Saat ini Drean mulai kembali dengan lukisan yang ia buat dalam ruang gelap yang menghasilkan lukisan abstrak. Sebuah aliran lukisan yang melepaskan diri dari sensasi figuratif sebuah objek. Seni lukis yang menghindari peniruan objek secara mentah, memberikan sensasi keberadaan objek dan menggantikan unsur bentuk ke porsinya.
Seperti inilah contoh lukisan seorang Andrean. Ia tak tau siapa yang ia ikuti dalam dunia lukis, yang ia tahu hanya menggoreskan warna-warna yang ada dalam kain kanvasnya.
Namun saat ini fikirannya terganggu, terganggu oleh rengekan wanita yang baru ia nikahi.
"Bikin pusing saja, membuatku tak bisa konsentrasi". Gerutunya.
Saat ini, Paman Jamil sedang berbicara dengan Jasmine. Jasmine sedang bercerita, pribadi ceria dan hangat membuat ia cepat akrab dengan pria paruh baya itu.
Suaranya yang keras dengan ekspresi maksimal, membuat Paman Jamil tidak tahan untuk tidak tertawa. Tapi tawa mereka ternyata sangat menganggu Andrean yang sangat jelas tidak menyukai kebisingan dan itu seperti terlupakan oleh Paman Jamil.
Bagi seorang Andrean, yang menyukai keheningan dan hidup dalam kesunyian yang sudah berlangsung lama, mendengar suara-suara kecuali alami, adalah tindakan pengganggu. Yang sangat tidak disukainya, ia pun melempar sebuah vas bunga ke pintu kamar.
Membuat Paman Jamil dan Jasmine terhenyak, dan Paman Jamil sadar akan kesalahannya.
"Kenapa Paman?". Jasmine melompat mendekati Paman dan memegang ujung lengan Paman Jamil.
"Syut, itu tandanya Tuan Muda merasa terganggu dengan suara kita". Ucap Paman Jamil sepelan mungkina. Tapi ternyata suaranya masih terdengar oleh Andrean.
"Brukk"
Suara benda jatuh terdengar lagi, Paman Jamil menghela nafas dan menutup mulut dengan jarinya mengisyaratkan Jasmine untuk tidak bersuara lagi.
Paman menuliskan sesuatu di buku saku yang selalu ia bawa. Buku yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan para art, agar tidak menimbulkan suara.
"Kita bicara dengan menuliskan saja ya Nona". Buku itu kemudian diberikan pada Jasmine, dan saat jasmine membacanya ia berkerut.
"Kenapa?". Bisiknya sangat pelan, sungguh posisi mereka saat ini sangatlah dekat. Kepala Paman Jamil dan kepala Jasmine saling berhadapan namun cukup dekat. Paman Jamil menulis kembali.
"Tuan Muda tidak suka ada yang bersuara".
Jasmine penasaran melihat tulisan itu langsung sebelum Paman Jamil memberikan padanya.
Saat Paman Jamil mengangkat kepala.
"Dukk". Kepala Paman Jamil mengenai dagu Jasmine.
"Aww sakit Paman". Jerit Jasmine dan mengusap-usap dagunya.
"Maaf-maaf Nona". Ucap Paman merasa bersalah melihat nonanya kesakitan karena ulahnya.
"Brukk". Lagi, suara benda jatuh kembali terdengar membuat Jasmine kesal.
"Hei jika kau tau mau mendengar suara, pergi sana ke hutan. Bisa dipastikan kau hanya akan berteman dengan binatang di sana". Teriak Jasmine keras.
Teriakan Jasmine membuat Andrean geram, peringatannya tidak diindahkan tetapi malah berani mengoloknya.
"Bukk, Bukk"
Andrean memukul dan menendang apa saja benda yang ada di sekitarnya. Jika tidak dalam gelap, jelas wajahnya saat ini terlihat memerah, marah.
Paman Jamil yang tahu akan keadaan Tuannya mencoba memberi isyarat pada Jasmine agar dia tak lagi bicara, tapi usahanya sia-sia.
Jasmine kembali berteriak "Hei apakah kau bukan manusia, apakah kai vampir yang begitu menyukai kegelapan dan bersembunyi dari terang. Jika kau manusia tak seharusnya kau seperti ini, marah-marah hanya karena mendengar ada suara di sekitarmu".
Andrean mengangkat meja kaca di depannya, dengan sekuat tenaga ia keluar setelah menutup mata dan wajahnya. Paman Jamil terkejut dan menarik Nonanya yang ada untuk berada di belakangnya.
Meja kaca itu Andrean lemparkan ke arah Paman Jamil dan Jasmine, beruntung meja itu mengenai sofa karena Paman dan Jasmine segera menghindar dan bersembunyi di balik pintu ruangan lain.
"Sekali lagi kalian bersuara, bukan hanya meja yang rusak parah, tapi tubuh kalian akan lebih parah dari meja". Teriak Andrean dan kembali menendang pintu, di mana Paman Jamil dan Jasmine berada. Lalu kemudian langkah kaki terdengar menjauh dari mereka.
Jasmine dan Paman Jamil menghela nafas lega. Namun Jasmine menitikkan air mata, suaranya ia tahan, seumur hidupnya ia tidak pernah diperlakukan kasar atau melihat, tindakan kasar orang-orang di sekitarnya.
Tapi hari ini, baru satu hari ia berstatus sebagai seorang istri. Ia mendapatkan apa yang tak pernah ia dapatkan di keluarganya.
Wajah pucat sudah pasti, gemetar apalagi. Membuat Paman Jamil iba, ini adalah pertama kalinya sejak lima belas tahun terakhir Andrean kembali murka.
Lima tahun awal-awal Andrean sering marah-marah, dan membanting apa saja barang yang ada di sekitarnya. Karena ia mendengar kebisingan para art dan saat itu Paman Jamil belum paham akan keadaan Tuan Mudanya.
Hingga berkali-kali ia kena marah oleh Andrean kecil, dan para art pun berulang kali di pecat. Sebelum akhirnya ia tahu dan memahami bahwa Tuan Mudanya menyukai suasana tenang dan hening.
Paman Jamil berjalan sepelan mungkin, mengambil tisu dan memberikannya pada pada Jasmine. Jasmine meraih tisu itu, dan meminta pena dan buku dari Paman.
"Paman, aku mau pulang. Aku takut Paman".
Tulis Jasmine pada buku saku dan memberikannya pada Paman.
"Tidak bisa". Tulis Paman.
"Harus Paman, aku mau pulang". Jasmine menunjukkan wajah mengiba.
Paman Jamil menghela nafas tak tega, akhirnya ia mengantarkan Jasmine pulang ke rumah Tuan Besar. Jasmine tentu saja senang, dan berterima kasih padanya. Hampir saja ia melompat dan menjerit kegirangan. Beruntung Paman Jamil mengingatkannya.
"Tuan Muda, mohon maafkan saya. Saya mau mengantarkan Nona Jasmine ke rumah Tuan besar". Tapi tak ada sahutan di dalam, meski Andrean sangat jelas mendengarnya.
"Pergilah, kalian sudah mengganggu ketenanganku".
Paman Jamil mengerti dan akhirnya tanpa ada suara lagi ia melangkah perlahan meninggalkan Tuan Mudanya. Sepanjang perjalanan Jasmine terlihat kembali ceria, ia senang akhirnya bisa pulang setelah pulang dari rumah yang disebutnya rumah vampir.
"Huh, Paman akhirnya kita bicara bebas tanpa takut ada yang marah. Benar-benar monster Vampir".
"Hehee, Tuan Muda sebenarnya baik Nona. Tapi karena terlalu lama bersembunyi dan hidup sendiri makanya jadinya begitu".
"Paman, berapa lama Paman bekerja bersamanya, Paman tidak tersinggung diperlakukan seperti itu?".
"Sudah dua puluh tahun nona".
"Selama itu". Jasmine terkejut.
"Iya Nona, dari Tuan Muda berusia sepuluh tahun".
"Jadi usianya sekarang tiga puluh tahun Paman?"
"Benar"
"Tua sekali Paman, sepuluh tahun jarakku dengannya".
"Tenang saja Nona, meski sudah tiga puluh tahun Tuan Muda sangatlah tampan. Jika saja nona bisa melihat wajahnya, pasti nona akan terpesona".
"Benarkah, apakah Paman punya fotonya?".
"Tidak, Tuan muda selalu berada di tempat gelap jadi sulit mengambil fotonya".
"Ahh benar sekali, diakan monster vampir hehe".
"Anda lucu sekali Nona".
#################
Alhamdulillah Chapter 5 done
Vote, like, koment, poin and Share ya...
Follow juga Lesta Lestari...
Mampir di karya perdanaku Arindra
Happy reading guys ❤❤❤
Artikel tentang seni abstrak dan lukisan di ambil dari web.dictio.id.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sekapuk Berduri
sampai sini dlu ya kak .. like nya
2020-12-22
0
HIATUS
bagus thoor😍😍 kalo sempet mampir juga thor ke karya aku, sma2 suport rating &like❤
2020-12-14
1
Wulandari
5 like
2020-12-09
0