“Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun,” kata Adit sambil memandang mata Lalita penuh kerinduan.
“Thanks. Kamu sudah mengatakannya barusan. Sekarang biarkan aku pergi.” Lalita berontak tapi Adit tidak mau melepaskannya, dia mendorong tubuh Lalita dan memerangkapnya lebih erat lagi ke sisi samping mobil Xpander hitamnya.
“Kamu gila, ya? Nanti kalau ada satpam yang melihat bagaimana?” Lalita mendesis.
“Tenang saja, ini sudah malam, satpamnya pasti sudah pada nyaman di dalam pos nonton TV.” Adit yang sudah sering menjemput Lalita saat mereka masih bersama sudah hafal dengan kebiasaan para satpam di kantor Lalita. Dia bahkan beberapa kali ikut bergabung dengan mereka menonton pertandingan sepak bola di TV sambil menunggu Lalita selesai bekerja.
“Kamu tambah cantik,” Lalita memalingkan wajahnya, tidak menghiraukan ucapan mantan suaminya.
Adit memandangi wajah Lalita, perempuan ini masih saja cantik. Bahkan semakin cantik saja sejak dia mengenalnya lima belas tahun yang lalu. Adit ingin menciumnya, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Lalita.
“Don’t you dare to touch me.” Meski Lalita tidak melihatnya, tapi dia bisa merasakannya saat Adit semakin mendekatkan dirinya.
“Just a birthday kiss?” Adit memohon.
“In your dream.”
Adit akhirnya mengalah dan mundur. Dia mengambil sesuatu dari dalam saku jaketnya, lalu memberikannya kepada Lalita.
“Ini hadiahmu.” Adit mengambil tangan Lalita dan meletakkan sebuah kotak kecil di telapaknya lalu menggenggamnya dengan kedua telapak tangannya sendiri.
“Jangan dibuang, ini jauh lebih mahal dan berguna untukmu daripada tas jelek itu. Kalau kamu tidak nyaman denganku, lupakan saja kalau aku yang memberikan hadiah ini. Tapi kamu harus memakainya.” Adit mencium tangan Lalita yang berada di dalam genggamannya lalu mundur dan pergi.
Setelah Pajero Sport putih Adit pergi dari hadapannya, Lalita baru masuk ke dalam mobilnya. Dia melemparkan kotak pemberian dari Adit ke kursi penumpang di sebelahnya, lalu menyalakan mesin mobilnya dan menyetir pulang dengan emosi.
Emosi? Ya, Lalita bisa tenang dengan segala hal tentang perpisahannya dengan Adit jika laki-laki itu tidak ada. Hatinya tenang kalau tidak melihat penampakan mantan suaminya, tapi jika laki-laki itu muncul, entah hanya sekedar pertemuan yang tidak disengaja, atau pertemuan karena alasan apa pun, dia pasti langsung emosi. Melihat wajah tampan Adit membuatnya mengingat masa-masa bahagianya dulu dengannya, tapi saat melihat tubuh atletis Adit membuatnya membayangkan berapa banyak perempuan yang sudah menikmati tubuh tersebut? Lalita akui, sangat menyenangkan saat bersama dengan tubuh tersebut di atas ranjang.
Kenapa? Apakah Lalita masih mencintainya? Mungkin. Mereka sudah bersama selama lima belas tahun, sejak duduk di bangku kelas 3 SMP. Selama itu juga mereka saling mencintai. Meski sempat putus dan masing-masing punya pasangan lain, pada akhirnya mereka kembali bersama. Begitulah hubungan Lalita dengan Adit, perasaan cinta mereka satu sama lain dapat diibaratkan seperti ombak di lautan, kadang tenang, kadang menggelora, kadang tsunami, tapi ombak tidak pernah hilang dari lautan.
Lalita sempat putus dan jalan dengan Chandra selama tiga tahun, sebelum akhirnya mereka putus dan tidak lama kemudian dia kembali ke pelukan Adit. Chandra yang merupakan tetangga Adit di perumahannya, sebenarnya juga teman satu sekolah dengan Adit dan Lalita. Dia sudah menyukai Lalita cukup lama, tapi baru berani mendekatinya setelah Lalita putus dengan Adit. Namun hubungan mereka juga tidak bisa bertahan lebih dari tiga tahun. Chandra terlalu posesif dan membatasi semua aktivitas Lalita, sedangkan Lalita selalu ingin bebas dan berkreasi. Saat Lalita minta putus, Chandra tidak mau melepaskannya. Namun Lalita tetap bersikeras dengan keputusannya. Pada akhirnya dia tidak peduli apakah Chandra menerima keputusannya atau tidak, Lalita tetap meninggalkannya. Itulah kenapa sampai saat ini, jika Chandra bertemu dengan Lalita, dia selalu membuat keributan dan mengganggu Lalita. Sepertinya memang belum bisa atau tidak mau menerima keputusan sepihak dari Lalita yang memutuskannya saat itu. Semasa Lalita dengan Chandra bersama selama tiga tahun, Adit sudah bergonta-ganti pasangan entah berapa kali.
Enam bulan setelah putus dengan Chandra, Lalita kembali bersama dengan Adit, hingga akhirnya mereka berdua menikah lima tahun kemudian. Pernikahan Lalita dan Adit sangat bahagia tapi hanya setahun di awal. Bagaimanapun juga Adit adalah seorang playboy, meski dia bilang kalau dia sangat mencintai Lalita, tapi dia tidak pernah bisa setia hanya kepada satu orang perempuan saja. Di rumah ada Lalita, di luar rumah selalu ada perempuan lain. Pernikahan di tahun kedua mulai diiringi dengan pertengkaran. Lalita mulai mengetahui semua kegiatan Adit di luar rumah dengan perempuan lain. Lalita bahkan sampai keguguran karena depresi saat mengetahui pengkhianatan suaminya saat itu. Namun Adit tidak pernah mau melepaskan Lalita, dia bilang kalau dia masih dan akan selalu mencintai Lalita. Berbeda lagi saat Lalita menyuruhnya memilih antara dia atau perempuan lain, Adit tidak pernah bisa memilih salah satu.
Adit memang mencintai Lalita, dia memperlakukannya dengan sangat baik, memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami, memberikan nafkah yang melimpah baik secara lahir maupun batin. Tapi satu kekurangan Adit yang tidak akan pernah bisa diterima oleh Lalita yaitu bahwa dia tidak akan pernah bisa puas hanya dengan satu orang dirinya saja. Pertama-tama Lalita hanya menjumpainya berkencan dengan seorang perempuan saja, tapi lama-lama dia melihatnya bergonta-ganti pasangan. Ternyata selama ini Adit menyembunyikannya dengan sangat baik, dibantu oleh teman-teman dan anak buahnya yang sangat loyal kepadanya. Kalau Lalita sampai bisa melihatnya dengan perempuan lain, itu sudah pasti adalah karena campur tangan Tuhan yang ingin menunjukkan kepada Lalita tentang keburukan suaminya.
Setelah pertengkaran yang panjang dan melelahkan selama kurang lebih dua tahun, akhirnya Lalita menggugat cerai Adit. Meski Adit bersikeras tidak mau bercerai dan melepaskan Lalita, tapi Lalita mempunyai banyak bukti dan saksi, sehingga akhirnya dia memenangkan sidang dan pengadilan mengabulkan permohonan gugat cerainya. Lalita saat itu sudah takut kalau Adit akan menyuap hakim agar tidak mengabulkan permohonan gugat cerainya, karena dia tahu pasti Adit memiliki banyak uang dan sudah biasa melakukan suap-menyuap dalam pekerjaannya. Tapi sepertinya Tuhan memang berencana untuk memisahkan Lalita dan Adit karena kalau tidak, maka proses perceraiannya tidak akan berjalan lancar dan memberikan hasil sesuai keinginan Lalita.
Lalita pindah ke sebuah apartemen kecil dan membeli sebuah mobil setelah berpisah dengan Adit. Dia tidak membawa sedikit pun harta benda yang diberikan Adit, dia meninggalkan semuanya tetap di rumah yang ditinggalinya saat masih bersama dengan Adit. Lalita mulai menata lagi kehidupannya dari nol dan hidup mandiri karena keluarganya berada di luar kota. Adit masih sering menghubunginya, dia bilang merindukannyalah, menginginkannya kembalilah, dan banyak alasan lainnya. Adit tidak pernah kehabisan alasan untuk menemuinya. Lalita selalu menghindarinya. Hatinya masih saja berdebar jika Adit mendekatinya. Bukannya masih mencintainya, Lalita sudah mati rasa terhadapnya, tapi Lalita hanya belum bisa melupakannya. Lima belas tahun bersama, terlalu banyak kenangan indah yang terekam manis di memorinya. Lalita perlu banyak waktu untuk benar-benar bisa melupakan Adit.
Lalita memasuki basement dan memarkirkan mobilnya, lalu naik lift menuju ke lantai sembilan tempat apartemennya berada. Apartemennya kecil, hanya berukuran sekitar 36 meter persegi. Masuk ke apartemen, di sebelah kanannya ada kamar mandi, di sebelah kirinya ada dapur kecil, maju sedikit ada meja makan kecil, maju lagi ada ruang tengah untuk bersantai dan menonton TV, di ujung ruangan ada tangga ke lantai atas untuk sebuah kamar tidur. Kecil, tapi nyaman untuknya yang hidup sendirian.
Lalita melemparkan barang-barangnya di sofa ruang tengah, termasuk hadiah tas dan kotak kecil dari Adit. Kemudian dia membersihkan riasan wajahnya dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah segar, Lalita memakai piyama dan duduk di sofa ruang tengah. Dia membuka hadiah dari Adit, ternyata sebuah kalung berlapiskan emas putih dengan liontin yang bisa berfungsi sebagai USB. Adit memang benar-benar paham dengan seleranya. Lalita tidak terlalu menyukai perhiasan, karena perhiasan hanya berfungsi sebagai pajangan saja. Lalita lebih menyukai sesuatu yang berguna. Dan hadiah Adit ini benar-benar sesuai dengan selera Lalita dan seleranya sendiri. Sebuah perhiasan yang sangat suka diberikan oleh Adit tapi tidak pernah dipakai oleh Lalita karena dianggap tidak berguna, dan sebuah USB yang akan sangat berguna dalam pekerjaan Lalita. Jika perhiasannya seperti ini, Lalita menyukainya.
Drrttt… Drrttt…
Suara ponsel Lalita membuyarkan kegiatannya yang sedang memperhatikan kalung hadiah dari Adit. Lalita melihat layar ponsel, hanya nomor asing yang tertera. Lalita pun mengabaikannya. Lalita kembali melanjutkan kegiatannya mengamati kalung cantik itu, lalu memutuskan untuk tidak akan memakainya di leher, tapi dia akan menyimpannya saja dan menggunakan liontinnya sebagai USB.
Drrttt… Drrttt…
Ponselnya bergetar lagi, akhirnya Lalita mengangkatnya.
“Halo.”
“Halo. Sudah sampai rumah?”
Lalita tidak familiar dengan suaranya. Tapi kenapa dia bertanya seperti itu? Seolah-olah mereka baru saja bertemu beberapa saat sebelum dia pulang ke rumah.
“Ini siapa?” Lalita hanya bertemu dengan Adit sebelum pulang tadi, tapi suara penelepon ini jelas bukan suara Adit.
“Saya tadi melihatmu dengan laki-laki di tempat parkir. Apakah dia mengganggumu? Kamu tidak apa-apa kan?”
Dia tadi melihatku dengan Adit? Lalita berpikir, sepertinya tadi tidak ada orang lain di tempat parkir, hanya ada mobilnya dan mobil Adit saja.
“Sebutkan namamu sekarang atau aku tutup teleponnya,” kata Lalita yang sedang tidak mau bermain tebak-tebakan.
“Ini saya, Zidan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments