"Ceklek".
Pintu kamar mandi di buka, keluarlah Andrean dan melihat Jasmine yang sedang menyiapkan pakaian untuknya. Andrean terdiam melihat Jasmine yang tersenyum dan bernyanyi riang.
"Ayo sini pakai bajumu". Jasmine menarik tangan Andrean yang terdiam saja di depan pintu, lalu dia dudukkan di kasur.
"Kau mau pakai baju warna apa, ini merah, biru, abu-abu, dan hijau. Kau suka warna yang mana hemm?".
Jasmine melihat andrean yang diam saja, membuatnya menghela nafas. Ia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Andrean.
"Kau bisa melihatnya kan, kau tidak buta warna kan. Aku bertanya dari tadi padamu tapi mrngapa kau diam saja?". Wajah Jasmine mendekat ke wajah Andrean, membuat hati Andrean berdesir, ia merasakan kegugupan dan degub jantungnya tak beraturan.
"Aku cantik bukan, sudah kubilang kau akan terpesona padaku seperti aku terpesona padamu hehe". Jarak wajah yang begitu dekat membuat Andrean dapat merasakan hembusan nafas Jasmine mengenai kulit wajahnya.
"Kau ingin kucium lagi hemm hehe". Jasmine seolah-olah ingin mencium Andrean tapi refleks tangan Andrean mendorong wajah Jasmine membuat istrinya itu jatuh terduduk di lantai.
"Hei kau, aku membantumu kenapa malah kau mendorongku". Jasmine segera bangun dan mendekati Andrean lagi.
"Berisik". Andrean berdiri dan mengambil kaos hitam kesukaannya lalu memakainya. Sesaat ia terdiam, wajahnya merona mengingat betapa dekatnya wajah Jasmine dengannya tadi. Ia menggelengkan kepala tanda tak menyukainya.
"Hei kenapa pakai baju hitam lagi, yang biru ini sangat bagus cocok denganmu. Ayo ganti, gelap tak cocok untukmu mulai sekarang".
Jasmine mendekati Andrean dan menarik kaos yang dipakai suaminya. Tapi tangan Andrean menahannya, hingga mereka bertatapan.
"Haa hahaha si moster wajahnya memerah kayak tomat. Sudah suka kau padaku heh, ayo aku juga sudah suka kok padamu Kak. Bagaimana kalau hari ini kita buat ....".
"Berisik". Ucap Andrean mendorong tubuh Jasmine pelan dan segera berlari ke ruang lukisnya.
"Bhuaaa haaa, senang sekali aku hari ini. Kakak tunggu aku, aku cinta padamu hahaa". Rasanya Jasmine senang menggoda Andrean.
Sementara Andrean memegang dadanya.
"*Huh, ada apa aku ini. Kenapa cewek cerewet itu membuat jantungku begini. Apakah aku sakit. Ahh sial, Paman Jamil harus tanggungjawab ia sudah membuat semuanya kacau, sejak kedatangan cewek cerewet itu.
Membuatku tak lagi merasakan ketenangan, sungguh benar-benar berisik. Awas saja kau Paman, akan kubuat kau menyesal karena membawa cewek cerewet itu.
Jasmine akan kubuat perhitungan denganmu, lihat saja nanti hah. Berani-beraninya bermain denganku, mengusik hidupku. Lihat saja saat tak ada Samir kubuat kau menderita*".
Andrean menghidupkan lampu di ruangan lukisnya, hal yang tak pernah ia lakukan selama dua puluh tahun terakhir. Ia melihat alat-alat lukis dan beberapa hasil lukisannya.
"Kenapa jelek sekali lukisan ini, apaan ini".
Untuk pertama kalinya ia melihat lukisan hasil tangannya sendiri
"Apa yang harus kulakukan sekarang, jika lukisanku sejelek ini?".
Andrean duduk di kursi biasanya ia melukis, dan tertunduk. Suasana terang kembali membuat otaknya mengingat kejadian masa lalu.
"Ibuuuuu, ibuuuuu". Teriaknya sambil berlari ke arah pojok ruangan. Ia duduk memeluk lututnya, air matanya menetes, ketakutan, kecemasan dan keringat bercampur menjadi satu.
"Ibuuuuuuu, jangan lakukan apapun pada ibuku, ku mohon Tuan, ku mohon". Jerit Andrean, bayangan masa lalu saat ibunya di siksa di depan matanya membuat trauma itu hadir kembali.
"Ibuuuuu, Ibuuuuu tolong aku, Ibuuuu hiks, hiksss".
Teriakan Andrean membuat Jasmine berlari mencari sumber suara.
"Kakak, kakak ada apa, kakak buka pintunya. Kakak..." Teriak Jasmine menggedor-gedor pintu dan memanggil Andrean.
"Ibuuuu, tolong aku. Ibuuuu hikss, hikss". Teriakan Andrean makin keras seiring panggilan dan gedoran dari Jasmine.
Paman Jamil dan Samir datang,
"Paman tolong Kak Andrean Paman, cepatlah". Ucap Jasmine panik, mendengar jeritan Andrean.
"Di mana kuncinya Paman?". Tanya Samir
"Dobrak saja pintunya, kuncinya ada di dalam". Perintah Paman Jamil, Samir pun mengambil ancang-ancang.
"Brakkk".
Dorongan kuat tubuh Samir berhasil mendobrak pintu, Jasmine langsung berlari ke arah Andrean.
"Ibuuu, tolong aku ibuuu". Andrean masih terisak dalam tangisnya, dengan menutup mata, tertunduk dan memeluk kedua lututnya.
"Kakak, ini aku, kakak". Ucap Jasmine pilu melihat kondisi Andrean.
Andrean melihat Jasmine, seketika bayangan wajah ibunya muncul di wajah Jasmine. Ia pun menarik Jasmine dalam pelukannya sangat erat, membuat Jasmine sedikit terbatuk karena kaget dan sesak.
"Ibuuu, tolong aku. Ayo kita pulang, Tuan-tuan itu jahat sama kita hiks, hikss. Ayo Bu, kita pulang".
Paman Jamil tertunduk melihat kondisi Andrean yang traumanya kembali. Ia senang Andrean bisa membuka matanya, tapi di sisi lain ia juga sedih trauma masa kecil Andrean kembali menghinggapi Tuan Mudanya itu.
"Iya kakak, kita akan pulang. Sekarang lepaskan dulu pelukannya ya. Kita pulang oke".
Jasmine mencoba menenangkan Andrean. Suaminya melonggarkan pelukannya, membuat Jasmine segera menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"Ibuuu, Ibuuu tak akan pergi lagi kan, Drean takut Buuu, sungguh Drean takut. Tuan-Tuan itu menyiksa Drean, Drean takut buu. Drean juga dipaksa melihat Ibu di siksa oleh mereka. Ayo Bu, kita segera pulang. Mumpung tuan-tuan itu tidak ada, ayo buu hiks hikss, Drean takut buu".
Jasmine memeluk tubuh Andrean, ia juga menangis tak bisa ditahan "Ayo kita pulang kak, ayo kita pulang"-.
Jasmine mengusap-usap punggung Andrean dan kemudian menghapus air mata di pipi suaminya dengan kedua tangan yang menyeka ke dua bola mata suaminya.
"Bangunlah, kita pulang".
"Benarkah bu, kita bisa pulang".
Jasmine mengangguk dan mencoba menahan isak tangisnya.
"Ayo bu cepat, sebelum mereka datang".
Andrean bangkit dan menarik lengan Jasmine, Jasmine mengikutinya.
"Sini ikut Ibu...". Ucap Jasmine terisak, ia gandeng tangan Andrean yang melihat sosoknya sebagai Ibunya. Membawa Andrean ke kamar.
"Sekarang kita sudah aman, Kak Drean tidur dulu ya". Jasmine mengusap-usap kepala Andrean.
"Ibuu, ibu jangan pergi lagi ya. Temani Drean di sini, Drean takut mereka datang lagi dan menculik kita".
"Tenang sayang, kita sudah aman. Mereka takkan menganggu kita lagi".
"Benarkah Bu". Jasmine mengangguk dan menutup mulutnya dengan tangannya sendiri, menahan suara tangisannya agar tak keluar.
"Benar sayang, kita benar-benar sudah aman".
Ucapnya terbata-bata karena terhalang tangisannya sendiri.
"Sekarang Kak tidur biar kakak bisa kembali fit saat bangun".
"Iya ibu". Andrean memejamkan matanya dna tangannya menggenggam tangan Jasmine, tubuhnya meringkuk seperti orang kedinginan. Tak lama deru nafas mulai teratur menandakan Andrean sudah tertidur.
"Ya Allah, sebenarnya apa yang terjadi pada suamiku. Mengapa ia bersikap seperti ini hiks, hikss. Apa yang sebenarnya terjadi dalam penculikan itu hingga traumanya begitu membekas padanya. Ya Allah, tolong bantu aku untuk menyembuhkan trauma dan luka-lukanya".
#############
Alhamdulillah chapter 12 done
****Tolong tinggalkan jejak...
****like,vote, komen, poin, rate lima
Share and Follow Lesta Lestari****...
Mampir di karyaku tentang kisah Arindra yang mengharu biru hatimu 😄😍😍**
❤❤❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sekapuk Berduri
like 💕🤗
2020-12-24
0
Wulandari
like..
2020-12-19
0
missYara
😭😭
2020-10-11
0