinsu, ia berpikir bahwa Mu Lin bukan lah anak yang se 'peka' itu.
"Jangan meremehkan nya" ucap Junsi.
Entah lah, mungkin ia berfikir Mu Lin jenius, karena sudah ber kultivasi saat masih berusia 11 tahun, dan tingkatkan nya melebihi Junsi sendiri. 'ck merepotkan'
"Dia anak yang jenius. Kita harus berhati-hati, bagaimana jika dia pergi nanti? " Zeying tidak bisa tidak khawatir.
Bagaimana pun juga Mu Lin sudah ia anggap putrinya sendiri, dan ia tulus menyayangi nya.
"Hemm" Mereka pun terlarut dalam pikiran masing-masing. Akhirnya Junsi pamit untuk mencari udara segar, padahal dia ingin mulai berlatih.
"Hah! Kenapa lama sekali mencapai terobosan? " Junsi bertanya pada dirinya sendiri sambil memukul pohon yang biasa ia gunakan untuk latihan.
"Kau ingin menjadi kuat? Aku bisa menawarkan opsi untuk mu" Tiba-tiba Suara bariton menyapa indra pendengaran Junsi. Refleks, Junsi segera memutar pandangannya untuk melihat sosok itu.
"Siapa? " Junsi mulai waspada, keamanan keluarga Hua itu ketat, kenapa dia bisa ada disini? Satu jawabannya, 'Dia bukan orang biasa! '
"Seorang gadis kecil mengatakan padaku, bahwa ia ingin jadi kuat dan melindungi kakaknya. " Sosok itu kembali berbicara. Junsi mulai mengerahkan otak nya untuk menafsirkan kata-kata sosok itu.
"Apa mau mu? " Tanya Junsi To The Point.
"Aku akan memberikan mu kekuatan, kau adalah anak yang terpilih"
"Apa maksud mu? " Tanya Junsi lagi.
"Jadilah muridku"
"Apa keuntungan yang aku dapat? " Junsi bertanya seolah olah ia adalah pedagang berpengalaman.
"Haha...Sepertinya keluarga Hua sudah mengajar kan bisnis pada keturunannya sejak dini" Sosok itu terkekeh sambil menutup mulutnya seperti seorang gadis.
"Aku tak punya waktu untuk ini! " Junsi segera berbalik hendak pergi, ini sudah sore lagipula.
"Pikiran lah! Kalau kau ingin menjadi lebih kuat, jadilah muridku. Aku akan kembali minggu depan! " Sosok itu kembali bicara, Junsi berhenti dan menoleh kebelakang hendak menolak, tapi sebelum ia bicara sosok itu sudah hilang dan tak ada ditempat. Bagaikan hilang ditelan bumi.
Akhirnya Junsi hanya mengangkat bahu acuh. Walau ia turut kepikiran, ia tetap acuh, ia ingin berusaha kuat sendiri.
Ia membersihkan diri dan mulai ber kultivasi. Ia ber kultivasi sebentar untuk meningkatkan tenaga.
"Siapkan makanan, katakan pada ayah aku tidak ikut makan bersama malam ini! " Junsi keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basahnya.
Belum lagi pakaian hitam dengan sulaman benang biru berbentuk ular yang ia kenakan membuat kesan pertama kali terlihat ialah 'Tampan'. Yahh meskipun masih berusia 15 tahun, ia tetap terlihat tampan.
"Baik Tuan Muda" Pelayan yang bekerja di kediaman Hua adalah orang terpelajar.
Mereka dituntut memiliki otak cerdas sehingga mereka lebih profesional dalam mengerjakan tugas nya, meskipun mereka harus melihat anggota keluarga yang tampang nya mendekati pangeran dari Kekaisaran.
Yap, Keluarga Hua masih bersaudara dengan Kekaisaran Bumi. Permaisuri di Kekaisaran Bumi masih lah anggota keluarga Hua, permaisuri terdahulu pun begitu sehingga keluarga Hua tidak bisa di singgung bahkan oleh anggota Kekaisaran Qin.
'Apa kakak sepupu akan datang besok?' Junsi ber sepupu dengan salah satu pangeran dari Kekaisaran Bumi, sehingga mereka cukup dekat. Setelah menunggu beberapa menit, Pelayan tadi datang membawa beberapa makanan dan kudapan.
"Pergi ke perpustakaan keluarga, ambilkan aku buku tentang kultivasi sebanyak-banyaknya! "
"Baik Tuan Muda! " Setelah mengantarkan makanan pelayan itu segera pergi menuju perpustakaan untuk mengambil buku.
Keluarga Hua punya banyak buku pengetahuan sehingga keturunannya sangat cerdas dan selalu berpendidikan.
Junsi makan sendirian, ia selalu suka suasana hening karena begitu nyaman baginya. Bahkan ia lebih suka menyendiri saat suasana hatinya buruk, di bandingkan melampiaskan amarah nya pada orang atau benda.
Tiba-tiba ia memikirkan sosok pria tadi, "Aku akan memberikan mu kekuatan, kau adalah anak yang terpilih" Kata-kata sosok itu kembali terngiang, apa maksudnya tentang ia adalah anak yang terpilih?
"Apa aku harus bertanya? " Junsi bergumam sendiri sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
'Apa bahayanya kalau aku menerima tawarannya? 'Seperti biasa, Junsi akan memikirkan setiap akibat dari langkah yang dia ambil.
Tak lama kemudian para pelayan kembali membawa beberapa tumpuk buku, ia pun telah selesai makan. Setelah menyuruh pelayan membersihkan makanan, ia segera membaca semua bukunya hingga larut malam, Setelah lelah ia pun tertidur.
***
Pagi hari tiba, tapi keluarga Hua sudah dalam perjalanan menuju ibukota Kekaisaran. Setelah beberapa saat, mereka dengan menggunakan kereta kuda sudah sampai di pasar ibukota yang penuh dengan kegiatan jual beli.
Para pedagang berteriak menawarkan dagangan mereka, Jinsu yang sudah tidak tahan berada di dalam kereta pun segera turun.
"Ayah! Kakak! Aku ingin tanghulu itu" Teriak Jinsu antusias, ia memang menyukai makanan ringan tiongkok. Setelah mendapat koin dari ayahnya, Jinsu segera menuju penjual tanghulu ditemani pengawal pribadi nya.
"Paman, Berapa harga tanghulu ini? " Tanya Jinsu sambil menunjuk tanghulu, sedangkan pengawal nya hanya memasang sikap waspada.
"Satu tusuk tanghulu seharga tiga koin perunggu saja nak" Ucap pedagang itu dengan senyum ramahnya.
"Berikan aku dua puluh tusuk paman" Ucap Jinsu sambil memberikan satu koin perak pada pedagang itu, sang pedagang segera membungkuskan dua puluh tusuk tanghulu.
"Ini kembaliannya nak! "
"Ambil saja untuk paman" Jinsu segera menarik pengawal pribadinya pergi, Pedagang tersebut hanya tersenyum memandang punggung Jinsu yang kian menjauh.
Saat hendak kembali ke ayahnya, ia melihat seorang anak kecil seumurannya yang duduk meringkuk di depan kedai yang telah ditutup. Anak kecil itu nampak kedinginan dan kelaparan, Jinsu pun malah menarik pengawal pribadi nya menuju anak itu.
"Hai teman! Apa kau lapar? " Tanya Jinsu dengan senyuman cerahnya. Tapi, hanya di lirik sebentar lalu di acuhkan oleh anak itu. Jinsu pun mencebikkan mulutnya dan mulai mengoceh.
"Hei! Aku bicara padamu! Aku tulus tahu! Aku hanya ingin memberimu tanghulu yang enak ini, apa kau tak ingin? " Ucap Jinsu sambil nenaik turunkan alisnya.
"Apa kau yakin? Apa kau tidak jijik melihatku? " Tanya anak itu ragu-ragu.
"Tidak! Aku selalu ingin punya teman, tapi mereka hanya memanfaatkan ku. " Jinsu mencoba meyakinkan anak itu bahwa ia bukan orang jahat.
"Terimakasih" Anak laki-laki itu akhirnya menerima tiga tusuk tanghulu dan berterimakasih, tapi Jinsu malah menyeretnya ke kereta.
"Ayah! Bolehkah ku bawa pulang? " Jinsu berteriak memanggil ayahnya, ayahnya pun menengok dan tertegun sejenak melihat keadaan anak kecil itu yang memprihatinkan.
Terlihat jelas perbedaan antara anak itu dan Jinsu ketika di bandingkan. Ia pun tersenyum lalu menyuruh mereka berdua naik ke dalam kereta.
"Siapa namamu nak? " Tanya Zeying dengan senyuman ketika melihat anak itu yang ketakutan.
"Rui" Anak bernama Rui itu menjawab sambil menunduk namun diam-diam anak itu tersenyum dan itu di tangkap oleh Junsi.
"Umurmu? " Kali ini Junsi lah yang bertanya, ia bertanya dengan nada yang dingin membuat anak bernama Rui itu sedikit gemetar.
"Lima tahun" Jawab nya pelan, Jinsu yang melihat adegan itu segera menyuruh kakaknya bersantai.
"Baiklah, Kau akan dilatih menjadi pengawal pribadi Jinsu, Saat tiba di istana nanti, Kau bersihkan dirimu dan pakailah pakaian Jinsu. Nanti saat kembali ke kediaman, kau akan dilatih oleh Junsi, mengerti? " Tanya Zeying Dengan senyuman di akhir perkataan nya.
"Mengerti! " Rui mengangguk yakin, dalam diam ia berterimakasih kepada Jinsu, walaupun ia takut kepada Junsi.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka tiba di istana Kekaisaran Qin, mereka disambut baik oleh Anggota Kekaisaran.
Walaupun mereka hanya pedagang dan bukan anggota Kekaisaran, tapi mereka orang yang sangat berpengaruh di sini. Hua Zeying, Nama nya dikenal sebagai pebisnis sukses yang berkelana mengitari dunia.
Saat turun dari kereta, Rui menjadi pusat perhatian, tapi ia hanya menunjukkan wajah datarnya.
"Tuan Hua! Anak siapa ini? " Tanya Kaisar Qin dengan ramah, mereka berjabat tangan menunjukkan keakraban. Hua Zeying hanya tersenyum dan...
"Dia Sahabat ku! " Jinsu lah yang menjawab sambil menggandeng tangan Rui, Rui pun senang karena Jinsu terlihat tulus padanya. Kaisar Yang mendengar itu hanya tertawa hambar.
"Salam kepada Kaisar Qin, Semoga sehat selalu"
'Semoga kau cepat mati' Begitulah Junsi kira-kira. Ia mengucapkan salam sambil sedikit menundukkan kepala, Jinsu hanya menundukkan kepala dan terlihat kesal, Rui mengikuti apa yang mereka lakukan.
"Bangunlah" Setelah berbincang singkat mereka pun di antar menuju kediaman tamu.
...----------------...
SEGITU DULU AJA DEH
LIKE
KOMEN
FAVORIT
VOTE
LOVE YOU ALL😘
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
Monkey D ginz
Dia pikir si Rui itu kucing ! Sampe blg boleh dibawa pulang 😆
2021-08-04
2
arsitek! :v
"ayah bolehkah ku bawa pulang? "
"iya nak name panggang juga gak papa kok"
2021-06-10
1
Eca
makin seru aja ni ceritanya.
2021-04-20
1