Chapter 8

Mau tidak mau akhirnya Andrean menerima orang asing yang tak lain istrinya itu untuk merawatnya. Sikap cerewet Jasmine dalam mengobatinya membuat ia kesal dan marah, tapi ia sedang tidak bisa apa-apa.

Kaki dan tangannya terasa sangat sakit bila digerakkan, ia pun menerima pasrah lampu kamarnya selalu dihidupkan. Tapi matanya ia tutup, Jasmine bahkan berani tidur di atas kasur bersamanya. Membuat dia mau tidak mau harus terbiasa dengan kehadiran gadis itu.

Saat ini Jasmine sedang memandangi wajah rupawan suaminya itu. Benar kata Paman Jamil, jika Andrean memiliki wajah yang sangat tampan.

"Alihkan wajahmu, tak perlu kau pandangi wajahku. Aku tau aku tampan, tapi tak perlu sebegitunya kau memandangiku".

"Heheee, aku suka melihat wajah tampan suamiku. Bila seperti ini, sungguh kau membuatku terpesona, tidak menyeramkan saat kau sehat".

"Apa, jadi kau ingin aku terbaring selamanya seperti ini hah". Geram Andrean. Jasmine yang sudah mulai terbiasa dengan sikap Andrean hanya tersenyum saja.

"Tidak, aku ingin kau sembuh sayangku. Aku ingin bermanja denganmu itupun jika kau mau".

"Jangan pernah berharap".

"Mengapa tidak, kau kan suamiku heheee".

"Diamlah kepalaku pusing semenjak kau di sini, kau pengganggu ketenanganku".

"Aku akan selalu menganggumu suamiku, karena kau monster vampir cintaku hehee".

Ucap Jasmine sambil mencium pipi suaminya.

"Kau..." Geram Andrean dan mengepalkan tangannya, membuat tangannya kembali berdarah. Jasmine hanya menghela nafas melihat tindakan Andrean.

"Jika kau seperti ini terus, kapan bisa sembuh. Lihat darahmu keluar lagi, jika kau sakit katakan sakit, jangan kau tahan. Kau manusia bukan vampir yang tak merasakan sakit". Jasmine dengan telaten membersikan luka di tangan Andrean, dan mengobatinya lagi.

"Kau berisik".

"Apa kau ingin kucium lagi hemm?".

"Awas saja jika kau lakukan".

"Hehehe akan terus kulakukan agar kau terbiasa dengan sentuhan, bau tubuhku dan suaraku". Bisik Jasmine di telinga Andrean membuat Andrean membeku. Aroma wangi dari nafas yang mengenai kulit telinganya membuatnya bergidik.

Ini adalah pertama kali dalam hidupnya, mendapat prilaku "intim" dari seseorang khusunya wanita. Seketika tubuhnya bergetar, keringat dingin bercucuran di dahinya membuat Jasmine sedikit panik.

Ia pun memanggil Paman Jamil, dan tak lama Paman Jamil datang memihat keadaan Tuan Mudanya.

"Tenanglah Tuan, tenanglah. Dia istri Tuan, bukan penjahat. Tenangkan fikiran Tuan, ayolah Tuan tarik nafas lalu keluarkan perlahan-lahan, terus lakukan Tuan".

Andrean pun menuruti arahan Paman Jamil dan membuatnya sedikit tenang.

"Jangan pernah lakukan itu lagi brengsek".

Ucapnya setelah sedikit mengendalikan kecemasannya.

"Maaf, aku tidak tahu jika Kakak sampai seperti ini hanya karena aku berbisik di telinga Kakak".

"Sudahlah, aku ingin Paman Jamil yang merawatku, bukan gadis cerewet dan ceroboh sepertinya".

"Maafkan Saya Tuan, jika saya tidak bersedia. Saya sedang mengurusi Samir, yang kondisinya juga tak kalah parah dari anda. Tolong biarkan Istri Anda yang merawat Tuan".

"Paman". Andrean menggeretakkan giginya tanda ia tak suka.

"Maafkan saya Tuan, tidak selamanya saya bisa berada di sisi Tuan. Biarkan Nona saat ini yang berperan, merawat anda. Saya permisi Tuan".

Andrean hendak memukulkan tangannya lagi ke arah besi ranjangnya, namun ditahan oleh Jasmine.

"Tolong jangan menyakiti diri sendiri lagi, aku minta maaf".

"Ini semua gara-gara kau, Paman Jamil menjauhiku. Dulu Ayah yang mengasingkanku hingga saat ini, sekarang kau mengambil Paman Jamilku hah".

"Aku tidak mengambil Paman Jamil, asal kau tahu Paman Jamil sudah tua. Benar, kau butuh seseorang untuk mengantikannya".

"Tidak, Paman sudah berjanji akan menua bersamaku dan mati bersama".

"Haaahaaa lucu sekali kau. Paman Jamil itu usianya sudah lima puluh lima tahun, mana bisa ia menua dan mati bersamamu sedangkan dirimu masih tiga puluh tahun".

"Kau...bisa diam?".

"Tidak".

"Bahkan aku sedang ingin membacakan dongeng untukmu".

"Tak perlu, aku tak butuh".

"Terserah, aku akan tetap menceritakannya. Kau sekarang tak bisa apa-apa".

"Akan kubalas kau nanti".

"Aku tunggu".

Lalu ia mengambil buku dan duduk di sisi kasur di sebelah Andrean.

"Dengarkan ya, ini tentang kisah seorang yang buta dengan gajah. Dengarkan baik-baik dan pahami makna dari cerita ini oke".

Jasmine membuka buku itu, dan mulai membacakannya.

"Di seberang Negeri Ghor ada sebuah kota. Semua penduduknya buta. Seorang raja beserta rombongannya lewat dekat kota itu; ia membawa pasukan dan berkemah di gurun. Raja itu mempunyai seekor gajah perkasa, yang digunakannya untuk berperang dan membuat rakyat kagum.

Penduduk kota itu sangat antusias ingin melihat gajah tersebut, dan beberapa dari mereka yang buta pun berlari untuk mendekatinya.

Karena sama sekali tak tahu rupa atau bentuk gajah, mereka hanya bisa meraba-raba, mencari kejelasan dengan menyentuh bagian tubuhnya. Masing-masing hanya menyentuh satu bagian, tetapi berpikir telah mengetahui sesuatu.

Sekembalinya ke kota, orang-orang yang hendak tahu segera mengerubungi mereka. Orang-orang itu tidak sadar bahwa mereka mencari tahu tentang kebenaran kepada sumber yang sebenamya telah tersesat.

Mereka bertanya tentang bentuk dan wujud gajah, dan menyimak semua yang disampaikan.

Orang yang tangannya menyentuh telinga gajah ditanya tentang bentuk gajah. Ia menjawab, "Gajah itu besar, terasa kasar, luas, dan lebar seperti permadani."

Orang yang meraba belalai gajah berkata, "Aku tahu yang lebih benar tentang bentuk gajah. Gajah itu mirip pipa lurus bergema, mengerikan dan suka merusak."

Terakhir, orang yang memegang kaki gajah berkata, "Gajah itu kuat dan tegak, seperti tiang."

Masing-masing hanya menyentuh satu bagian saja, dan keliru memahaminya. Tak ada akal yang tahu segalanya. Semua membayangkan sesuatu yang salah.

Nah begitulah cerita beberapa orang buta dan si gajah. Kau tau maknanya tentang kisah ini?".

"Aku tidak mau tau dan tak peduli".

"Baiklah, tapi dengarkan aku karena aku sangat ingin mengatakan ini padamu. Kau hanya melihat satu sisi selama ini dalam hidupmu.

Sisi yang kau lihat hanya kegelapan, yang pada akhirnya kau nikmati. Padahal dunia ini tak hanya memiliki satu sisi ataupun satu warna saja. Seperti lukisanmu yang indah, yang memiliki banyak warna meski kau mungkin tak pernah melihatnya. Dunia tak hanya berwarna gelap".

Jasmine meraih jemari tangan Andrean, yang hanya tinggal ujung-ujung jemarinya dan mengusapkan kewajahnya. Meski terkejut Andrean tak bisa menarik jemarinya itu, marah tapi saat ini ia sedang tak bisa berbuat apa-apa.

"Ada warna lain selain hitam, cobalah buka matamu dan lihatlah dunia. Ada merah, jingga, ungu, kuning, hijau semuanya indah, dan kau harus melihatnya. Bahkan hidungku, bibirku, pipiku dan wajahku tak sama denganmu. Rasakan lah, betapa ada sisi yang berbeda dari hidupmu".

Jasmine menempelkan jari jemari itu ke are wajahnya, berharap suaminya terbiasa dan tidak marah jika bersentuhan dengannya, ataupun berinteraksi dengan orang lain.

Jasmine sudah bertekad untuk menarik Andran dari dunia kegelapan yang selama ini menyelimutinya.

#############

Alhamdulillah chapter 8 done

Yuklah di vote, koment, poin, like and Share serta Follow Lesta Lestari...

Mampir di karyaku yang lain berjudul **Arindra

❤❤❤❤❤❤❤❤**

Cerita tentang dongeng gajah, diambil dari web. Republika.co.id

Terpopuler

Comments

Sekapuk Berduri

Sekapuk Berduri

like 💕🤗

2020-12-24

0

Eva Santi Lubis

Eva Santi Lubis

Hai thor Aku datang membawa boomlike mari Mampir juga ya ke cerita aku Penguasa hatiku Wo Ai ni Mari saling mendukung Trimakasi

2020-12-04

0

flora sweet

flora sweet

👍👍👍😍😍😍

2020-11-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!