Chapter 4

Jasmine sudah sampai di rumah Andrean suaminya. Suasana sunyi dan gelap menyapa saat ia sampai di rumah itu. Paman Jamil, mengantarkannya ke sebuah kamar, cukup luas meski tak seluas kamar yang ada di rumah Opa Jared yang disediakan untuknya.

Rasa lelah menjalari tubuhnya, ia pun segera bergegas membersihkan diri dan ingin segera tertidur. Selesai itu, ia baringkan tubuhnya di kasur.

"Orang itu g bakal masuk kamar ini kan, kalo dia masuk gimana dong. Aku harus ngapain, duhh...duh...ada suara yang mendekati kamar ini lagi. Udah dikunci tadi belum ya, ahh mending pura-pura tidur ajalah".

Jasmine akhirnya pura-pura tidur meski tatapan mata, pendengarannya ia tajamkan. Pada akhirnya rasa kantuk dan lelah, membuatnya jatuh ke alam mimpi.

#########

Pagi hari seperti biasa Drean sudah berada di ruangan lukisnya, suasana gelap tentu saja. Andrean sudah terbiasa dengan itu. Paman Jamil memanggilnya untuk sarapan, Drean pun keluar. Ke ruang makan yang biasanya, hanya lilin di pojokan yang menemaninya.

Jasmine yang dipanggil Paman Jared untuk sarapan pun turun, mengikuti Paman Jamil. Paman Jamil mempersilahkan Jasmine untuk masuk ruangan di mana Drean juga ada di sana.

Telinga Drean sudah mendengar, bau wangi menguar di hidungnya saat Jasmine membuka pintu ruangan itu.

"Apakah bau ini adalah bau wanita yang kunikahi?".

"Kenapa gelap sekali, apakah ada orang, tolong hidupkan lampunya". Ucap Jasmine.

"Jangan pernah coba-coba kau hidupkan lampunya, jika kau hidupkan tak ada makanan untukmu".

"Tak bisakah kau hidupkan, sungguh aku takut gelap, kenapa juga ruangan ini gelap bukankah kita akan makan?". Jasmine tubuhnya sudah berkeringat, ia mencoba melawan. Tapi Jasmine adalah penderita phobia gelap.

"Toolong, hidupkan lampunya". Ucapnya menahan sesak di dadanya.

"Ayah, Ibu tolong Mine, Ayah, Ibuuuu hiks..hikss".

Drean kesal mendengar suara-suara yang mengganggu ketenangannya. Namun mendekati, lalu ia menutup wajah dan matanya, berjalan mendekati Jasmine.

"Paman, tolonglah wanita ini sepertinya sesak nafas". Panggilnya pada Paman Jamil yang berada di balik pintu.

Paman Jamil segera mendekati Tuannya, dan menyorot wajah jasmine dengan senter, wajah pucat itu sangat terlihat.

"Tuan tolong hidupkan lampunya"

"Sejak kapan kau berani memerintahku, Paman".

"Maafkan saya Tuan, tapi istri anda sekarang sedang merasakan sakit".

"Huh menyusahkan saja, silahkan hidupkan setelah aku kembali ke kamar. Bawa makanan itu ke kamar".

"Baik Tuan".

Drean pun pergi, Paman Jamil segera menghidupkan lampu di ruangan itu. Terlihat Jasmine yang berkeringat dingin dan terlihat susah bernafas, dan menangis.

"Ayah, Ibuuuu Mine takut. Ayahhhh, Ibuuu hikss, hikss".

Paman Jamil segera mengambilkan minum dan diberikan pada Jasmine.

"Nona minumlah dulu".

Jasmine melihat ada Paman Jamil, setelah semuanya terang, ia menarik nafas berulang-ulang dan kemudian meminum air yang diberikan Paman Jamil.

"Tenanglah nona, ruangan sudah terang".

Paman Jamil duduk tak jauh dari nona muda barunya itu.

"Paman, mengapa ruangannya gelap sekali, aku takut Paman. Aku phobia gelap".

Deg...

Paman Jamil terkejut dan kemudian menghela nafas panjang. Bagaimana tidak, ia pasti akan dipusingkan oleb dua orang yang berlawanan. Satu phobia gelap, yang satu suka sekali dalam keadaan gelap. Sungguh kepribadian yang bertolak belakang.

"Huhh, bagaimana mereka bisa bersatu jika seperti ini"

"Nona, apakah anda benar-benar phobia gelap?".

"Benar Paman, aku sudah sejak kecil phobia gelap sampai sekarang aku belum sembuh".

"Maafkan saya Nona, tapi di sini Tuan Muda tidak suka terang, bahkan semua hal yang ada di rumah ini, di desain oleh Tuan Muda dalam keadaan gelap".

"Tapi saya takut gelap Paman, tidak bisakah sedikit saja ada penerangan".

"Maafkan saya Nona, saya sarankan Nona yang melawan phobia Nona jika ingin berdekatan dengan Tuan Muda".

"Hikss, hikss kenapa nasipku seperti ini Paman. Aku mau pulang saja Paman, tolong antarkan aku pulang Paman hikss, hikss".

Jasmine menarik-narik lengan baju Paman Jamil.

"Nona, anda baru saja menikah kemarin. Ini rumah suami anda, sudah sepatutnya anda tinggal di sini Nona".

"Tapi saya takut gelap Paman, tolonglah saya ingin pulang ke rumah Opa Jared. Tolong Paman, tolonglah 🙏🙏😭😭".

"Maafkan saya nona, jika saya tidak bersedia. Lebih baik sekarang Nona Makan, karena Saya akan mengantarkan sarapan untuk Tuan Muda. Maafkan saya Nona, saya permisi".

"Paman tolonglah, tolong carikan seseorang untuk menemani saya di sini. Saya tidak mau sendirian Paman".

"Maafkan saya nona, semua art setelah mengerjakan tugasnya mereka tinggal di belakang cukup jauh dari rumah ini. Di sini hanya ada Saya, Nona dan Tuan Muda".

"Hikss Paman, tapi aku g mau sendirian. Biarkan saja pria itu mengambil sarapannya sendiri. Dia kan pria, jadi sudah seharusnya mengalah pada wanita bukan".

Paman Jamil tersenyum melihat tingkah dan rengekan manja dari Jasmine, tapi ia segera menyembunyikannya.

"Maafkan saya Nona, silahkan nikmati makanannya sendirian, saya permisi dulu".

"Paman, Paman jahat hikss, hikss".

"Aduh bingung, bagaimana ini satunya manja dan cengeng, satunya hah. Bikin pusing saja".

"Maafkan saya Nona, saya permisi. Dan tolong pelankan suara tangisan anda, karena Tuan tidak suka ada yang bersuara di sini".

Setelah itu Paman Jamil meninggalkan Jasmine yang makin keras tangisannya.

"Tuan makanan anda".

"Kenapa brisik sekali Paman, pulang saja wanita itu, dia merusak ketenanganku".

"Maafkan saya Tuan, tapi sepertinya Nona phobia gelap".

"Maksudnya?".

"Dia kebalikan dari Anda Tuan, jika anda membenci ruangan terang, Nona Jasmine juga membenci ruang gelap".

"Huh, lalu kenapa dia tetap menangis. Bukankah lampunya sudah kau hidupkan?".

"Sudah Tuan, tapi Nona..."

"Kenapa tidak kau lanjutkan?".

"Maaf Tuan, Nona tak suka sendirian. Jadi tadi minta ditemani".

"Hah merepotkan sekali, kenapa pria tua itu ingin memiliki cucu dari wanita yang merepotkan seperti itu".

"Bolehkan saya menemaninya Tuan".

"Temanilah, dan antarkan dia pulang setelah ini. Aku tidak mau mendengar tangisan dan rengekannya lagi. Dia membuat kepalaku serasa mau pecah dengan suaranya yang tak indah".

"Tapi saya minta maaf Tuan, jika saya tidak bisa mengantarkan Nona kembali".

"Kau membantahku Paman?".

"Bukankah anda berjanji Tuan, hanya akan mengembalikan Nona jika sudah mengandung".

"Lupakan saja janji itu, aku tak mau anakku terlahir dari wanita manja dan cengeng sepertinya".

"Anda tega Tuan, membiarkan dia jadi janda hanya satu hari setelah pernikahannya?".

"Kenapa kau peduli Paman?".

"Karena Saya punya anak perempuan, jadi sebagai ayah akan sangat sedih jika melihat anaknya diceraikan satu hari setelah ia menikah.

Tentu saja apa kata Tuan Besar jika mengetahui tentang ini. Bukankah anda sendiri bilang, jika anda ingin membuat Tuan Besar peduli pada Anda".

############

Alhamdulillah chapter 4 done

Like, komen, vote, poin share and follow lesta lestari ya guys.

mampir di karyaku yang lain

Arindra.. Selamat membaca ❤❤❤❤❤❤

Terpopuler

Comments

Sekapuk Berduri

Sekapuk Berduri

semangat lagi...

2020-12-22

0

Erlina Khopiani

Erlina Khopiani

keren

2020-10-26

0

missYara

missYara

lanjut thor...

2020-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!