Jasmine harus menelan salivanya dengan susah payah saat ini, saat Paman Jamil memberi tugas untuk membersihkan tubuh Andrean. Tanpa sadar, matanya tak berkedip saat Paman meloloskan semua pakaian Andrean. Ini pertama kalinya ia melihat tubuh polos seorang laki-laki. Jasmine segera berbalik membelakangi Paman Jamil dan Andrean. Dan saat sadar, ia segera berbalik dengan wajah bersemu merah karena malu.
Paman Jamil sadar apa yang telah dilakukannya kesalahan, lalu Paman Jamil menutupi area pribadi Andrean dengan kain.
"Sudah Nona, maaf sebelumnya. Anda bisa membersihkannya, dan Anda harus terbiasa mulai sekarang". Paman terkekeh membuat Andrean tak suka dan Jasmine bertambah malu.
"Paman, kenapa kau membiarkan dia membersihkan tubuhku. Aku tidak mau Paman".
"Maaf Tuan, dia istri anda".
"Kau selalu saja begitu Paman".
"Hehehe maafkan saya Tuan".
Paman Jamil senang, sejak kehadiran Jasmine, Andrean kini banyak bersuara dan tak jarang ia terkekeh melihat amarah atau kesal dari wajah Tuan Mudanya itu. Namun dengan keadaannya saat ini iya bisa bebas tersenyum dan terkekeh. Bukan jahat, hanya membiasakan diri untuk Andrean agar bisa tersenyum kembali.
Suatu keadaan di mana Paman Jamil bisa bebas tersenyum dan tertawa, yang tak pernah ia lakukan dalam dua puluh tahun terakhir saat dia bersamanya.
Sudah tiga hari ini Andrean hanya terbaring di atas pembaringan, ada keretakan di kakinya karena ia salah menendang saat berkelahi dengan Samir. Ia menendang besi tangga dengan kuat sehingga ia tak bisa berjalan sendiri.
Selama tiga hari itulah Paman Jamil yang membersihkan tubuh Andrean. Ia juga terbaring karena ada tulang rusuknya yang bergeser akibat pukulan dari Samir untuk melumpuhkan Andrean yang menyerang membabi buta.
Sehingga ia tidak diperkenankan dokter untuk banyak bergerak, tangannya pun cukup parah. Karena ia beberapa kali salah sasaran, dengan meninju tempok. Kegesitan Samir dalam menghindar cukup membuatnya geram.
Sudah lama dia juga tak berlatih tanding, sehingga geraknya dalam beladiri karate cukup lambat. Membuat Andrean harus menerima banyak bogem dari Samir dan kesalahannya sendiri.
Jasmine mendekati Andrean, mengambil washlap dan membasahinya dengan air hangat.
"Ingat aku istrimu, istrimu jadi tak perlu cemas berlebihan oke hehe".
Jasmine mulai membersihkan area tangan, ia merasakan ada getaran kecemasan yang ditunjukkan Andrean. Lalu kembali ia dekatkan bibirnya ke telinga Andrean.
"Aku istrimu tenanglah, aku istrimu. Tariklah nafas panjang dan hembuskan perlahan-lahan, ulangi ya". Bisiknya di telinga Andrean dengan suara begitu lembut.
Andrean tubuhnya bergetar, seperti saat dirinya ketakutan saat berada di tempat gelap dulu. Jasmine pun memangku kepala Andrean dan kembali berbisik jika dia istrinya dan takkan melakukan aniaya padanya.
Awalnya Andrean memberontak, tapi lama kelamaan ia dapat menguasai dan mengendalikan rasa takut dan cemas karena keberadaan dan sentuhan Jasmine.
Jasmine teesenyum, saat Andrean sudah tenang. Sekarang dirinya yang dag dig dug, berdebar. Detak jantungnya berpacu dengan cepat saat ia mulai membersihkan area perut rata Andrean.
"Kenapa kau palingkan wajah hah, kau sengaja atau bagaimana. Kenapa lama sekali membersihkan area perutku". Bentak Andrean membuat Jasmine tersadar. Jika Andrean membuka matanya jelas nampak, wajahnya yang kemerahan menahan malu.
"Hehee maaf, aku tak sengaja. Tapi bagaimana bisa perutmu rata begini bukankah kau monster vampir. Apakah kau olahraga juga di tempat gelap heh". Jari telunjuk Jasmine menusuk-nusuk ke perut Andrean membuat Andrean menggeram.
Jiwa usil Jasmine bangkit kembali, saat melihat wajah Andrean mengeram marah.
"Mumpung dia g bisa ngapa-ngapain kerjainlah hehehe. Rasakan kau ya Monster Vampir".
Jasmine melepas washlapnya dan jari-jarinya menari di perut rata Andrean. Membuat Andrean gelisah, mencoba menahan. Tapi jari-jemari itu tak hanya sekedar menari, Jasmine mulai membelai perut itu dan bahkan menciumnya.
Membuat Andrean terbelalak, beruntuk matanya tertutup kain jika tidak pasti matanya sudah terbuka saat ini.
"Hei kau, hentikan. Apa yang kau lakukan hah". Teriak Andrean.
"Heheehee maaf kelabasan, abis ni perut goda banget sih hehe, mau lagi g?". Goda Jasmine terkekeh.
"Beraninya Kau, awas kau saat aku sudah sehat".
"Uhhh memangnya kau mau apa, membuat cucu buat Opa Jared. Kalo itu aku selalu siap kapanpun kau mau hahahhaaa". Jasmine puas menggoda Andrean, puas melihat wajahnya kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Ia terus menggoda dengan sambil memainkan jari-jarinya di tubuh suaminya, sambil membersihkan tentunya. Gelak tawa membahana di ruangan yang tak lagi gelap itu.
Ya mau tak mau Andrean menerima jika kamarnya terang benderang. Tapi matanya masih ditutup rapat oleh kain.
"Apa yang kau lakukan, jangan dilepas". Jasmine melepaskan tali pengikat di kepala Andrean.
"Aku ingin membersihkan matamu, lagian kau tak buta kenapa juga harus kau tutup rapat matamu. Tidakkah kau ingin melihat wajahku yang cantik ini hemm heheee".
"Jangan harap".
"Tentu saja aku berharap, aku kan istrimu hehee".
"Kau..."
"Marah lagi, kesal lagi. Kau tahu, semakin kau marah membuatku semakin tertawa kenapa, karena monster vampir tampanku ini sedang tidak berdaya dan itu sangat lucu bagiku hehee".
"Awas kalau ku sembuh, habislah kau".
"Ouhh aku takut, tapi jika kau menghukumku dengan yang nikmat aku mauuuu banget, kau tau sejak tadi bibirmu menggodaku".
Refleks tangan Andrean menutup bibirnya, membuat wajahnya meringis menahan sakit.
"Hahaaa hahaha, kau ini lucu sekali, jika begini ingin sekali aku melahapnya saat ini. Kau sungguh-sungguh menggodaku hehe".
Jasmine terus saja menggoda, berharap Andrean akan terbiasa dengan suara-suara manusia, sehingga ia mudah berinteraksi dengan orang lain kelak.
Ia kemudian memanggil Paman Jared, untuk memakaikan pakaian pada Andrean.
"Paman aku sudah selesai". Ucapnya riang pada Paman Jamil.
"Benarkah, Paman rasa nona benar-benar puas mengerjakan tugas ini".
"Iya Paman aku benar-benar puas menggodanya hehe".
"Ya Paman sampai mendengar, nona teryawa terbahak-bahak, meski Tuan muda marah-marah.
"Biarkan saja dia marah-marah, anggap saja sedang belajar bicara dengan sejenisnya. Tapi dia lucu sekali saat tak bisa melakukan apa-apa untuk menumpahkan amarahnya selain bicara keras".
"Paman senang dengan kehadiran Nona, yang pantang menyerah meski sudah babak belur oleh Tuan".
"Ahh lupakan itu Paman, anggap saja itu ujianku untuk menaklukkan monster itu".
"Syukurlah kalau begitu, oh ya apakah nona juga sudah membersihkan area pribadi tuan?". Tanya Paman sambil tersenyum menggoda nona mudanya itu.
"Maksud Paman?".
"Area pribadi Nona, pribadi laki-laki". Bisik Paman Jamil membuat Jasmine bersemu merah dan menggelengkan kepala.
"Maaf Paman, aku tak berani. Soalnya...".
"Soalnya apa nona?". Ucap Paman Jamil penasaran.
Jasmine bersemu merah dan berkata pelan "Tongkatnya berdiri".
"Haha hahaha".
Paman tertawa terbahak-bahak sedangkan Jasmine begitu malu lalu lari meninggalkan Paman Jamil menuju kamarnya.
###########
Alhamdulillah chapter 9 done
Kuylah
Di ***like, vote, poin, komen, share dan follow Lesta Lestari...
Mampir juga di karyaku Arindra ya guys***....
❤❤❤❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sekapuk Berduri
mulai dibuat bucin 😅
2020-12-24
0
D.M.E.S
bom 10 like sampai sini thor..
salam dari 'Jodohku Dekat di Mata' 😊
2020-12-09
0
flora sweet
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
lanjut jasmine.......👍👍
2020-11-29
0