Jasmine akhirnya menyetujui keinginan Ayah, Ibu dan Opa Jared untuk melakukan terapi. Selama satu bulan ini, ia menjalani terapi perilaku kognitif, atau Cognitive Behavior Therapy (CBT), yang memfokuskan terapi pada masalah dan perilaku pasien. Menyeimbangkan emosi dan logika dalam fikiran pasien.
Berteman dengan gelap, begitulah tekad seorang Jasmine untuk proses kesembuhan dirinya. Setelah cerita mengenaskan Opa Jared tentang Andrian, mendadak sisi hatinya iba.
Dia yang hanya masa kecilnya secara tak sengaja terkunci di gudang, membuatnya takut gelap. Apalagi lagi seorang Andrean yang masa kecilnya mengalami peristiwa-peristiwa yang seharusnya tak dialami oleh anak seusianya.
Meskipun masih ada rasa takut, akhirnya Jasmine menginjakkan kaki lagi ke rumah suaminya bersama Opa Jared. Jasmine bersembunyi cukup jauh dari tempat duduk Ayah dan anak itu.
Ia cukup yakin dengan posisinya, rasa penasaran ingin melihat wajah suaminya yang katanya tampan itu membuatnya memperhatikan pintu kamar Andrean. Saat Paman Jamil memanggil Andrean untuk bertemu dengan Ayahnya.
Namun karena indra penciuman Andrean luar biasa, dan bisa membedakan gerakan langkah laki-laki dan perempuan tanpa melihat. Akhirnya ia tahu, Ayahnya datang bersama seorang wanita.
"Ayah membawanya kembali?".
"Kau bahkan menutupi seluruh wajahmu, padahal Ayahmu sedang menemuimu dan berbicara padamu. Bukalah penutup wajahmu itu, tidakkah cukup kau menutup matamu saja".
"Ada orang asing yang Ayah bawa, Kau tau benar Ayah. Aku bisa mencium keberadaan orang asing itu meski seluruh wajahku ditutup".
"Dia bukan orang asing, dia istrimu".
"Bagiku dia orang asing, jangan mendebatku".
"Baiklah, Mien kemarilah sayang".
Jasmine yang sedang memperhatikan mereka pun terkejut ketika namanya dipanggil. Tak lama ia pun menghampiri mertuanya itu.
"Opa memanggilku?".
"Panggil aku ayah, karena kau sekarang menantuku bukan cucuku lagi".
"Tapi Opa..".
"Jangan merengek di rumah ini, kau harus tau batasanmu di sini". Bentak Andrean yang memotong perkataanya, membuat nyalinya ciut dan matanya sudah berkaca-kaca.
"Sudahlah, dia hanya bicara mengapa kau larang. Mulai hari ini kalian akan berada dalam satu kamar, jika kau tak suka terang. Tutup saja wajahmu seperti saat ini".
"Aku bisa merasakan ruangan terang Ayah meski mataku di tutup rapat".
"Ayah tidak peduli. Yang Ayah tahu, kau cepat berikan aku cucu. Lakukan saja tugasmu".
"Baiklah, tapi jangan salahkan aku jika terjadi apa-apa dengan wanita ini Ayah".
"Kau coba sakiti menantuku, maka kau akan kuhajar".
"Dulu mungkin aku takut, tapi kali ini Ayah. Dan lihat apa yang akan kulakukan pada gadismu ini".
Andrean menyeret tangan Jasmine dan membawanya ke kamar yang pasti sangat gelap itu. Jasmine mencoba tidak berteriak, dan menahan rasa sakit di pergelangan tangannya karena di tarik paksa oleh Andrean.
"Bukk".
Tubuh Jasmine terlempar di ruangan yang tak ada penerangan sama sekali. Melihat Jasmine diseret kasar oleh Andrean, Tuan Jared ingin menegurnya, namun Paman Jamil segera menahannya.
"Biarkan saja Tuan, Tuan Muda sedang beradaptasi dengan aroma Nona Jasmine".
"Kau yakin Jasmine tidak apa-apa di ruangan segelap itu, meskipun dia sudah terapi tapi dia juga belum tentu sembuh".
"Jika Tuan mencoba ikut campur, Nona Jasmine yang akan lebih menderita Tuan. Anda sangat tau, Tuan muda anti sosial".
########
Sementara di ruangan itu, Jasmine terduduk di lantai. Ia menekan kuat-kuat rasa takutnya dengan banyak mengucapkan doa-doa dalam hatinya.
"Brukk".
"Awww".
Teriaknya takut, air matanya mulai menetes saat tubuhnya diangkat tinggi lalu dijatuhkan dengan kasar di atas kasur. Beruntung kasurnya empuk dan lembut sehingga tak membuatnya cidera.
"Srettt"
Tanpa belas kasihan pakaian yang dikenakannya di tarik, hingga membuatnya merasakan perih dan sakit. Air matanya luruh tak bisa dicegah, antara rasa sakit, pedih dan takut yang saat ini ia rasakan.
Tak cukup sampai di sana, kaki jenjang Jasmine di tarik hingga ia kini posisi terbaring. Celana panjang yang ia kenakan juga ditarik paksa. Ia pasrah, pasrah apapun yang akan dilakukan oleh suaminya.
Ia mencoba tak mengeluarkan suara, meskipun kini air matanya mengalir deras.
"Plakk, Plakkk"
"Cukup, kumohon cukup, jangan pukuli aku kak. Ku mohoonn".
Tapi suara Jasmine membuat Andrean tambah murka, meskipun hanya terdengar deru nafasnya saja, tapi deru nafas itu memburu menandakan jika Andrean sedang di puncak amarah.
Tanpa kata, ia membalik tubuh Jasmine dan kemudian memukuli kembali tubuh Jasmine secara membabi buta. Tangisan pilu terdengar menyayat, memohon untuk menghentikan, tapi tak ada suara selain suara Jasmine seorang.
Opa Jared geram tapi dia tetap ditahan oleh Paman Jamil. Meski kasihan Paman Jamil yakin, Tuan mudanya tak akan membunuh Nona mudanya itu.
Tubuh Jasmine lemah, luka lebam dan darah terasa. Rasa sakit membuat matanya mengabur, ia pingsan. Saat tahu wanita itu pingsan, Andrean membanting barang-barang yang ada di kamarnya.
Setelah di rasa puas, ia membuka penutup wajahnya dan tersenyum menyeringai. Ia kembali ke ruangan lukis dengan mata yang ia pejamkan.
Paman Jamil mengambilkan minum untuk Andrean. Paman Jamil tak pernah lepas dari senter, pena dan buku kecil yang diselipkan di kantong bajunya.
Tuan Jared sudah berada di kamar Andrean dan saat ia menghidupkan lampu. Betapa menyedihkannya kondisi Jasmine. Ia segera menelpon supirnya setelah membungkus tubuh Jasmine dengan selimut.
Lalu ia melarikan Jasmine ke rumah sakit miliknya. Sepanjang di mobil Tuan Jared menangis.
"Maafkan Opa sayang, maafkan Opa. Bukan maksud Opa menyerahkanmu pada monster vampir itu. Opa tidak menyangka jika anak Opa menjadi sadis seperti ini.
Bangunlah nak, bangunlah. Maafkan Opa sayang 😭😭😭😭😭. Opa tidak akan memaksamu kembali ke sana, Opa janji nak".
Sedangkan di rumah Andrean, ia duduk dan mulai melukis kembali. Ia mainkan kuas dan mulai mencampur warna, setelah itu ia taburkan campuran warna itu di atas kanvas.
Hatinya mulai tenang, jika Andrean sudah seperti ini.
"Tuan..."
"Hemm"
"Maafkan saya Tuan, saya hanya ingin melaporkan nona. Saat ini sudah berada di rumah sakit".
"Aku tidak peduli".
"Tapi Tuan, nona istri anda".
"Sudah kubilang aku tidak peduli, apakah kau ingin kuhajar sebagai gantinya hah".
"Jika itu membuat Tuan tidak memukuli Nona lagi, maka saya bersedia Tuan".
"Paman". Teriak Andrean.
"Kau fikir aku tak berani melakukannya hah".
Andrean mencengkram leher secara kuat di leher Paman Jamil membuat Paman Jamil kesulitan bernafas.
"Tuan...le...pas...kan".
"Bahkan aku bisa membunuhmu dalam sekali tarikan Paman. Jadi jangan mengaturku". Ucap Andrean melepaskan cekikannya.
Paman Jamil mengatur nafasnya, dan memandang tubuh Tuannya yang sudah kembali duduk.
"Jika membunuhku bisa membuat Anda menerima Nona, dan memperlakukannya dengan baik maka lakukan sekarang Tuan".
"Paman". Andrean kembali geram, gertakanya pada Paman Jamil tak ditakutinya.
"Hanya karena wanita asing, Paman berani mengorbankan diri Paman sendiri".
"Karena saya menganggap anda seperti anak saya sendiri Tuan. Saya hanya berharap Nona muda bisa menyembuhkan Tuan, meskipun nyawa saya jadi taruhannya".
############
Alhamdulillah chapter 6 done
***like, vote, poin and komen
Share and follow lesta lestari ya guys inga-inga...
❤❤❤❤❤❤❤***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
RA💜<big><_
semangat selalu yah kak
2020-12-21
0
listiSabran
aku hadir thor.. nyicil dulu ya baca nya ☺️💕
2020-12-04
1
Baranzha_Putri
semangat kak aku udah bom like jangan lupa mampir dikaryaku 😉
2020-10-25
0