".... " Mu Lin hanya menurut dan segera naik ke punggung An Ri.
Setelah Mu Lin naik, An Ri segera melesat menuju kediaman Hua. Dinginnya angin malam tak menyurutkan semangat An Ri untuk berlari dengan kencang.
......................
Sesampainya di kediaman, Mu Lin segera menyuruh An Ri untuk Tidur di ruang belajar, sedangkan ia segera bergegas menuju peraduan untuk bermimpi.
Fajar menyingsing, burung berkicauan, Embun sebening kristal menetes dari dedaunan, kabut nampak mempersempit jarak pandangan. Sedangkan, di sebuah kamar, seorang gadis kecil masih asik dalam mimpi nya yang indah hingga...
Tok Tok Tok
"Nona! Sudah pagi! " Pintu kamar terus di ketuk dari luar, suara yang berisik menarik Mu Lin dari mimpinya secara paksa.
Srett
"Hoamm" Mu Lin menguap sambil menutup mulutnya dengan lengan.
Xiaomi masuk setelah di ijinkan, Xiaomi bahkan tak menyadari bahwa ada seseorang di dalam ruang belajar itu sampai....
Krieettt
Sosok An Ri masuk ke kamar dengan wujud sebagai macan membuat Xiaomi mata Xiaomi terbelalak dan....
"Aaaaaa! Nona cepat lari Xiaomi akan memanggil penja-" Teriakan Histeris Xiaomi Terhenti ketika sebuah tangan mungil membekap mulut nya.
"Stttt! An Ri jangan menakuti kakak! " An Ri yang mendengar itu pun segera menjadi sosok laki-laki berumur 15 tahun, melihat itu Xiaomi melotot kaget.
"Kak! Jangan beritahu ayah ya! Dia teman ku" Ucap Mu Lin dengan wajah datar nya yang menjengkelkan.
"Em-em baiklah" Xiaomi hanya bisa mengangguk pasrah. Setelah itu Mu Lin segera mandi dan dibantu Xiaomi untuk berpakaian.
Mu Lin terbiasa untuk tidak mengikat rambutnya. Dia pun berangkat menuju ruang makan untuk sarapan bersama. Dalam perjalanan dia...
"Kak! Setelah ini aku akan pergi keluar sebentar bersama An Ri, kalau ada yang bertamu katakan aku sedang tak ingin di ganggu"
"Baik! Tapi, Anda ingin kemana bersama An Ri? " Tanya Xiaomi dengan raut wajah khawatir dan cemas.
".... "
'Kemana? Oh aku tak memiliki tujuan' Seperti itu lah kira-kira isi pikiran Mu Lin.
Mu Lin tak membalas pertanyaan Xiaomi. Hingga saat tiba diruang makan, seperti biasa, dia akan disambut dengan hangat oleh mereka.
"Apakah tidur mu nyenyak? " Tanya Hua Zeying sang ayah.
"Eum" Mu Lin hanya menjawab dengan anggukan, dia masih asik memakan makanan yang menurut nya lebih sedikit memiliki cita rasa.
"Adik! kau tidak boleh makan terlalu banyak daging, ini ambil sayur ini" Junsi meletakkan banyak sayuran di mangkuk nasi Mu Lin.
".... " Mu Lin Terima saja karena dia menyukai sayuran dengan sebuah alasan yang belum bisa di sebutkan.
"Tidak! Kakak biarkan dia makan daging yang banyak, jika dia makan banyak daging dia akan gemuk, dan jadi menggemaskan" Jinsu juga meletakkan daging ke mangkuk Mu Lin sehingga nasi di mangkuk itu tidak terlihat karena tertutupi oleh lauk pauk.
".... " Mu Lin masih diam tak bergeming, tapi ia berhenti mengunyah dan menatap kedua kakak nya.
"Kalian berhenti lah seperti itu. Lihat mangkuk adik kalian sudah penuh dengan lauk" Hua Zeying hanya bisa menengahi kedua anak laki-laki nya.
Akhirnya mereka pun makan dengan tenang...
"Ayah! boleh kah aku belajar mengolah Qi? " Tanya Mu Lin yang tiba-tiba terpikir untuk memperkuat tubuh nya.
"Emm umur mu masih terlalu kecil"
"Bukan kah seharus nya aku sudah dapat mengolah Qi di usia 10 Tahun? " Tanya Mu Lin dengan mata menyipit.
"Tapi.... "
"Kalau begitu aku akan latihan fisik dulu, izinkan aku lari pagi mengelilingi bukit setiap pukul 9 pagi ya ayah" Potong Mu Lin dengan wajah memelas.
Melihat itu pun Hua Zeying tak mampu untuk menolak, ia mencubit hidung Mu Lin saking gemas nya.
"Aaa! Sakit tahu" Ucap Mu Lin sambil memegang hidungnya dan sedikit menggembungkan pipinya. Sehingga, kedua kakak nya itu mencubit pipi kanan kiri Mu Lin bersamaan.
"Ishh! Kalian! " Mu Lin akhir nya hanya bisa mengusap pelan pipi nya dan menutup wajah nya untuk menghindari serangan yang di luncurkan oleh ayah dan kedua kakaknya itu.
"Hahaha! " Ayah dan Kedua kakak nya hanya tertawa keras secara bersamaan melihat Mu Lin.
***
Seusai sarapan, Mu Lin mengajak An Ri keluar dan menuju bukit belakang kediaman nya, dia mengajak An Ri untuk berlari mengitari bukit.
"Hosh hosh hosh" nafas nya memburu, rasa lelah menyerang, ia pun jatuh terduduk. Melihat hal itu, An Ri pun ikut duduk disamping Mu Lin.
"Bagaimana kalau kita ke hutan? " Tanya An Ri setelah hening untuk beberapa saat.
"Emm boleh juga, tapi aku harus kembali dulu"
"Kenapa? "
"Tentu saja untuk memberitahu kak Xiaomi"
"Baik, ingin jalan sendiri atau-"
"Gendong! Tapi jangan dalam wujud macan"
"Hmm baiklah, cepat naik" An Ri berjongkok di depan Mu Lin, Mu Lin naik dengan cepat membuat An Ri tersenyum.
An Ri pun melesat menggunakan ilmu perintah tubuhnya. Sesampai nya di sana, Mu Lin langsung mengutarakan tujuan nya pada Xiaomi.
"Jangan nona, hutan itu berbahaya"
"Shuttt tenanglah, An Ri bersama ku, jadi tak perlu cemas, kakak mengerti tugas kakak kan? " Tanya Mu Lin dengan alis di naik turunkan, membuat Xiaomi tak memiliki pilihan selain mengiyakan.
Mu Lin Dan An Ri melesat menuju hutan di bawah teriknya mentari pagi menuju siang. Sesampai nya di hutan ternyata udara masih sangat sejuk, membuat Mu Lin betah untuk berlama-lama hingga...
**Srekk
Srekk**
Semak-semak bergoyang, mendengar itu Mu Lin Dan An Ri memasang sikap waspada, An Ri pun Bergerak hendak melindungi Mu Lin.
"Akhh" Suara rintihan kesakitan terdengar cukup jelas dan muncullah sosok pria paruh baya yang sedang terluka di bagian bahu dan dada nya.
Laki-laki itu pingsan tiba-tiba, sontak Mu Lin Dan An Ri langsung bergerak dan memapahnya ke pinggir sungai.
"Jaga paman itu disini! aku akan mencari tanaman obat" setelah mengucapkan itu Mu Lin langsung pergi tanpa ingin mendengar persetujuan dari An Ri.
Selang beberapa puluh menit, Mu Lin datang membawa beberapa tanaman.
'Haishh, kemarin An Ri, sekarang apa lagi? ' Batin Mu Lin terus menggerutu saat membuat obat sambil sesekali menghela nafas panjang.
"Ada apa? " An Ri yang sejak tadi penasaran pun akhirnya bertanya.
"Tidak"
Setelah selesai mengobati laki-laki itu Mu Lin Dan An Ri turun ke sungai untuk mendapatkan ikan. Melihat Mu Lin yang turun ke sungai secara perlahan karena melihat sungai yang sedikit dalam, An Ri pun segera menarik nya dan...
Byurrrr
Mu Lin pun tercebur di sungai yang ternyata tidak terlalu dalam. An Ri yang melihat nya pun tertawa lepas.
Mu Lin pun geram dan segera menciptakan air sungai ke wajah An Ri yang sedang tertawa sehingga air itu masuk ke tenggorokan An Ri, itu membuat An Ri terbatuk-batuk dan An Ri pun berhenti tertawa karena batuk nya. Melihat itu Mu Lin pun langsung menertawakan An Ri.
"Hahaha! " Mu Lin terus tertawa tanpa memedulikan An Ri yang akhirnya ikut tertawa bersamanya.
Setelah puas tertawa, mereka bergegas menangkap ikan dan membakar nya. Tak lupa sebelum di bakar, Mu Lin sudah melumuri ikan itu dengan bumbu yang ada di ingatan modern nya.
Kepulan asap tipis mulai terlihat di sekitar ikan bakar itu, harum daging masak pun mulai menghiasi indra penciuman mereka. Tanpa mereka sadari Laki-laki yang pingsan itu telah sadar karena harum nya ikan tersebut.
"Uhuk uhuk uhuk" Mu Lin terbatuk karena tak sengaja menelan duri ikan.
An Ri yang melihat itu pun segera mengambil air di tangan nya dan meminumkan nya ke Mu Lin.
"Duri si*l*n! " umpat Mu Lin yang tanpa sengaja di dengar An Ri.
Mendengar itu An Ri Tersenyum dan mengambil alih ikan yang ada di tangan Mu Lin, ia menyuapi Mu Lin tak lupa setelah memisahkan daging dari Durinya.
Dengan telaten An Ri menyuapi Mu Lin. Tanpa disadari oleh An Ri, Mu Lin tersenyum dalam diam.
Yahh bagaimana pun di kehidupan sebelum nya ia tak pernah seperti ini. Melihat ke romantis antara Mu Lin Dan An Ri, Laki-laki itu berdehem...
"Ekhem" Mu Lin Dan An Ri langsung menoleh bersamaan. Mu Lin pun segera menyudahi makan nya, An Ri juga bangun dari duduk nya.
"Apa paman baik-baik saja? " tanya Mu Lin sembari melangkah menuju laki-laki itu untuk memeriksa denyut nadinya.
"Paman baik-baik saja, emm apa yang kalian lakukan di sini? " ucapnya sambil membiarkan Mu Lin memeriksa nya.
"Jalan-jalan" Jawab Mu Lin acuh tak acuh.
Bibir Laki-laki itu berkedut, dua anak remaja berjalan-jalan di hutan, apa dunia ini akan berakhir? begitulah kira-kira isi pikiran nya.
Mu Lin memberikan satu ekor ikan bakar kepada Laki-laki itu. Setelah dirasa hari telah siang, Mu Lin pun segera pamit kepada laki-laki itu tapi di hentikan.
"Nak! Siapa namamu? "
"Mu Lin, ini An Ri" Ucap Mu Lin sambil menunjuk An Ri.
"Mau kah kau menjadi muridku? "
".... " Mu Lin berfikir beberapa saat lalu melihat An Ri mengangguk pun ia mengiyakan.
"Kalau begitu datanglah setiap pagi ke gua bagian barat hutan ini. "
"Em" Mu Lin hanya berdehem, An Ri berubah menjadi Macan, itu cukup mengejutkan Laki-laki itu (Panggil saja sekarang guru Hang).
An Ri melesat bersama Mu Lin, mereka langsung menuju kamar Mu Lin, saat sampai terlihat lah Xiaomi yang sedang berjalan kasana kemari, terlihat sekalii dia sedang cemas.
"Nona apa kau baik-baik saja? apakah ada yang luka? katakan pada Xiaomi! " Tanya Xiaomi beruntun sambil memutar balikkan tubuh Mu Lin. Mu Lin hanya berdecak dan memutar bola matanya.
"Tentang saja" ucap Mu Lin santai tanpa ekspresi yang berarti.
"Apa nona sudah makan? "
"Siapkan aku makanan"
"Baiklah Xiaomi akan membawa makanan kemari segera" ucap Xiaomi segera melesat ke dapur.
Sambil menunggu Xiaomi, Mu Lin membaca buku tentang Qi yang ada di kamarnya. Tidak lama Xiaomi datang membawa makanan, Mu Lin pun menghentikan kegiatan membacanya. Setelah selesai makan Mu Lin, keluar dan menuju taman.
Saat ditaman Mu Lin memainkan Seruling yang dia punya. Puas bermain seruling, Mu Lin pun tanpa sadar tertidur di bawah pohon yang ada di taman tersebut. Ia tertidur cukup pulas, Xiaomi yang datang untuk membawakan camilan pun terpaksa harus menjaga nona nya.
Mu Lin masih tertidur hingga sore pun tiba, ia di bangunkan oleh Xiaomi untuk membersihkan diri. Setelah mandi ia duduk bersila di dalam kamar nya, ia mencoba untuk ber kultivasi.
Tapi, terdapat dinding penghalang yang menghalangi energi spiritual untuk menuju dantian.
'ck, pantas saja aku tak bisa kultivasi. Ini harus ku tanya kan pada guru! '
Akhirnya ia hanya bisa melatih fisiknya untuk saat ini. Hingga setelah makan malam, Mu Lin memutuskan untuk langsung tidur, ia tak sabar untuk belajar bersama guru nya.
...----------------...
***Aku tak pernah meminta untuk dilahirkan kalau hanya untuk menderita...
Bulan... Tahukah engkau?
Aku selalu berharap ia datang...
Bulan... Tahukah dirimu?
Bahwa aku hanya berharap bahagia dengan nya...
Harapan kubegitu sederhana...
Aku hanya berharap bisa bersamanya sampai akhir hayat ku. . .
Aku hanya berharap...
Bisa melihat senyum mu setiap pagi.. .
Aku hanya berharap...
Bisa menikmati hidup denganmu***..
......................
******Hai Readers 👋
Tarik nafas😤
Fyuhh😪😪
Tinggal kan jejak jempol👍
Like 👍
Favorit 💜❤
Kritik dan sarannya ✍
^^^-Love You All😘😘******^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
hetdoo
🤔
2022-10-09
0
Bluue
author ini sastrawan?
2021-08-30
0
Zuzaku Gama
apasen duluu
lanjuuutt 👍👍
2021-03-24
2