Seperti pada umumnya jika kita datang ke kafe tentunya hal yang ditunggu-tunggu adalah segeranya datang makanan dan minuman yang telah kita pesan, namun lain halnya dengan dua sejoli yang tengah menikmati perasaan yang berbunga- bunga, yang disebabkan efek samping yang timbul dari saling memandang dengan tatapan yang begitu dalam seakan dunia hanya milik berdua, tiba- tiba buyar begitu saja karena kedatangan pelayan yang membawa pesanan mereka.
“Permisi, ini pesanannya sudah siap” Seorang pelayan wanita membawa nampan berisi makanan dan minuman yang dipesan Naz dan Arfin.
“Hufh, kenapa pelayan ini cepat sekali datangnya, nyesel banget tadi aku segera memesan makan saat datang, menganggu saja” Gumam Arfin dalam hatinya.
Naz segera melepaskan tangannya dari tangan Arfin “Eh, iya mba, taro sini ya,,, loh kwetiaw gorengnya mana mba?” Tanya Naz karena melihat pesanan nya tidak ada.
“Sudah jadi mba, saya segera ambilkan kembali ya, tadi nampannya tidak muat” Ucap pelayan itu dan kembali ke pantry.
“Oke ,, aku tunggu” Jawab Naz sambil senyam- senyum pada Arfin, sedangkan Arfin raut wajahnya terlihat sangat tegang sampai berkeringat.”Kak Arfin nih” Naz menyodorkan tisu kepada Arfin.
“Untuk apa?” Tanya Arfin heran.
“Itu dahinya keringetan nanti netes lagi ke makanan, bisa- bisa berubah jadi asin makanan Kaka” Jawab Naz dengan senyuman merekah di bibirnya. Dasar bocah gak tahu apa Arfin tuh dadanya lagi deg- deg ser karena ulahmu Naz.
Arfin mengambil tisu yang disodorkan Naz dan mengusapkannya ke dahinya dengan menghela nafas panjang berkali- kali, “Sudah ayo kita makan”. Naz dan Arfin mulai memakan makannya karena pesanan Naz pun sudah kembali datang. Mereka makan tanpa bicara sampai makanannya habis. Ternyata tegang juga bisa bikin laper ya.
“Naz, kamu tuh badan aja langsing, ternyata makannya banyak ya” Arfin mengawali percakapan saat memperhatikan tiga jenis makanan Naz telah raib dari piringnya.
“Itu anugrah namanya, makan banyak tetap langsing, jadi di perut aku tuh ada anti gendutnya” Naz menjawab ngasal.
“Ngarang kamu, sejak kapan dalam tubuh ada anti gendutnya, yang ada makan banyak gak gendut- gendut itu karena tekanan batin” Arfin menipal.
“Lah ini aku buktinya “ Naz berdiri putar kiri putar kanan memperlihatkan tubuh langsingnya.
“Duduk kamu Naz, ih bikin malu aja di lihatin orang” Arfin merasa risih dengan kelakuan Naz.
“Habisnya gak percayaan” Naz menjulurkan lidah pada Arfin sebagai tanda kesalnya.
“Terserahlah sebahagianya kamu aja,,, oh iya, tadi di teras belajar kamu mau cerita apa yang bikin kamu sampai nangis bombay ?” Arfin teringat kalo Naz mau cerita sesuatu.
“Kata Pak RT tanah lapangan di sana sudah ada yang membelinya, padahal kan tanah itu sudah dihibahkan oleh pemiliknya untuk kepentingan umum” Naz mulai bicara.
“Oh, terus masalahnya apa sampai kamu nangis?”
“Kan teras belajar itu dibangun di atas tanah bagian dari lapangan itu, jadi otomatis itu juga sudah dibeli kan, berarti nanti teras belajar akan di hancurkan sama pemilik baru tanah itu, nanti anak- anak gimana nasibnya, mereka bisa- bisa kembali mengemis dan ngamen di jalanan lagi Kak”. Mengingat hal itu Naz tak kuasa menahan air matanya.
“Eh,,, ko jadi nangis lagi”.
“Abisnya aku sedih Kak, apalagi tadi pas lihat orang- orang yang udah ngukur tanah itu, aku semakin takut mereka akan menghancurkan teras belajar, hiks hiks,, kalau saja aku tahu siapa pembelinya, aku akan segera menemui orang itu” Naz malah terus nangis.
“Terus kalo ketemu sama orang itu kamu mau ngapain?” Tanya Arfin.
“Aku pengennya marahin dia, mau minta dia gak jadi beli tanah itu,,tapi aku juga gak tahu sih,, aku pengen membeli tanah itu, tapi gak mungkin juga,,aku gak punya banyak uang,,huhuhuhuhu” Naz bicara tidak jelas.
“Ssstttt,,, udah udah jangan nangis lagi, malu dilihatin orang disangkanya aku ngapa- ngapain kamu lagi?” Arfin mencoba menghentikan tangisan Naz tapi tidak semudah itu Marisol.
“Aku tahu siapa pembeli tanah itu” Dan itu sukses menghentikan tangisan Naz.
“Beneran Kak,,? Kak Arfin tahu siapa pembelinya” Ucap Naz yang duduknya sudah pidah ke kursi sebelah Arfin sambil menarik- narik lengan Arfin.
“Iya, aku tahu” Jawab Arfin.
“Siapa Kak?” Tanya Naz antusias.
“Orangnya sekarang ada di samping kamu?” Arfin bicara dengan santainya, tapi membuat Naz melihat- lihat ke sekeliling dirinya dan tidak menemukan siapapun.
“Mana gak ada orangnya?” Naz bertanya den polosnya.
“Lah, ini orangnya lagi kamu pegang lengannya”.
Naz langsung melepaskan tangannya dari lengan Arfin dan memperlihatkan raut muka keterkejutannya sambil mangap.
“Jadi,,, Kak Arfin yang beli tanah itu?” Pertanyaan Naz langsung diangguki Arfin. ”iiih, kaka tega banget sih beli tanah itu dan mau dibikin bangunan lagi, kan kaka tahu tentang teras belajar dan kisah anak- anak di sana”. Naz langsung nyerocos marah pada Arfin.
“Loh emang apa salahnya, kan biar kepemilikannya sah dan tidak akan ada yang menggugat suatu saat nanti”
“Kak Arfin egois, Kak Arfin jahat,, kaka gak peduli sama anak- anak di sana” Naz merajuk dan membalikan badannya membelakangi Arfin.
“Jahat apa maksud kamu Naz?” Arfin tak Terima dituding.
“Itu, kaka ngapain mau bikin bangunan di tanah itu, apa proyek kaka masih kurang luas hah? Memang ya perusahan itu selalu mementingkan keuntungan tanpa memperdulikan penderitaan orang kecil yang kesusahan”, Naz nyerocos semakin kesal.
Arfin menghela nafas panjang “Naz, kalo bicara itu jangan sambil membelakangi, pasti Bunda ngajarin kamu tentang adab berbicara dengan orang lain kan, apalagi dengan orang yang lebih tua” Mendengar perkataan Arfin Naz kembali membalikan badannya lagi menghadap ke Arfin.
“Kamu tahu, bangunannya mau dibikin apa?” Arfin bertanya dan Naz hanya menggelengkan kepalanya saja.
“Naz, dengarkan aku,,,aku membeli tanah itu bukan untuk kepentinganku sendiri, melainkan untuk dibuat bangunan sekolah yang lebih layak. Bukan maksudku menghina teras belajar ya, tapi dengan bangunan yang lebih layak dan fasilitas memadai toh akan lebih baik untuk anak- anak itu. Dan aku sudah berdiskusi dengan Pak Haris mengenai perekrutan Guru untuk mengajar di sekolah yang akan dibangun nanti. Sehingga anak- anak itu bisa mendapatkan pendidikan yang formal dan sah dari tenaga pengajar professional. Dan satu hal lagi, kamu dan sahabatmu masih sekolah tidak punya waktu full time untuk mengajar, pastinya kalian juga memiliki acara- acara lain di luar jam sekolah seperti mengikuti ekstrakulikuler atau pun les privat, jadi sekolah dan masa- masa remaja kalian tidak terganggu dan anak- anak jalanan itu mendapatkan pendidikan yang layak.” Arfin menjelaskan panjang lebar.
Naz tak mampu berkata- kata lagi, ia langsung memeluk Arfin “Terimakasih kak, ,,,terimakasih,,,maafkan aku sudah menilai buruk niat baikmu,,,terimakasih banyak”.
“Naz,,,Naz lepaskan aku, malu dilihat banyak orang” Arfin mencoba melepaskan pelukan Naz.
“Gak mau,,, aku mau terus meluk Kaka”, Naz menolak melepaskan pelukan bicara dengan manjanya, dikira ini meluk bapaknya kali ya.
“Naz aku mohon lepaskan”,Arfin yang sudah berkeringat mendorong Naz agar melepaskan pelukannya dan akhirnya lepas juga. Tidak tahu apa jantung Arfin serasa mau copot Naz.
Arfin terus menghela nafas panjang menstabilkan debaran jantungnya yang sempat tidak menentu.
“Kakak kenapa sih, kayak habis lari maraton gitu?” Naz bertanya dengan polosnya, yasalam benar- benar wajah polos tanpa dosa ya.
“Gak apa- apa” Arfin malah menatap heran pada Naz lalu bergegas meminum minumannya yang masih tersisa sampai habis.
“Kak Arfin, kapan mulai bangun sekolahnya” Tanya Naz sambil nyengir.
“Nantilah, tanahnya aja baru di ukur, terus nanti di desain dulu. Atau kamu punya ide untuk desain sekolahnya seperti apa?”
“Hah, bikin gambar denah sekolah nya gitu maksudnya?” Tanya Naz antusias.
“Iya..” Jawab Arfin singkat.
“Aku mau,,, aku mauu” Jawab Naz dengan senangnya. Tiba- tiba ponsel Naz yang di charger di dalam tas berbunyi menandakan ada panggilan masuk,”Elsa….”. Naz langsung mengangkatnya.”Iya hallo assalamualaikum Elsa, ada apa?”
………………………………………..
“Apa, iya iya kaka segera ke sana?” Naz langsung menutup teleponnya bangkit dari duduknya dan hendak pergi.
“Naz, ada apa? Kamu mau kemana?” Arfin bertanya kepada Naz yang terlihat panik.
“Aku harus pergi Kak,,,” Naz hendak melangkah pergi namun Arfin menarik tangannya.
“Tunggu, kamu gak bisa pergi sendiri, aku akan temani kamu” Arfin mencegat.
“Tapi Kak, aku harus cepat- cepat”.
“Oke, kita pergi sekarang, kita bukan cuman kamu” Arfin tetap kekeh, lalu mengangkat tangannya memanggil pelayan untuk membawa bill nya dan Arfin pun menyerahkan sejumlah uang, kemudian bergegas pergi bersama Naz keluar kafe menuju parkiran. Sesampainya di tempat parkiran mobil mereka langsung masuk ke dalam dan Naz memberitahukan alamat tujuannya yang kebetulan tidak terlalu jauh dari kafe, Arfin pun dengan segera melajukan mobilnya.
Setelah beberapa saat mereka sampai di tempat tujuan, lalu Naz segera keluar dari mobil langsung berlari tanpa memperdulikan Arfin. Tak lama kemudian Naz datang bersama seorang anak perempuan dan menggendong seorang anak kembali masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang. “Kak tolong antarkan kami ke rumah sakit terdekat” Ucap Naz.
Tanpa bertanya Arfin pun segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat, dan sampailah mereka di sana, Naz menggendong anak itu dan membawanya ke ruang IDG. “Suster,, tolong suster”. Naz membaringkan anak itu di bangsal dan segera ditangani oleh perawat dan dokter di sana, sedangkan Naz menunggu di luar.
“Kakak, Ade akan baik- baik saja kan Kak, hiks hiks” Anak perempuan itu menangis dan memeluk Naz.
“Elsa, ade pasti baik- baik saja, kamu yang tenang ya” Naz memeluk anak yang bernama Elsa itu dan menenangkannya.
Arfin baru saja masuk setelah memarkirkan mobilnya langsung menghampiri Naz yang tengah memeluk anak perempuan tadi dan terus mengusap- usap rambutnya layaknya seorang kakak yang sedang menenangkan adiknya. Kemudian dokter menghampiri mereka “ Di mana kah keluarga pasien?”
“Saya kakaknya Dok,, bagaimana keadaan adik saya?” Naz menghampiri dokter.
“Pasien harus dirawat inap” Jawa dokter.
“Adik saya kenapa lagi dok, bukankah sebelumnya bisa rawat jalan?” Naz kembali bertanya.
“Kondisinya sudah melemah, saya belum bisa memastikan sebelum berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis jantung nya, dan saya harus berbicara dengan orang tua anda supaya bisa lebih jelas”, Dokter menjelaskan.
“Lakukan saja yang terbaik dok” Ucap Naz.
“Baiklah, tolong segera urus administrasi nya supaya bisa segera dipindahkan ke ruang rawat inap”, Dokter menyarankan.
“Baik dok” Ucap Naz mengangguki “Elsa, kakak urus administrasi dulu ya, tadi mana surat- surat yang kakak minta siapkan”
“Ini kak ", Elsa menyerahkan pada Naz.
“Kakak tinggal dulu ya, kamu temani ade di dalam” Ucap Naz pada Elsa “Kak Arfin maaf ya, aku udah ngerepotin” Naz baru teringat kalo Arfin ada di sana.
“Gak apa- apa Naz, ayo ku temani “ Arfin menawarkan bantuan dan di iyakan oleh Naz.
Naz dan Arfin tiba di tempat pendaftaran rawat jalan, Naz mengambil antrian dan langsung di panggil lalu memberikan fotokopi kartu keluarga untuk persyaratan pendaftaran, karena pasien baru berusia 5 tahun belum memiliki KTP. Setelah segalanya selesai Naz kembali ke ruang IGD untuk menemui Elsa dan adiknya yang terbaring lemah. Setelah pasien di pasang infus dan selang oksigen di hidungnya, lalu pasien dipindahkan ke ruangan rawat inap. Naz , Elsa beserta Arfin pun sekarang tengah berada di ruang rawat inap VIP menunggui pasien yang terbaring lemah.
“Kak, tadi aku udah sms ibu, dan ibu akan segera kesini” Elsa bicara pada Naz dan diangguki Naz.
Tiba- tiba terdengar suara langkah kaki seseorang yang berlari di luar sana lalu membuka knop pintu “Eris…..” Ucapnya dan langsung masuk dan menghampiri pasien yang sedang terbaring lemah.”Elsa, ada apa dengan Eris? Kenapa kamu membawanya kesini, kenapa tidak ke puskesmas saja?” Wanita yang memakai atasan lengan panjang dan rok panjang tampilan sederhana itu melontarkan pertanyaan pada Elsa.
“Tadi penyakit Eris kambuh, dan aku langsung bawa kesini” Naz yang menjawab.
“Kenapa dibawa kesini sih, kenapa gak ke puskesmas aja, mana ruangan ini ruangan VIP lagi, biayanya pasti mahal Naz” Wanita itu protes pada Naz.
“Bu, yang terpenting sekarang kesehatan Eris, Bu ” Naz kembali menjawab.
“Sebaiknya kamu pulang Naz, Bunda mu bisa marah kalo tahu kamu ada disini” Wanita itu malah mengusir Naz.
“Tapi Bu... "
“Pulang sekarang” Wanita itu menegaskan.
“Baik, aku akan pulang, tapi biarkan aku yang menanggung semua biaya pengobatan Eris, kalo enggak aku akan tetap disini sampai Eris diperbolehkan pulang” Naz memberi syarat.
“Naz, tolong jangan keras kepala, pulang sekarang" .
“Aku gak akan pulang sebelum syarat ku di iya kan, tolong bu kasihan Eris" Naz kekeh dan memohon.
Wanita itu tampak berfikir sejenak “Baiklah, tapi ibu akan anggap ini sebagai hutang”.
“Baiklah, aku pamit pulang Bu” Naz menyalami wanita itu “Elsa, kaka pulang dulu, jagain Eris ya” Naz juga pamit pulang pada Elsa.”Ayo Kak, kita pulang”. Naz dan Arfin pun keluar dari ruangan dan bergegas pulang, tapi Naz mampir dulu ke ruangan administrasi meninggalkan nomornya pada petugas di sana agar menghubunginya terkait biaya perawatan Eris.
Sekarang Naz dan Arfin sudah berada dalam mobil, namun tidak ada percakapan diantara mereka, walaupun sebenarnya dikepala Arfin sudah dipenuhi dengan rentetan pertanyaan.
“Naz, mau kemana kita sekarang, apa langsung pulang ke rumahmu?” Arfin mengawali percakapan.
“Iya Kak” Jawab Naz singkat.
“Ini sudah jam 4 lebih, kita mampir dulu ya kalau ada masjid, aku belum shalat ashar”
“Iya Kak” Naz masih menjawab dengan singkat.
Merekapun sampai di halaman sebuah masjid dan Arfin langsung keluar mobil hendak melaksanakan shalat, tapi Naz menunggunya di mobil karena sedang berhalangan. Setelah beberapa waktu Arfin pun kembali masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanan.
“Naz, kamu kok diam aja, kenapa apa ada masalah?” Arfin mengajaknya bicara.
“Enggak Kak”
“Emmm,,, yang tadi itu…” belum juga selesai sudah dipotong oleh Naz.
“Dia ibuku….” Jawab Naz singkat dan membuat Arfin terkejut.
---------------- TBC ------------
*************************************
Happy Reading..... 😍😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Yayan Mulyani
masih nyimak aku
2021-01-11
0
Cika🎀
beneran ternyta naz bundanya 2😗
2020-11-03
0
RaniRiki
wuih makin banyak kejutan ya...
semangatttt thorrr 😘😘😘
2020-10-21
0