"Sarah Sulintya Jasmine, itukah namamu?"
Tanya laki-laki tua pada sosok gadis muda yang berusia dua puluh tahunan yang kini sedang duduk di hadapannya.
"Benar Opa"
"Ahh, kenapa baru sekarang aku mengetahui nama lengkapmu padahal sudah lama kita saling kenal".
"Ya Opa, tidak pernah bertanya nama lengkapku, bahkan opa selalu memanggilku mien, atau mimien hehehe".
"Maafkan Opa sayang, tapi taukah kau Opa memanggilmu kemari untuk apa?".
"Opa kan kangen padaku, kan sudah cukup lama kita tidak bertemu hehee".
"Kau selalu tertawa dan periang, sungguh membuatku senang dekat-dekat denganmu".
"Eits, Opa tidak berharap menjadikanku sugar baby kan 😄"
"Hahahaa kau lucu sekali, apa kau mau, jika kau mau opamu ini tak masalah".
"Hahaha opa becanda, kau opaku selamanya menjadi opaku okeh".
"Hahaha baiklah, baiklah. Aku takkan menjadikan sugar baby tapi opa ingin menjadikanmu menantuku. Apakah kau mau?.
"Hehee Opa lagi ngeprang ya, kan Opa g punya anak laki-laki. Mana bisa Mien jadi menantu Opa".
"Opa tidak becanda sayang, Opa serius dan sudah membicarakan ini dengan ayahmu. Ayahmu tergantung padamu, jika kau setuju maka minggu depan kalian menikah".
Raut wajah laki-laki yang dipanggil Opa ini serius, menunjukkan bahwa ia tidak sedang bercanda.
"Opa tidak bercanda?".
"Tidak sayang, Opa serius".
"Tapi kenapa harus aku Opa, dan Opa memiliki anak laki-laki tapi tak pernah aku lihat".
"Dia memiliki rumah sendiri sejak usia sepuluh tahun, dia tinggal di rumahnya dan dia tidak mau kemari makanya kau tak melihat atau mengenalnya".
"Oh pantas saja aku tak pernah melihatnya".
"Bagaimana apakah kau setuju Miennya Opa?"
"Opa Jared, Mien masih dua puluh tahun dan Mien juga masih kuliah. Maksud Mien...".
"Kau menolak?"
Jasmine tertunduk, ada sorot mata kecewa di wajah teduh orang yang selama ia panggil Opa. Opa Jared, seorang tetangga baik menurut jasmine selama ini.
Meski bukan cucu kandungnya, tapi Opa Jared selalu memberi perhatian, kasih sayang dan hadiah padanya. Ia sering bermain menemani Opa yang sering sendirian. Dari itulah kedekatan kami terbangun tak hanya antar kami berdua tapi Ayah, Ibuku juga kemudian mengabdikan diri pada Opa.
Lebih tepatnya menjadi karyawan di rumah Opa, Ibu yang menjadi juru masak di rumah besar milik Opa, sedangkan Ayah menjadi orang kepercayaan Opa.
Dulu Ayah dan Ibu bekerja di sebuah perusahaan yang sama, namun seiring berjalannya waktu mereka di phk karena perusahaan dinyatakan pailit. Saat itulah Opa menawarkan pekerjaan pada ke dua orang tuaku dan mereka menerimanya dengan senang hati.
Karena ke dua orang tuaku bekerja di rumah Opa Jared, sejak kecil aku dibawa hingga sampai kami dekat seperti ini.
"Opa tidak bisakah rencana ini di tunda, atau berikan waktu untuk Mien mengenal anak Opa. Siapa tau anak Opa memiliki seorang kekasih".
Jasmine sebenarnya menolak, tapi tidak enak dengan Opa mengingat kedekatan dan kebaikan yang sudah terjalin selama ini.
"Jadi kau tidak menolak bukan, sekarang atau nanti akan sama saja. Opa jamin anak Opa perjaka ting-ting hehee".
"Iya okelah, tapi apakah Opa tidak malu memiliki calon menantu sepertiku. Aku bukan gadis baik, tidak juga cantik, pintar standar, tinggi standar juga. Lalu apa yang Opa lihat dariku".
"Karena kau cucuku anak manis"
"Lalu kenapa Opa mau menjadikan menantu jika aku ini cucumu. Aku tidak mau Opa, aku ingin tetap jadi cucu kesayangamu bukan menantu hehee".
"Menjadi menantu juga tetap jadi kesayangan Opa, naim status dari cucu jadi menantu kan judulnya jadi begitu".
"Tapi Opa, jika aku sudah punya seseorang di hatiku bagaimana?".
"Apakah kau memilikinya saat ini?".
"Ya akukan sedang berkata andai opa, jadi bagaimana apakah Opa tidak akan mengubah statusku dari cucu jadi menantu kan?".
"Keputusan Opa tidak berubah sayang, meskipun kau memiliki kekasih sekalipun".
"Oppaaa, tidakkah opa kasihan melihatku yang masih terlalu muda untuk menikah".
Rengek jasmine pada Opa Jared, iya masih berharap jika rencana pernikahannya tidak dilanjutkan.
"Meskipun kau merengek dengan air mata darah keputusan Opa tidak berubah. Tidakkah kau iba pada opamu ini hemm, lihat Opa sudah enam puluh tahu. Tapi jangankan cucu, menantu saja belum punya. Kau ingin Opa mati tanpa cucu begitu?".
"Oppaaa, g boleh ngomong gitu, kalo Opa mati Mien minta uang sama siapa, kan Opa yang banyak uangnya heheee".
"Dasar manja, sejak kapan kau jadi matre begini, tapi baiklah jika kau menjadi menantu Opa dan melahirkan cucu untuk Opa, maka perusahaan itu akan jadi milik cucu Opa".
"Kok jadi milik cucu sih, kan aku ibunya masak yang dapet cucunya".
"Makanya nikah, maka kau bisa menikmati hartaku bersama cucuku".
"Opaaaa apa tidak ada cara lain".
"Ada"
"Apa Opaa?".
"Berikan aku Cucu, sebelum itu menikah dengan Drean".
"Itu mah sama aja Opaa, Mien sebel sama Opa. Mien g mau nikah sama anak Opa".
"Baiklah kalau tidak mau, mulai hari ini jangan panggil Opa lagi, jangan pernah kemari lagi dan orang tuamu akan Opa pecat".
"Opaaa jahat".
"Hahaaa, manja sekali cucu Opa ini. Sudah, tidak perlu menolak kalian akan tetap menikah minggu depan".
"Huaahuaaa Ayah, Ibu Opa Jared jahat masa anak kecil disuruh nikah sih".
Mien lari mencari Ayah dan Ibunya yang berada di dalam, tingkah Mien yang manja membuat Opa menyukainya. Menurutnya Mien adalah sosok lucu dan menggemaskan yang sangat cocok untuk Andrean yang penyendiri dan tertutup.
Tapi pada akhirnya Mien pun menerima pernikahannya dengan Andrean. Sosok laki-laki yang tak pernah ia lihat, bahkan Opa Jared tak memberikan foto wajah Andrean.
Lebih sadisnya lagi di hari pernikahan mereka, Mien yang sendirian berdiri di pelaminan setelah sosok laki-laki yang menikahinya mengucap ijab kabul di ruang gelap. Bahkan ia tak sempat melihat wajah yang disebut suaminya itu.
"Ahhh begini amat nasib idup, ini mah nikah tapi kayak g nikah. Suami di mana istri jadi pajangan di pelaminan sendirian. Apes banget nasibku ya Allah. Apalagi ini hah, masa langsung aja di suruh ke rumahnya. Apa ga ada waktu besok apa, aku kan cape udah itu dah malem lagi. Dasar suamiiii".
Gerutuan Jasmine menggema di kamar yang seharusnya menjadi kamar pengantin mereka. Ia membereskan barang-barangnya setelah jemputan tiba untuk bertemu dengan orang yang dikatakan suami.
Dengan tergesa-gesa ia bereskan barang-barang yang dianggap penting saja. Ia bertekad akan pulang, jika orang yang disebut suami itu melakukan penganiayaan. Heh, siapa tau kan, setidaknya ia harus memiliki rencana pikirnya.
#########
Alhamdulillah chapter 3 done
jejak-jejaknya ya guys..
Dang lupa ...mampir juga di karya perdanaku Arindra❤❤❤❤😄😄😄😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sekapuk Berduri
semangat kaka
2020-12-22
0
DeputiG_Rahma
like like hadir...
hay kk salam kenal ya, mampir yuk ke cerita aku
2020-12-19
0
RA💜<big><_
semngat selalu kak
salam dari mawar berduri
2020-12-17
1