Seminggu berlalu setelah insiden Kiara masuk rumah sakit, beruntung dia hanya dirawat sehari semalam saja. Saat Naz dan Kak Dandy sampai di rumah, diceritakan lah semua tektek bengek kejadiannya kepada sang Bunda karena mereka pulang sore, dan berujung dengan khotbah soal memilih makanan.
Rheanazwa yang biasa dipanggil Naz merupakan siswi kelas 1 di salah satu SMA Swasta yang bertaraf Internasional. Seleksi penerimaan murid barunya pun sangat ketat dengan passing grade yang lumayan tinggi Naz masuk dengan mendapat beasiswa prestasi, jika sampai kelas tiga prestasinya bagus terus, maka beasiswa yang ia dapatkan bisa sampai tamat sekolah.
Saat masih di SMP dulu Naz selalu menjadi juara umum selama tiga tahun berturut- turut. Selain cerdas dan parasnya yang cantik, Naz yang berperawakan tinggi itu juga menguasai ilmu bela diri Taekwondo dan sudah pada tingkatan sabuk hitam. Tak heran banyak cowok di sekolah yang menyukai Naz, namun dia sama sekali tidak tertarik dan hanya fokus saja pada pelajaran.
Rabu ini di sekolah hanya belajar setengah hari, karena akan diadakan rapat para guru, mungkin berkaitan dengan persiapan pelaksanaan Ujian Nasional kelas tiga. Naz masih duduk di bangkunya menunggu ketiga sahabatnya akan datang ke kelasnya. Naz mengambil komik kesayangannya dari dalam tas dan hendak dibaca nya karena sudah seminggu ini terabaikan gara- gara banyak tugas sekolah.
Saat membuka halaman delapan dahi Naz mengkerut “Loh, kok ceritanya jadi begini ? Episode ini kan tentang Pecahkan Teka- Teki Angka, ko jadi membahas kereta api misteri ?”, Naz membuka lembaran sebelumnya jauh berbeda dengan yang sebelumnya ia baca.
“Tapi beneran kok ini komik ku”, Naz membolak- balikan komiknya dan dilihat dari bungkusan sampulnya saja beda dari yang lain.
Karena penasaran, akhirnya Naz membuka bungkus sampulnya untuk memastikannya.
“Hah,, ko ini sudah volume 78 ? Aku kan baru baca volume 44, yang minggu lalu ku beli saja belum ku baca ”, Naz sangat terkejut dan penuh tanya.
“Woi... ngapain ngomong sendiri?“, Ruby yang baru datang mengagetkan Naz sambil membawa minuman dingin yang baru dibukanya.
“Ih, lo ngagetin aja By”, sontak Naz terkejut karena di kelas sudah tidak ada siapa pun.
“Ini loh kayaknya komik gue ketuker sama punya orang”, imbuhnya.
"Byurrr ",Ruby menyemburkan minuman yang baru ia teguk ke meja tempat komik yang sudah dibuka sampulnya dan mengenai tangan Naz
” Uhuk uhuk uhuk”
“Apaan sih lo, jorok banget maen nyembur- nyembur aja, lo pikir gue kesurupan”, Naz mengibas- ibas tangannya yang basah kena semburan.
“Untung enggak kena muka gue, bisa luntur kecantikan surti”.
“Sorry sorry, gue keselek... Bentar gue minum dulu”, Ruby meneguk kembali minumannya perlahan, kemudian ia menghela nafas panjang.
“Naz, orang aneh mana lagi yang bakalan bungkus sampul komik gitu kayak lo? hahahha...”, ternyata itu yang membuatnya tersedak.
“Hufh, ini buktinya ada dan gue baru nyampe volume 44, sedangkan yang ini udah volume 78. Berarti kan ini punya orang lain”, Naz masih kesal sambil mengelap tangannya yang basah dengan sapu tangannya.
“Wow, amazing... jadi penasaran gue pengen tau siapa yang punya itu komik”, Ruby masih menertawakannya.
“Udah yuk ah kita pulang, Andes sama Kiara udah nunggu di parkiran”, lanjutnya.
Naz dan Ruby pun berjalan beriringan menuju parkiran, namun langkahnya terhenti saat ada suara yang memanggil.
“Naz, tunggu !!”, Terdengar suara laki- laki dari arah belakang mereka.
Naz dan Ruby membalikan badannya, terlihat laki- laki itu berjalan hendak menghampiri.
"Yasalam... dia lagi,, mau ngapain sih”, bisik Naz pada Ruby.
“Naz, si Gio tuh suka sama lo, gak peka banget sih lo jadi orang”, balas Ruby berbisik.
“Tapi gue enggak tuh”, ucap Naz dengan entengnya dan masih dalam acara bisik- bisik tetangga.
“Naz, lo mau langsung pulang atau mau kemana dulu gitu?”, tanya Gio basa- basi, padahal dia sebenarnya berharap bisa pulang bareng.
“Gue mau ke Teras Belajar, ngajarin anak- anak jalanan”, Jawab Naz dengan santai.
“Ngapain sih lo bergaul sama anak jalanan, gak selevel kali sama kita”, Gio mulai bicara soal status sosial.
“Suka- suka gue lah, bukan urusan lo. Lagian apa salahnya bergaul dengan anak jalanan, toh mereka juga sama- sama manusia kayak kita. Yang gak boleh itu bergaul sama Syaitonirojiim dan Jin sombong terutama Siluman songong kayak lo", Naz menjawab sewot, kemudian beralih pada Ruby.
“Yuk By, kita pergi... kasihan Andes sama Kiara nungguin lama”, ajak Naz menggandeng tangan Ruby yang sedang menahan tawanya. Keduanya meninggalkan Gio begitu saja tanpa permisi.
Di balik sikap tengilnya, sebenarnya Naz memiliki jiwa sosial yang tinggi, peduli terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Naz tidak suka banyak bicara, lain halnya saat berada di rumah atau sedang bersama ketiga sahabatnya.
Saat di sekolah Naz berpenampilan bak seorang gadis culun, memakai rok di atas pinggang yang panjangnya dibawah lutut. Baju seragam putih longgarnya pun dimasukan ke dalam rok. Tak lupa rambut diikat dengan poni yang menutupi jidatnya dan memakai kacamata besar tapi bukan kacamata minus. Tapi heran masih saja banyak murid laki- laki yang mengejarnya.
“Naz, tunggu…!!”, seru Gio, namun panggilannya tidak digubris sama sekali
“Arghh, miris banget sih gue, susah banget naklukin itu cewek“, Gio kesal mengacak kasar rambutnya.
Naz dan Ruby pun tiba di parkiran dengan Ruby yang masih tertawa, tentunya itu membuat Andes dan Kiara bertanya- tanya.
“Kenapa By, ketawa lo renyah banget kayak kerupuk?”, Tanya Kiara yang keheranan.
“Itu si Gio masih berusaha deketin Naz, eh malah dicuekin mulu sama nih orang”,Jawab Ruby menunjuk ke arah Naz.
“Tadi tu yah, dia malah menghina status sosial anak jalanan, ya langsung lah kena semprot tuan puteri, sampe dikatain Siluman songong tuh si Gio”, lanjutnya sambil tertawa mengingat ekspresi wajah Gio tadi.
“Yaudah yuk ah kita berangkat”, ajak Naz pada ketiga sahabatnya yang sedang menertawakan ulahnya pada Gio. Kemudian Naz, Ruby dan Andes menaiki mobil yang di nahkodai Pak Udin, sedangkan Kiara mengendarai motor sporty kesayangannya seorang diri.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama setengah jam, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, yakni Teras Belajar tempat dimana mereka membantu anak- anak jalanan yang kurang mampu untuk belajar, yang sudah berjalan hampir satu tahun.
Bangunan alakadarnya berukuran 6 x 6 meter dengan dinding kedua samping dan belakang terbuat dari duplex tanpa adanya dinding depan, atapnya menggunakan genteng dari baja ringan.
Disinilah tempat Naz dan para sahabatnya berbagi ilmu setiap hari Jumat dan Sabtu sepulang sekolah, sedangkan hari Minggu dan saat tanggal merah libur sekolah dilaksanakan di pagi hari.
Dari 24 orang murid dibagi menjadi empat kelompok disesuaikan dengan umur. Setiap kelompok dipegang oleh satu orang pengajar disertai satu white board ukuran 1x1 meter untuk memudahkan mengajar. Fasilitas nya memang sederhana ala kadarnya hasil patungan Naz dan sahabatnya, tapi untuk alat tulis dan buku pelajaran sangat lengkap.
Acara mengajar berakhir saat terdengar azan ashar berkumandang, semua murid pun dipersilahkan untuk pulang .
“Sebelum pulang kita sholat ashar dulu yuk di masjid sana”, ajak Naz pada ketiga sahabatnya menunjuk masjid yang tak jauh dari teras belajar.
“Ayok, terus nanti kita cari makan ya tadi cuman sempet makan roti aja buat ganjel”, sahut Ruby lalu bergegas berangkat bersama ketiga sahabatnya.
Saat sampai di depan masjid, ada Ferrari Callifornia yang terparkir di halaman luar.
“Wihh, ada mobil unyu... punya siapa tuh ?”, Andes terkesima melihat mobil yang diidamkannya terpampang nyata di hadapannya.
“Des, jangan norak lo”, Kiara langsung mencekal tangan Andes yang hendak mendekati mobil itu dan mengajaknya masuk ke Masjid.
Karena yang membawa mukena hanya Naz, jadi ketiga gadis itu shalat bergiliran padahal ada mukena umum di sana, dasar emang. Naz kebagian giliran terakhir dan yang lain menunggu di luar.
Saat akan mulai shalat Naz mendengar suara seorang pria sedang membaca lantunan ayat suci Al-Quran dengan fasih. Hingga selesai shalat pun hal itu masih berlangsung. Naz melipat mukena nya dengan perlahan, ada rasa penasaran dihatinya yang membuatnya mengintip dari tirai pembatas antara tempat shalat laki- laki dan perempuan.
Bru saja ngintip, orang itu sudah selesai dan bangun dari duduknya menyimpan Al- Qur’an ke tempatnya dengan berjalan menyeret salah satu kakinya.
“Orang itu... sepertinya aku pernah melihatnya”, gumam Naz dalam hati saat melihat pria yang sedang berjalan membelakanginya itu.
Saat pria itu hendak berbalik, “Woyy, lagi ngintip yaa... hayo ngaku”, Kiara yang datang tiba- tiba sontak mengagetkan Naz, dan dia langsung merapatkan tirainya kembali.
“Eng enggak ko siapa yang ngintip, jangan ngaco deh lo", Naz menyangkal karena malu ketahuan ngintip nanti matanya bisa bintitan.
“Ngintipin apa sih,,,?”, tanya Kiara hendak menggeser kan tirai pembatas.
Naz langsung memegang tangan Kiara,
"Ayo kita pulang nanti kalo keburu magrib bunda ratu bisa murka”, Naz beralasan, lalu keduanya berjalan keluar masjid untuk segera pulang.
“Udah selesai shalat nya? Lama bener sih. Cacing diperut udah pada demo nih”, Ruby nyerocos dengan memegang perutnya yang sudah keroncongan.
“Hahaha, ayok...”, Naz tertawa melihat raut muka Ruby yang memelas akibat kelaparan tapi masih bisa berkata ketus.
“Tuh, Pak Udin udah di depan jemput kita”, sambungnya.
Mereka pun masuk kedalam mobil dan meminta Pak Udin mengantarkan mereka ke kafe tempat tongkrongan mereka.
Sesampainya di dalam Kafe mereka memesan makanan berbeda-beda. Naz memesan kwetiau goreng seafood, Andes memesan spaghetti, Ruby dan Kiara memesan Nasi ayam bakar. Apa pun makanannya minumannya jus alpukat. Tak lupa Naz juga memesan nasi ayam komplit dibungkus untuk Pak Udin.
Setelah beberapa saat pesanan mereka pun tiba dan langsung disantap tanpa aba- aba, efek kelewat lafar.
“Gue keluar sebentar ya ngasih makanan ini ke Pak Udin”, Naz bergegas keluar kafe pergi ke parkiran untuk menyerahkan jatah makanan Pak Udin.
Dari kejauhan Naz melihat Pak Udin sedang bersama seorang pria, sepertinya di samping mobil orang lain dan nampak sedang ngobrol. Terlihat pria itu tertawa renyah seperti sedang bercanda gurau dengan Pak Udin.
Mereka bersalaman lalu pria itu masuk ke dalam mobil, sedangkan Pak Udin berjalan ke arah Naz yang sudah berdiri tepat dibelakang mobilnya.
“Loh, Non... sudah selesai makan nya ? teman- temannya mana?”, Tanya Pak Udin.
“Ini buat Pak Udin, masa kita makan Bapak enggak", Naz menyerahkan jatah makan Pak Udin.
“Alhamdulillah, terimakasih banyak Non. Padahal gak usah repot-repot”, Pak Udin menerima dengan senang hati.
“Gak repot kok Pak Udin, kan yang masaknya koki Kafe nya...hehehehe… Oh iya, tadi Pak Udin ngobrol sama siapa? Kok kayaknya akrab banget?", tanya Naz penasaran.
“Oh itu Non, mantan majikan saya. Dulu waktu saya berhenti kerja beliau masih SMP,, ehh sekarang sudah dewasa, pangling “Pak Udin menjelaskan.
“Oh,,ya sudah , kalau begitu aku mau masuk lagi ya…” Naz pamit.
“Iya Non..”
Naz masuk kembali ke dalam kafe dan duduk kembali ikut makan bersama hingga makanannya habis. Lalu mereka segera pulang ke rumah masing- masing. Kiara pulang bersama Ruby karena tempat tinggalnya searah, sedangkan Andes memesan taxi online karena rumahnya dan rumah Naz berlawanan arah.
Sepanjang perjalanan Naz hanya duduk terdiam, nampak memikirkan sesuatu.
"Kenapa aku jadi memikirkannya?”, gumamnya dalam hati.
Ting
+628744467xxxx
"Hai ,,,Naz..👋
ini Gio... 😉
-------TBC-------
*************************************************
Happy Reading....
Siapakah yang sedang dipikirkan Naz ?
Apakah siluman songong kah ?
Temukan jawabannya di episode mendatang.
Terimakasih telah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya Like, Coment, Rate, dan Vote,,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Bzaa
salut.... anak2 orang kaya tpi masih mao bantuin yg susah..
2022-06-24
0
Dwi Rustiani
siapa ya cowok itu....
2021-05-29
0
3C
aq juga kalo kmna2 selalu bawa mukena. ga mau pake mukena umum. kapok pernah pake yg baunya bikin mual. aq suka ceritanya. selain tokoh2nya rajin sholat juga baik2 hatinya dgn mengajar anak jalanan dn berbagi makanan ke supirnya
2021-02-19
0