Kayla dan Aldo tengah duduk berdua di sebuah kursi panjang, di taman dekat rumah sakit.
Tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Hanya suara burung berkicau, yang mengisi kesunyian di tempat itu.
Setelah beberapa saat diam, Aldo mulai membuka pembicaraan lebih awal.
"Jadi, sudah berapa minggu kehamilan kamu?".
"2 minggu" ucap Kayla.
"Apa saat kita melakukan itu kamu dalam masa subur?".
"Iya".
Aldo menghela napas. Ia tampak sedang berpikir untuk mencari jalan keluar dari masalah yang terjadi.
"Apa aku sebaiknya gugurin aja Om? Aku nggak mau rumah tangga Om hancur gara-gara aku" kata Kayla.
"Nggak" tolak Aldo dengan cepat.
"Bagaimana pun anak yang dikandung kamu itu adalah darah daging Om. Jangan pernah berpikir untuk menggugurkannya".
"Terus bagaimana? Lama kelamaan Tante Tasya bisa tahu tentang hal ini Om. Aku nggak mungkin tinggal lebih lama di rumah itu, kalau aku harus pertahanin bayinya".
"Saat kandungan kamu mulai membesar, Om akan bawa kamu ke rumah yang lain. Soal itu kamu nggak perlu khawatir, oke?".
Kayla mengangguk. Ia mencoba mengikuti kemauan Om nya saat ini. Telah timbul rasa sayang kepada bayinya, yang juga tidak ingin dilepasnya begitu saja.
"Om anterin pulang ke rumah ya. Kamu harus banyak istirahat, biar bayinya sehat" ucap Aldo.
"Iya Om".
Aldo mengantarkan Kayla kembali ke rumah. Ia terlihat sangat peduli kepada Kayla, setelah mengetahui bahwa ponakannya mengandung darah dagingnya sendiri.
"Kamu mau makan apa? Biar nanti kita singgah beli makanan dulu sebelum pulang".
"Ehmm..Aku lagi pengen makan es krim Om".
Mendengar itu, membuat Aldo menyunggingkan senyumnya.
"Bayinya yang pengen ya?" tanyanya, sambil mengusap perut rata Kayla.
Mendapat perlakuan seperti itu, membuat Kayla terkejut. Namun, sebenarnya ia merasa senang karena telah diperhatikan oleh Aldo.
"I...iya Om" jawabnya.
Aldo menepikan mobilnya ke sebuah toko es krim, lalu mengajak Kayla untuk turun dari mobil dan masuk ke dalam toko bersama-sama.
Saat memasuki toko es krim, mata Kayla berbinar-binar, ia sangat bahagia melihat es krim yang terjajar rapi di lemari kaca dihadapannya.
"Kamu pengen rasa apa?" tanya Aldo.
"Rasa vanila campur green tea" jawab Kayla, cepat.
"Mba, pesan es krim vanila campur green tea satu ya. Cupnya yang paling besar" ujar Aldo.
Kayla dan Aldo duduk di sudut ruangan, sambil menunggu es krim pesanannya selesai dibuat.
"Om, nggak pesan es krim juga?".
"Nggak. Buat kamu aja".
Kayla menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Tidak lama kemudian, es krimnya pun tiba.
Kayla langsung menyantapnya dengan sangat cepat tanpa sisa.
"Wow cepat banget habisnya. Mau lagi?" tawar Aldo.
"Nggak Om. Aku udah kenyang".
"Baiklah. Ayo pulang".
Aldo dan Kayla berjalan keluar dari toko. Namun, mereka tidak sengaja berpapasan dengan Faris yang akan memasuki toko es krim tersebut.
"Kayla" panggilnya.
"Eh Faris, halo. Kamu ngapain disini?".
"Aku mau beli es krim, soalnya panas banget diluar. Kamu kesini bareng Om kamu?".
Faris tampak menatap pria disebelah Kayla itu dengan tatapan sedikit bingung.
"Oh iya, soalnya tadi aku minta singgah kesini sebentar untuk beli es krim".
"Ohh gitu" kata Faris.
"Kay kamu mau.."
Belum selesai Faris berbicara, Aldo langsung memotongnya.
"Ayo Kay kita pulang. Om udah mau lanjut ke kantor ini".
"Biar Kayla aku anterin aja Om" ucap Faris.
"Nggak usah. Nanti kamu apa-apain ponakan saya lagi. Ayo Kay".
"Aku duluan ya, Ris" pamit Kayla.
Faris tidak menjawab dan hanya menatap punggung Kayla yang sudah berjalan menjauh.
Kenapa wajah Om nya jutek banget ya. Heran, padahal dulu nggak gitu-gitu amat.
Setelah mengantar Kayla pulang ke rumah, Aldo kembali menuju ke kantor.
Selama diperjalan, ia terlihat tidak fokus karena Faris yang muncul di toko es krim tadi. Seperti ada rasa kecemburuan di hatinya, saat melihat kedekatan Kayla dan Faris tadi.
Kenapa aku jadi gini sih. Apa aku sudah menyukai Kayla? Masa bisa secepat itu. Gumamnya.
Sesampainya di kantor, Aldo langsung menuju ke ruang kerjanya. Namun saat di depan pintu, ia melihat asistennya Raffa, sudah berdiri seperti orang yang sedang kebingungan.
"Kenapa kamu?".
"Akhirnya Tuan datang juga" ucap Raffa, terlihat lega.
"Ada apa?" tanya Aldo, bingung.
"Nyonya mencari Tuan".
"Dimana dia sekarang?".
"Di dalam ruangan kerja Tuan".
"Oke, lanjutkan pekerjaan kamu".
Aldo segera masuk ke dalam ruangan kerjanya dan menemukan Tasya yang sudah duduk di kursi kerja miliknya.
"Hai Mas, akhirnya kamu datang juga. Habis darimana?" tanya Tasya, bangkit dari kursi yang didudukinya.
"Ketemu klien. Ada apa?".
Aldo berbohong kepada Tasya, ia takut istrinya itu akan curiga kalau ia berbicara jujur.
"Gini Mas, aku tuh pengen beli tas baru. Tas aku yang lain udah ketinggalan jaman semua. Masa sih, seorang istri dari bos besar, tas nya ketinggalan jaman".
Tasya mencoba merayu Aldo, dengan meraba-raba tubuh Aldo.
"Berhenti Tasya" pintah Aldo.
"Loh kenapa Mas? Kamu nggak suka ya, aku giniin?".
Tangan Tasya semakin nakal dengan mencoba memasukkannya dibalik kemeja milik Aldo.
"Aku bilang berhenti Tasya!" teriak Aldo.
"Kamu kenapa sih Mas? Biasanya aku gituin kamu suka kok".
"Ini di kantor. Jaga sikap kamu!" bentak Aldo, kemudian menjauhkan tangan Tasya dari tubuhnya.
"Ya udah kalau gitu. Mana uangnya Mas? Aku mau beli tas limited edition. Baru keluar 2 jam yang lalu. Teman-teman aku pada beli semua, masa aku nggak".
"Bisa nggak sehari aja kamu nggak usah ikutin gaya hidup teman-teman kamu itu? Buang-buang uang tahu nggak".
"Mas, kamu mau kita bertengkar lagi? Kita baru baikan loh. Jangan sampai aku ribut-ribut di kantor ini biar kamu malu" ancam Tasya.
Karena tidak ingin memulai pertengkaran lagi, dengan terpaksa Aldo mentransfer sejumlah uang ke rekening milik Tasya.
"Sudah aku transfer. Sebaiknya kamu pergi sekarang, aku mau lanjut kerja" tegas Aldo.
"Nah gitu dong. Itu baru namanya suami pengertian. Makasih ya sayang".
Tasya mengecup pipi kanan Aldo, kemudian berlalu pergi dari ruangan suaminya itu.
Saat sedang berjalan keluar, ia mulai menghubungi teman-teman arisannya.
Halo jeng, gimana? Jadi kan beli tas nya?. Tanya seseorang dari seberang telepon.
Jadi dong. Aku udah mau menuju kesana. Oh iya, untuk makan malam nanti aku yang traktir semuanya ya. Reservasi aja restoran bintang 5 nya dari sekarang. Ucap Tasya dengan bangganya.
Wah mantap memang Nyonya Bos Besar ini. Oke ditunggu ya.
Tasya tersenyum mendengar perkataan temannya itu, kemudian mematikan sambungan teleponnya.
Beruntung banget aku jadi istri Aldo. Semua ibu-ibu itu jadi tunduk padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Rina Thalita
bener gak boleh kan om sama ponakan nikah aku duluh sempet pacaran sama anak om aku tapi sama kelurga gak di dapet restu karena kata om aku itu adik bapak aku otomatis anak om aku itu ponakan bapak aku juga jadi akhir anak om aku di jodohin sekarang udah punya anak dan aku juga udah menikah sama pria lain dan punya anak
2024-02-17
0
Ria Rosita Rasyid
Itu g salah ponakan sm om kandung...haram kalii..apalgi omnya adik papa bs ngewaliin nikah klw papa nya kayla dah meninggal...anehhh aja😏
2023-01-31
1
Lotus 98
heh yg ini malah asik foya foya gak lihat apa suaminya bakal diambil ponakan nya huh kenapa sih si tasya suka banget foya foya
2023-01-09
0