Sudah beberapa hari ini kehidupan rumah tangga Aldo dan juga Kayla begitu tenang, tanpa ada masalah yang mengganggu.
Media juga tidak meliput satupun berita tentang perceraian Aldo, karena Aldo sudah menyuruh asistennya Raffa untuk membungkam semua media.
"Wah kelihatannya enak nih. Ini semua makanan buatan Mami Kay ya?" tanya Revan yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Iya dong. Revan mau Mami siapin bekal nggak? Untuk makan di sekolah nanti" tawar Kayla.
"Mau, Mi" kata Revan, mengangguk cepat.
"Mau apa ini? Papa juga mau dong" sahut Aldo, yang sudah siap dengan pakaian kerjanya.
"Memangnya, Papa tahu Revan mau apa?" tanya Revan.
"Nggak"
"Kalau nggak tahu, jangan mau-mau aja dong. Gimana kalau Revan bilang mau makan sabun? Papa juga mau ikut?"
"Ihh sabun kok mau dimakan. Mau jadi pesulap ya kamu?" ledek Aldo.
"Ihhh papa nyebelin banget. Nggak seru" kesal Revan.
"Ya ampun kenapa lagi ini anak dan Papa? Berantem lagi?" tanya Kayla, yang sedang menyiapkan makanan.
"Iya nih, Papa nggak seru dan nggak nyambung orangnya" adu Revan.
"Loh, kok jadi Papa" kata Aldo.
"Eh sudah-sudah. Masih pagi kok berantem. Ayo makan, Mami sudah siapin makanan spesial untuk kalian berdua"
"Yeeaayyy" teriak Aldo dan Revan kompak.
Ketiganya mulai menyantap sarapan pagi mereka hingga ludes tak tersisa.
"Habis, Mi. Enak banget" puji Revan.
"Iya benar enak banget, makanan buatan kamu enak semua loh, Han. Sudah cocok ikut acara master chef, pasti juara 1" tambah Aldo.
"Nggak perlu juara 1 di acara kompetisi masak. Juara 1 di hati 2 laki-laki dihadapan aku sekarang saja, sudah cukup kok"
"Istriku ini memang paling top deh. Aku memang nggak salah memilih kamu"
Aldo mencondongkan badannya ke arah Kayla dan mengecup singkat bibir istrinya itu. Sesuai perintah, semua aissten rumah tangga yang ada di rumah itu langsung memalingkan wajah. Hanya Revan, yang menatap tajam orang tuanya saat berciuman dihadapannya.
"Papa kok cium Mami Kay didepan aku sih?"
"Loh, memangnya nggak boleh? Ciuman itu tandanya sayang" jelas Aldo.
"Ohh tanda sayang. Jadi, kalau Revan sayang sama teman perempuan Revan, bisa dicium juga dong? tanya Revan, dengan wajah polosnya.
Seketika semua orang tertawa mendengar penuturan Revan, hanya Aldo yang terlihat syok mendengar perkataan anak umur 7 tahun itu.
"Nggak boleh lah. Kamu masih kecil. Harus tunggu sah dulu jadi suami istri kayak Papa dan Mami Kay, baru kamu boleh ciuman" ujar Aldo.
"Tapi kan tadi.."
"Udah jangan dibahas lagi. Sekarang ayo kamu ke sekolah. Ingat ya, jangan sampai kamu cium teman kamu di sekolah" potong Aldo.
"Iya, nggak. Uhh sebel, cuma Papa aja yang boleh" gerutu Revan, yang masih didengar Aldo dan juga Kayla.
Kayla hanya tersenyum mendengar Revan menggerutu, sedangkan Aldo tidak memperdulikan kekesalan anaknya itu.
"Aku berangkat dulu ya, Honey. Kamu kapan ke kampusnya?" tanya Aldo kepada Kayla.
"Nanti jam 10 kok. Nanti aku minta tolong supir untuk nganterin. Jadi kamu nggak usah bolak balik dari kantor"
"Oke kalau begitu. Aku dan Revan berangkat dulu ya. Dadah Honey, dadah juga dede bayi, jaga Mami kamu baik-baik ya, jangan nakal"
Aldo mencium perut Kayla yang belum terlalu kelihatan besar karena baru memasuki usia kandungan yang ke 3 bulan.
Melihat hal itu, Revan juga ikut-ikutan mencium perut Kayla.
"Dadah dede bayi. Cepat lahir ya, biar aku ada temannya"
"Siap kakak" kata Kayla, dengan suara anak kecil.
"Kok Mami yang jawab sih, kan aku bicaranya sama dede bayi"
"Kan bayinya di dalam perut Mami, jadi Mami yang sampaikan pesannya" ucap Kayla.
"Ohh gitu" angguk Revan.
"Ya sudah ayo kita pergi Revan. Kami pergi dulu ya Honey"
"Iya, Bee. Hati-hati ya"
Kayla melambaikan tangannya, sampai akhirnya mobil yang ditumpangi Aldo dan Revan tidak terlihat lagi.
Kayla masuk kembali kedalam rumah dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus.
.
.
.
Setibanya di kampus, Kayla baru saja mendapat pesan dari Laura, kalau hari ini dia tidak bisa ke kampus karena sedang diare.
Alhasil, perkuliahan hari ini ia akan merasa cepat bosan karena tidak ada teman bercerita. Ya, Kayla memang orang yang jarang bergaul. Sehingga temannya di kampus, hanya Laura saja.
Baru saja Kayla ingin masuk kedalam ruangan kelas, tiba-tiba ia mendapat hadiah sebuah guyuran air yang dilemparkan teman-temannya, yang membuat seluruh pakaiannya menjadi basah.
"Dasar pelakor. Berani-beraninya ada mahasiswa yang kuliah disini jadi pelakor dari Om nya sendiri" kata teman kelas Kayla.
"Iya benar banget, sampai hamil lagi. Nggak tahu diri banget sih" timpal temannya yang lain.
"Apa maksud kalian? Aku salah apa sama kalian, hah?" teriak Kayla, yang sudah basah kuyup.
"Pura-pura nggak tahu lagi salahnya. Berita kamu itu sudah menyebar ke semua media internet barusan ini. Nggak usah sok polos deh. Kalau pelakor ya bilang aja pelakor!"
"Kalian tidak tahu cerita sebenarnya jadi lebih baik kalian semua diam!"
"Memangnya pelakor butuh alasan ya? Nggak butuh tahu nggak. Sok merasa jadi korban lagi. Kalau gue jadi elo, mending gue gugurin anaknya daripada harus dipertahanin, apalagi itu Om lo sendiri. Nggak malu apa? Mati aja lo sana"
Kayla sangat syok. Hujatan demi hujatan dilontarkan oleh teman-temannya. Kalau saja saat itu ada Laura, mungkin saja dia yang bisa menolongnya saat ini.
"Anak lo bakalan cacat kalau lahir, apalagi kalian tuh masih ada hubungan darah. Sadar deh lo Kayla. Malu-maluin kampus kita tahu nggak. Semua berita tentang lo itu udah menyebar saat ini. Mending lo pergi sana jangan kuliah disini lagi. Kampus ini nggak menerima pelakor kayak lo. Ingat itu"
Kayla tidak bisa berkata apa-apa. Menurutnya, percuma saja kalau ia bicara. Apapun itu, dimata mereka Kayla tetaplah salah. Padahal, mereka belum tahu alasan yang sebenarnya terjadi.
Dengan langkah gontai, ia memutuskan untuk pergi dari kampus dan tidak melanjutkan perkuliahannya. Sepanjang koridor kampus, mereka semua saling berbisik membicarakan Kayla.
Kayla hanya bisa menunduk dan terus menangis. Hatinya terasa sakit, apalagi saat banyak orang yang menginginkannya mati atas semua ini.
Dilihatnya hp nya yang telah mati, gara-gara terkena siraman air tadi. Kayla hanya bisa menghela napas berat, ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang dimana ia biasanya menghabiskan waktunya seharian untuk mengadu semuanya saat hidupnya sedang terpuruk atau sedang kesusahan seperti saat ini.
Di tempat lain, Aldo sangat marah karena beritanya berhasil bocor dengan pembuat beritanya yang anonim sehingga tidak diketahui pelakunya.
"Kenapa beritanya bisa bocor? Kamu sudah bosan kerja hah?" bentak Aldo kepada Raffa.
"Maaf, Tuan. Akan saat cari tahu siapa yang berani menyebarkan beritanya"
"Cepat cari tahu sekarang dan penjarakan dia seumur hidup. Siapkan juga mobil untukku, aku akan menjemput Revan dan Kayla. Mereka pasti sudah mendengar berita ini" perintah Aldo.
"Baik, Tuan"
Rahang Aldo tampak mengeras dan juga tangannya terkepal, karena sangat marah.
"Awas saja kalau semua ini ternyata perbuatan kamu, Tasya. Akan aku habisi kamu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Anonymous
kasihan Kayla terus jd korban
2022-05-25
0
Dewi Zahra
pasti tasya ni
2021-08-30
0
Tiwik Firdaus
pasti perbuatan tasya siapa lagi kalau bukan mereka berdua ayah dan anak
2021-06-30
0