"Hueek-Huekk".
Jasmine muntah-muntah di wastafel, entah kenapa perutnya mual-mual sejak pagi.
"Ibu kenapa, Ibu sakit?". Tanya Andrean dengan wajah khawatir.
"G tau Kak, perut aku mual".
Andrean menuntun Jasmine duduk di kasur,
"Sebentar Bu, Drean panggil Paman dulu".
Andrean keluar kamar memanggil Paman Jamil, tak lama Paman sudah berada di kamar Jasmine.
"Kenapa Nak, apa kau sakit?".
"Tidak tahu Paman, dari pagi perutku mual".
"Baiklah, kita akan ke dokter. Paman siapkan dulu mobilnya".
"Tidak usah Paman, mungkin aku hanya masuk angin. Aku hanya butuh istirahat saja Paman".
"Tidak Ibu, benar kata Paman. Ibu harus ke dokter, jika Ibu sakit kapan adik akan tumbuh diperut Ibu karena kita tak bisa membuatnya lagi".
Andrean dengan polosnya berkata seperti itu membuat Paman terkekeh. Sedangkan Jasmine sudah memerah menahan malu.
"Kau membuat anak polos tak polos lagi Nak".
"Dia tidak polos sekarang Paman, apalagi soal ranjang".
"Hehehe bukankah kau yang mengajarinya, dia menceritakan pada kami secara detil cara yang kau ajarkan, membuat kami terkekeh".
"Pamaaan sudah jangan di bahas lagi, aku sangat maluuu sekarang". Jasmine menutup wajahnya dengan bantal.
"Hehhee sudahlah tak perlu malu, bersiaplah kita ke dokter. Andrean tuntun Nak Jasmine jangan sampai jatuh".
"Siap Paman, apakah kita jadi ke dokter?".
"Iya Kak Drean". Jasmine melempar Andrean dengan bantal karena kesal membuatnya malu.
"Ibu apa yang ibu lakukan padaku, apakah aku salah lagi".
"Iya Kak, kakak salah lagi sangat salah". Ucap Jasmine sambil berkacak pinggang.
"Maafkan aku Ibu, jangan marah. Drean tak tau kesalahan Drean, tolong jangan marah Bu". Ucap Drean yang hampir menangis, membuat Jasmine iba.
"Tidak sayang, aku tak marah pada Kakak".
Jasmine menarik Andrean ke pelukannya.
"Benarkah, Ibu tidak marah?".
"Benar sayang".
"Kalau begitu ayo kita ke dokter".
"Tapi..."
"Ayolah Bu".
Andrean merengek khas seperti anak kecil yang mengingkan mainan.
"Baiklah ayo kita bersiap, Paman Jamil sudah menunggu kita".
"Horeee, I love you Bu".
Andrean tertawa riang , deg...Hati Jasmine bergetar mendengar kata cinta dari suaminya itu, meski kata itu diucapkan bagai ungkapan cinta seorang anak pada ibunya, tapi hatinya cukup berbunga.
Tak lama mereka sudah bersiap ditemani Paman Jamil sebagai sopirnya. Sepanjang jalan Andrean bernyanyi dengan riang, membuat Jasmine dan Paman Jamil tersenyum bahagia.
########
Sementara di tempat lain, seorang laki-laki menelpon seseorang.
"Paman, mereka keluar hari ini".
"Kau tau kemana mereka pergi ke mana?".
"Tidak Paman, yang aku tau mereka hanya pergi ke dokter".
"Baiklah, Paman segera menyiapkan seseorang untuk mengikutinya".
"Baiklah Paman, aku matikan".
"Iya".
#########
Orang yang ditelpon laki-laki ini adalah Jadit, adik tiri dari Tuan Jared. Jadit lalu menelpon anak buah yang selama ini mengawasi kediaman Andrean.
"Lihat apa yang mereka lakukan, dan segera laporkan padaku".
"Baik Tuan".
Laki-laki yang ditelpon itu berada di belakang mobil Paman Jamil. Paman Jamil tak menyadari jika mobil mereka diikuti. Mereka berhenti di sebuah rumah sakit, dan Paman membawa Jasmine dan Andrean mendaftar di dokter kandungan.
Andrean tak melepaskan pegangan tangannya pada Jasmine, ia masih takut akan keramaian.
"Paman kenapa kita ke dokter kandungan?". Tanya Jasmine yang tak paham, bukankah dia hanya mual pikirnya.
"Duduklah nak, kita lihat apakah di perutmu sudah ada anak seperti yang kau inginkan atau tidak".
"Maksud Paman, aku hamil?".
"Paman hanya menebak-nebak saja Nak, semoga dugaan Paman benar".
"Benarkan Paman". Ucap Jasmine bahagia, sedangkan Andrean kepalanya tertunduk dan menyembunyikan wajahnya di pundak istrinya itu.
"Tunggu saja biar dokter yang memeriksa, duduklah dulu".
"Iya Paman".
Jasmine dan Andrean duduk, tak lama Jasmine dipanggil.
"Nona Jasmine?".
"Iya dokter, apakah ini suaminya?".
"Oh iya dokter".
"Dia Ibuku, tolong periksa dia dokter. Ibuku sejak tadi pagi mual-mual, tolong dokter".
Kata Andrean membuat Dokter itu bingung, Jasmine hanya tersenyum.
"Maaf dokter bisa kita lanjutkan pemeriksaannya". Kata Jasmine yang merasa dokter di hadapannya menatap curiga pada Andrean dan Jasmine.
######
Sementara diluaran rumah sakit, seorang anak buah Tuan Jadit menelpon Tuan Jadit.
"Tuan, wanita itu dan Andrean sedang berada di rumah sakit dan sedang berada di dokter kandungan".
"Apaaa?".
"Iya Tuan, sepertinya wanita itu hamil Tuan".
"Baiklah, pastikan dulu dia hamil atau tidak lalu segera laporkan padaku".
"Baik Tuan".
#######
Dahi Tuan Jadit berkerut, apakah dia cucuku, hah Samir benar-benar. Lalu Jadit menelpon anaknya Samir yang sekarang ini sedang menyamar menjadi bodyguard Jasmine.
"Samir, apakah kau menghamili Jasmine?".
Tanya Jadit tanpa basa basinya.
"Apa, apa maksud Papa?".
"Jasmine hamil, apakah itu anakmu?".
"Bukan Pa, aku tak melakukan itu".
"Shiit brengsek, jadi anak itu anak siapa?".
"Anak Andrean Pa".
"Apa, bukankah dia gila?".
"Dia hanya bertingkah seperti anak kecil Pa".
"Tetap saja bagi Papa dia gila, dan bagaimana orang gila bisa menghamili wanita huh".
"Mereka tinggal satu kamar Pa, hanya pikiran Andrean yang hanya anak kecil, tapi nafsunya bukanlah nafsu anak kecil bila berdekatan dengan wanita".
"Ya sudah, lanjutkan saja penyamaranmu. Sampai Papa bilang cukup, baru kau kembali ke perusahaan".
"Baik Pa".
Jadit menutup telponnya, lalu menelpon anak buahnya untuk menjalankan rencananya.
Sementara Samir, mengepalkan tangannya marah.
"Brengsek kenapa bisa hamil heh, Jasmine kau hanya milikku. Tunggu saja Andrean, akan ku rebut Jasmine darimu".
######
Sementara di rumah sakit, Jasmine senang karena dinyatakan positif hamil. Apalagi Andrean yang begitu girang hingga loncat-loncat saat diberi tahu jika ia akan memiliki seorang adik.
Dokter yang memeriksa kandungan, hanya melongo tak mengerti ucapan dua pasutri di hadapannya.
Andrean saat ini sedang menempelkan bibirnya ke perut Jasmine. Tangannya mengusap-usap perut itu.
"Adik kecil, akhirnya kau tumbuh. Kakak Drean senang sekali, adik tumbuhlah dengan sehat jaga Ibu ya, jangan buat ibu mual-mual seperti tadi pagi.
Kakak Drean dan Ibu sudah sukses membuatmu hehe, jadi kau harus menurut pada Ibu seperti kakak ya. Love you adik kecilku muachh".
Jasmine tersenyum senang dan haru, kehamilannya memiliki harapan ia akan tetap bersama Andrean suaminya.
Mereka pun pamit dari dokter, dan menemui Paman Jamil dengan senyum mengembang.
"Selamat nak, selamat Andrean akhirnya kalian akan menjadi orang tua".
"Terima kasih Paman, akhirnya keinginanku terkabul". Ucap Jasmine bahagia.
"Ayo kita pulang Paman, aku tak sabar bermain dengan adik kecilku hehehe".
Paman geleng-geleng kepala, sedangkan Jasmine dahinya berkerut.
"Ahh suami polosku ini, benar-benar. Sungguh dia lucu sekali hehehe. Terima kasih ya Allah, kau satukan kami dan menghadirkan calon buah hati kami".
Mereka pun berjalan meninggalkan area rumah sakit, Paman Jamil berjalan duluan karena hendak mengambil mobil. Sedangkan Andrean dan Jasmine berjalan ke arah jalanan di depan rumah sakit menunggu Paman Jamil di pintu ke luar.
Tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang ke arah mereka.
"Ibuuu awas". Teriak Andrean,
"Brukkk".
Sebuah tubuh berguling di jalanan dengan berlumuran darah, sedangkan pemilik mobil yang menabrak sudah pergi menjauh meski di kejar warga tapi tak berhasil.
##########
Alhamdulillah chapter 17 done
****Tolong tinggalkan jejak...
****like,vote, komen, poin, rate lima
Share and Follow Lesta Lestari******...
Mampir di karyaku tentang kisah Arindra yang mengharu biru hatimu 😄😍😍**
Dan Catatan Hati Seorang Istri yang akan diusahakan update ya guys 😍😍😍
Terima kasih readers.
❤❤❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sekapuk Berduri
suka
2020-12-24
0
Mommy Rara
yey 5 like sampe sini 😍
2020-12-22
0
flora sweet
🙈🙈🙈🙈🙈🙈
2020-11-29
0