Office Crush
Prok prok prok....
Lalita bertepuk tangan tanpa semangat, hanya ikutan rekan-rekan kerjanya saja. Dia bahkan tidak terlalu mendengarkan apalagi mengerti apa yang disampaikan oleh CEO (Chief Executive Officer) perusahaan tempatnya bekerja. Intinya laki-laki pemegang kekuasaan tertinggi di perusahaan PT. CJR itu mengucapkan bla bla bla untuk menyambut kedatangan CFO (Chief Finance Officer) baru yang mulai hari ini akan bergabung di perusahaannya.
Mata Lalita memperhatikan dua laki-laki yang berdiri di balik nasi tumpeng besar beberapa meter di depannya, sang CEO Christian Joseph Reynolds, bule Belanda bermata biru yang sangat tinggi dengan kulit pucat itu sedang menceritakan tentang pengalaman kerja dan prestasi CFO baru, Zidan Arkan, yang meskipun masih berusia 37 tahun tapi sepak terjangnya dalam hal ekonomi bisnis sudah mendapat pengakuan di Indonesia dan Singapura.
"He is single," kata Mr. Reynolds yang langsung mendapat sambutan ramai terutama dari para wanita jones alias jomblo ngenes di divisi keuangan. Secara otomatis semua mata langsung memandang ke arah CFO baru. Badannya tinggi tegap, setinggi pemain basket profesional dunia meski dia jelas produk lokal. Rambutnya dipotong model pompadour sehingga membuat postur tubuhnya yang sudah tinggi tampak lebih tinggi lagi. Kulitnya kecokelatan, tampak sangat kontras saat berdiri di sebelah Mr. Reynolds. Namun kulit kecokelatan tersebut bukannya mengurangi, tapi malah membuatnya melengkapi ketampanannya. Wajahnya, jangan ditanya, mungkin hidungnya tidak terlalu sempurna, tapi antara mata, hidung, tulang pipi, bibir, semua bersinergi dengan sangat baik untuk membentuk sesuatu yang indah dan menyenangkan untuk dilihat.
Tidak lama kemudian giliran CFO baru yang bicara memberikan sambutan. Laki-laki itu terlihat sangat dewasa dan tampak sedikit lebih tua dari umurnya, mungkin karena dia terlalu sering bekerja menggunakan otaknya untuk berpikir, tetapi dia terlihat sangat bersemangat.
Lihat saja beberapa tahun ke depan, atau mungkin dalam hitungan bulan, apakah dia masih akan terlihat bersemangat setelah mengetahui lingkaran setan yang ada di perusahaan ini?
Kenapa Lalita bilang lingkaran setan? Apakah karena di perusahaan tempatnya bekerja banyak sekali setannya? Tidak, bukan seperti itu. Para owner yang masih aktif berada di Board of Director sering semaunya sendiri dalam mengambil keputusan atau bahkan strategi bisnis, dan banyak dari para manajer terutama yang sudah cukup berumur biasanya akan mencari aman atau bahkan ada yang lepas tangan. Sehingga ketika ada masalah, kadang hanya didiamkan saja atau dilempar ke sana ke mari atau bahkan berputar-putar tanpa menemukan jalan keluar, akhirnya jadi terasa seperti berada di dalam sebuah lingkaran setan. Lalita yang sudah bekerja hampir 10 tahun di PT. CJR cukup paham dan terbiasa dengan lingkaran setan yang terjadi di perusahaannya. Tapi Lalita hanyalah seorang supervisor, yang tidak berhubungan langsung dengan para Board of Director, jadi hanya sedikit merasakan dampak dari lingkaran setan tersebut. Kalau seorang CFO yang sehari-harinya bakalan berhubungan langsung dengan para Board of Director, pasti nanti bakalan lebih sering dan lebih besar merasakan dampaknya saat mulai masuk ke dalam lingkaran setan di PT. CJR.
"Umur 37 tahun dia sudah menjadi CFO. Aku saja umur 38 tahun masih setia menjadi staf. Dia bahkan lebih muda dari manajer kita yang umurnya sudah 40 tahun," kata Reeta, salah seorang bawahan Lalita yang juga merupakan teman dekatnya di perusahaan ini.
"Nasib orang kan memang beda-beda. Tidak usah iri, rejeki sudah ada yang mengatur," jawab Lalita sok bijaksana. Setelah mengalami cobaan dalam hidupnya terkait perceraiannya dengan Adit, mantan suaminya, Lalita memang menjadi jauh lebih bijaksana daripada sebelumnya. Karena saat-saat itu adalah titik terendahnya, belum pernah dia merasakan sedih dan sakit hati sebesar itu sebelumnya. Rasanya seolah dunia mau kiamat saja, seringkali Lalita terpikir untuk melakukan bunuh diri. Saat menyetir sendirian dia terpikir untuk menabrakkan mobilnya ke sebuah bangunan, atau saat sedang memasak dan memegang pisau dia terpikir untuk memotong nadinya, untung saja imannya masih cukup kuat untuk menahannya melakukan hal-hal buruk tersebut.
"Lapar nih, kapan sih sambutannya selesai?" Lilac, salah satu teman dekat Lalita yang lain mengelus perutnya yang mulai protes minta diisi. Wanita yang telah melahirkan tiga bulan lalu ini memang sering sekali kelaparan karena sedang menyusui anaknya. Lalita hanya mengangkat bahu, pertanda kalau dia juga tidak bisa menjawab pertanyaannya.
Mbak Dina, asisten CFO, mengundang semua karyawan dan karyawati dari divisi Finance and Accounting, yang terdiri dari bagian hutang, piutang, kasir, pajak, akuntansi, internal audit, anggaran, dan bagian treasury untuk berkumpul di depan ruangan CFO untuk menyambut kedatangannya jam 11.30, 30 menit sebelum jam makan siang. Tapi sampai jam 12.15 sambutannya belum juga selesai. Lilac dan Reeta sudah sibuk memilih dari kejauhan, lauk apa saja yang akan mereka ambil dari kumpulan makanan yang mengelilingi tumpeng nasi kuning yang akan mereka makan bersama-sama siang ini. Sedangkan Lalita dari tadi mengecek dua jarum yang bergerak pada jam tangannya.
Ini benar-benar membuang waktu, aku kan bisa mengerjakan laporan keuangan saja?! Mana targetnya sore ini sudah harus dikirimkan. Lalita mengoceh dalam hati, lalu mengganti tumpuan berdirinya dari kaki kanan ke kaki kiri. 45 menit berdiri mulai membuatnya capek.
Akhirnya semua sambutan dan bla bla bla itu selesai tepat pukul 12.30. Semua orang langsung menyerbu ke arah nasi tumpeng, kecuali Lalita. Lalita berjalan sendirian melawan arus, dia lebih memilih untuk kembali ke meja kerjanya dan menyelesaikan pekerjaan yang sudah menunggu. Sepasang mata tajam memperhatikan kepergiannya meninggalkan kerumunan yang tampak sangat mencolok, raut wajahnya tampak tidak suka melihat punggung perempuan yang semakin lama semakin menjauhinya.
"Kemana? Tidak ambil makanan?" tanya Even yang berpapasan dengan Lalita.
"Nanti saja, masih banyak pekerjaan," jawab Lalita.
Sampai di meja kerjanya, Lalita langsung menghempaskan tubuhnya di kursi putar berwarna hijau, lalu memutar kursinya menghadap ke arah monitor, mengetikkan "holiday" di papan keyboard sebagai password untuk masuk ke sistem komputernya. Setelah masuk, langsung terpampang deretan angka di layar monitornya, lalu Lalita melanjutkan membuat sebuah laporan keuangan lengkap dengan detail-detailnya, beserta analisis terhadap kenaikan dan penurunan yang terjadi selama 3 bulan terakhir. Saat jam istirahat kurang 10 menit, Lalita bangkit dan berjalan menuju ke meja nasi tumpeng yang sudah tidak lagi berdiri tegak, dengan sisa-sisa lauk yang berserakan tipis mengelilinginya.
"Lho, kamu belum ambil, La?" tanya Mbak Dina yang meja kerjanya memang berada di dekat meja nasi tumpeng.
"Belum Mbak, tadi mengerjakan laporan." jawab Lalita lesu karena perutnya lapar.
"Harusnya tadi bilang, biar bisa kuambilkan. Ini daging ayamnya sudah habis, tinggal sisa sedikit tuh lauknya," Mbak Dina merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, Mbak, seadanya saja." Namanya orang kelaparan, seadanya makanan pun sudah cukup bagus.
Lalita lalu mengambil piring plastik yang disediakan di meja, mengambil sedikit nasi kuning, telur rebus yang dimasak dengan bumbu Bali beserta tahunya, kering tempe, srundeng kelapa, dan urap-urap kesukaannya.
"Tidak ambil sambal, Mbak?" tanya Anton, salah satu bawahan Lalita yang besar tubuhnya 3 kali tubuh Lalita saat kebetulan lewat.
"Mbak Lalita kan tidak suka pedas," timpal Radit yang berjalan bersamanya dan Adriel. Radit dan Adriel sama tingginya, bedanya Radit sedikit lebih berisi sedangkan Adriel kurus. Bertiga dengan Anton, mereka tampak terlihat seperti angka 101.
"Mbak, makannya jangan sambil mendengarkan Anton ngomong ya, nanti kepedasan. Omongannya Anton pedas banget soalnya," kata Adriel yang lalu mendapat pukulan ringan dari Anton. Anton dan Adriel adalah lulusan universitas yang sama, mereka berdua sudah berteman dekat sejak duduk di bangku kuliah, tapi kelakuan mereka berdua lebih seperti film kartun kucing dan tikus Tom and Jerry.
Lalita tidak menggubris omongan mereka, hanya ikut tertawa melihat kelakuan Adriel yang selalu usil. Lalita kemudian ikut berjalan bersama mereka menuju ke meja kerjanya. Saat melewati sebuah ruangan, laki-laki yang duduk di kursi kebesarannya memperhatikan tindak tanduknya, dan menyadari bahwa dia adalah bawahannya yang tadi berjalan melawan arus dan meninggalkan acara syukuran penyambutannya.
Sore itu juga, Zidan sang CEO baru, mengumpulkan para manajer, asisten manajer, dan supervisor di ruang rapat. Dia ingin mengenal satu persatu orang-orang yang memegang jabatan tersebut karena nantinya dengan merekalah dia akan bekerja sama.
Semua terlihat antusias mendengarkan kecuali Lalita, seorang Supervisor bagian Akuntansi, dia memutar bola matanya dan terus-terusan menguap saat pertemuan berlangsung. Setelah satu jam berada di ruang rapat, pertemuan dibubarkan. Lalita menjadi orang yang pertama kali keluar dengan antusias, sedangkan beberapa orang lainnya masih berada di dalam dan berdiskusi dengan Zidan.
Lagi-lagi, kepergian Lalita mendapatkan tatapan tajam dari sepasang mata laki-laki yang sejak di ruangan memerhatikannya. Eh, sejak siang sebenarnya Lalita sudah terus diperhatikan olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
DoraemonBiru
up
2020-05-26
0
Rosita Sopyan
klu q mh gak tau ngevote nya gimna
2020-03-28
2
Aldy Sylvian
klik favo dulu biar gak ilang kalo suka lanjut kalo gak suka maaf ya tor gak jadi favo🙏🙏
2020-02-23
1