Pagi yang sejuk diiringi irama kicauan burung- burung peliharaan Ayah yang saling bersahutan menghiasi indahnya Senin pagi, hari dimana mengawali segala aktifitas formal baik pegawai dan ataupun pelajar. Namun sesungguhnya ini merupakan hari yang ingin dihindari karena datang setelah hari libur, memang ya kalo sudah libur suka terlena ingin selalu bersantai ria.
Sama halnya yang dirasakan oleh Naz, dia sepertinya tidak bersemangat pergi ke sekolah, karena setelah insiden itu pasti beritanya menyebar dengan cepat bagaikan virus yang mewabah satu sekolahan.
Ting Ting
Terdengar suara dari ponsel yang ada di saku baju Naz
Tukang Cilok
“Ingat, tersenyumlah 😉, fighting💪”
Naz hanya tersenyum membaca pesan penyemangat dari Arfin itu. Setelah selesai sarapan, Naz langsung berangkat ke sekolah yang menempuh jarak 30 menit. Sesampainya di sekolah Naz sudah disambut ketiga sahabatnya di pintu gerbang sekolah. Mereka pun memaksa mengantarkan Naz sampai ke dalam kelasnya.
Sepanjang jalan Naz melihat orang- orang seperti sedang membicarakannya, menatap nya dengan tatapan sinis, bahkan seperti tatapan mengejek. Naz hanya melempar senyuman kepada mereka dan menguatkan dirinya dengan berjalan tegak dan seolah tidak terjadi apa- apa.Berbeda dengan para pengawal yang memelototi seakan menantang mereka.
Kring Kring Kring
Terdengar suara bunyi bel yang menandakan semua murid harus berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara dengan kelengkapan atribut yang wajib dipakai, tentunya selain pakaian seragam harus memakai dasi dan topi seragam pula, jangan warna warni ya. Semua murid berbaris sesuai kelas masing- masing, di bagian depan murid perempuan dan di lanjut bagian belakang murid laki- laki. Setiap kelas memiliki pemimpin barisan yang merupakan ketua kelas mereka masing- masing, yang berdiri di depan sisi kanan yang menjadi pembatas antar kelas.
Sang pengatur acara pun memulai tahapan- tahapan pelaksanaan upacara, mulai dari pembukaan, pengaturan barisan, pemimpin memasuki lapangan upacara, laporan pemimpin barisan pada pemimpin upacara, pembina upacara memasuki lapangan upacara, pengibaran bendera merah putih yang diiringi lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, pembacaan teks UUD 1945, pembacaan teks Pancasila, dan tibalah saatnya Amanat pembina upacara, istirahat di tempat grak.
Pak Haris selaku Kepala Sekolah yang menjadi pembina upacara pun mulai membuka pembicaraannya pada mikrofon yang sudah disediakan, dengan diawali salam dan berlanjut pengumuman pemberitahuan seputar pelaksanan Ujian kelas tiga dan persiapan ujian kenaikan kelas utuk kelas 1 dan 2 dan sebagainya. Beliau pun memberi petuah umumnya agar semua murid lebih giat belajar meningkatkan kedisiplinan serta menjaga kesehatan dan sebagainya we lah pokona mah.
“Demikian pengumuman yang saya sampai kan, tapi hari ini ada yang sedikit berbeda, ada seorang siswi yang menyampaikan suatu hal, saya persilahkan untuk maju ke depan” Ucap Pak Haris mempersilahkan.
Kemudian munculah seorang siswi dari salah satu barisan kelas 2 maju ke depan menghampiri Pak Haris selaku pembina upacara.
“Silahkan bisa dimulai” Pak Haris mempersilahkan siswi itu berbicara dengan menggunakan mikrofon.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” siswi itu mengawali dengan ucapan salam dan dijawab serentak oleh semua orang.
“Nama saya Sherlyana dari kelas 2 IPS1 ingin menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada siswi kelas 1A yang bernama Rheanazwa, karena pada hari sabtu lalu saya sudah melakukan tindakan yang tidak selayaknya dilakukan seorang murid sekolah kepadanya” Ucap Sherly dengan tertunduk malu.
Murid- murid mulai terdengar ricuh saling berbisik- bisik tetangga, tapi ko sampai kedengaran seperti di pasar.
“Tolong semua murid saya minta untuk diam, kalian mendengarkan saja apa Sherly sampaikan, tidak perlu banyak komentar” Pak Haris memberi peringatan kepada seluruh peserta upacara.”Dan tadi yang disebutkan namanya, Rheanazwa tolong maju ke depan” Pak Haris memanggil Naz. Dan Naz pun muncul dari arah barisan kelas 1A, berjalan dan berdiri di samping Sherly.
“Dan satu hal lagi, saat itu saya mengatakan bahwa Rheanazwa adalah anak pungut, itu semua tidak benar, itu hanya karangan saya saja karena saya kesal pada nya, saya benar- benar minta maaf” Serly semakin tertunduk dan seperti hendak menangis, kemudian menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Naz tandanya berbaikan. “Maaf” Ucapnya dan diangguki oleh Naz.
“Wuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu” Para murid berteriak menyoraki.
“Diam…..” Pak Haris langsung mengambil mikrofon dari Sherly “ Kalian semua sudah dengar bukan, bahwa siswi yang bernama Sherly ini sudah menyesali perbuatannya dan sudah meminta maaf secara terbuka, tolong untuk kalian tidak menghujatnya ataupun menghujat Rheanazwa, karena saya tidak akan segan- segan memberi sanksi pada penghujat nya, semua masalah ini saya anggap selesai. Dan harus kalian ingat, ini sebagai contoh untuk kalian semua agar tidak bertindak sesuka hati atau menyakiti ataupun menindas murid lainnya, tidak boleh ada penindasan atas dasar senioritas atau sebagainya, karena ini adalah sekolah tempat kalian menimba ilmu dan mendisiplinkan akhlak serta moral kalian. Kedepannya saya tidak mau ada kejadian seperti ini lagi, dan ini yang terakhir kalinya, paham kalian semua?” Pak Haris memberi ketegasan kepada semua muridnya.
“Iyaa Pak “ Jawab semua murid serentak.
Pak Haris pun mempersilahkan Sherly dan Naz kembali ke barisan kelasnya, dan mengakhiri sesi Amanat pembina upacara. Semua tahapan demi tahapan pun telah selesai dilaksanakan dan diakhiri dengan membubarkan seluruh barisan peserta upacara. Semua murid pun kembali ke kelas masing- masing untuk melaksanakan prosesi pembelajaran sebagaimana mestinya.
Tak terasa bel yang menunjukan jam istirahat pun telah berbunyi, para guru keluar dari kelas tempat mengajarnya diikuti para muridnya. Naz yang sejak upacara sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Kiara, langsung bergegas pergi ke kantin untuk jajan karena telah menerima pesan bahwa ketiga sahabatnya sudah berada di sana.
“Kiaraa….” Naz berlari menghampiri Kiara dan memeluknya dengan erat lalu mencium kedua pipi Kiara.
“Ih,, apaan sih Naz,, geleuh tau ihh, disangkanya gue donat makan donat" Kiara merasa rishi dengan kelakuan Naz.
“Gue, gak tau musti bilang apalagi sama lo” Naz bicara dengan nada manja.
“Udah- udah, sini duduk hei klian berdua, gak malu apa jadi bahan tontonan warga +62 noh” Ruby nyerocos.
Naz pun menjadi celingukan karena malu ternyata perbuatannya diperhatikan murid- murid yang sedang ada di kantin. Naz dan Kiara pun duduk.
“Ra, lo apain Sherly, ko dia bisa sampe ngomong gitu? gue gemetaran banget tau pas disuruh ke depan saat upacara tadi " Naz mulai bertanya.
“Gak ngapa- ngapain, ya cuman sekedar berkelahi sama dia ajja waktu di kelas Naz” Jawab Kiara.
“Masa sih, ko bisa jadi gitu, lo yakin gak ngapa- ngapain dia gitu pas lagi dihukum bersihin toilet?” Ruby ikut bertanya.
“Mana ada gue berani macem- macem, lo pikir gue orang mesum apa macem- macemin orang di toilet,,orang guru BK ngawasin kita terus” Kiara ngegas merasa terfitnah.
“Tapi gue tetep makasih banget sama lo, dan gue bener- bener gak nyangka dia minta maaf sama gue secara terang- terangan gitu. Tapi yang gue heran kenapa dia bilang dia bohong soal…..” Belum selesai Naz bicara.
“Udah Naz, gak usah disebutin lagi, yang penting sekarang anak- anak gak pada gibahin lo lagi ok " Ruby langsung memotong.
“Oh iya, gue baru inget, waktu gue sama Sherly di ruang BK, ada Pak Kepsek ke sana, terus dia bilang kalo keponakannya boleh dihukum sesuai peraturan sekolah” Kiara menjelaskan yang ia ingat.
“What,,,? jadi lo keponakan Pak Kepsek? Gila lo Ra, nyembunyiin rahasia sebesar ini dari kita” Ruby langsung nyamber.
“Ehh,, dasar oneng,, lo kenal gue dari zaman kapan, bukan gue lah, jadi yang keponakannya Pak Kepsek tuh si Sherly, begonoh oneng” Kiara bicara sambil menyatakan kepala Ruby.
“Keren Kepsek kita ya, ngasih hukuman gak pandang bulu” Andes malah memuji Kepsek, gak nyambung.
Ketika sedang asyik mengobrol sambil makan jajanan, tiba- tiba ada yang menghampiri meja Naz dan kawan- kawan.
“Puas lo sekarang” Ucap Sherly pada Naz dengan tatapan tajam lalu melengos begitu saja, sedangkan Kiara hendak bangun dari duduknya tapi ditahan oleh Naz.
“Dih,, bukanya tadi dia udah minta maaf ya”’ Andes protes.
“Geger otak kali tuh anak” Kiara ngatain Sherly.
“Beuh, pencitraan ternyata tadi tuh, gak ikhlas banget minta maafnya, padahal dah kelihatan kaya mau nangis gitu, dasar mak lampir” Ruby ikut ngatain.
“Belum ngerasain bogeman gue dia tuh” Kiara mengangkat kepalan tangannya.
“Udah Ra, jangan bikin masalah lagi, kan kata Pak Kepsek jg masalah ini udah selesai”. Ucap Naz mengingatkan Kiara, padahal sebenarnya Naz pun masih penasaran.
Tak terasa jam istirahat telah selesai, semua murid masuk kembali ke kelas masing- masing untuk kembali belajar hingga waktunya pulang sekolah. Kemudian jam pelajaran pun berakhir, semua kelas dibubarkan, seperti biasa Naz dan ketiga sahabatnya pergi ke masjid sekolah untuk melaksanakan shalat dzuhur, lalu pulang ke rumah masing-masing.
Pak Udin sudah menunggu di luar pintu gerbang,dan Naz pun masuk ke dalam mobil.
“Pak, kita ke panti ya” Ucap Naz saat tengah duduk di kursi penumpang.
“Siap Non” Jawab Pak Udin
“Tapi nanti mampir dulu ke toko kue ya Pak, tinggal ambil kok udah pesan”
“Oke”
Pak Udin pun melajukan mobilnya dan mampir ke toko kue, dan membawa 5 box kue lalu disimpan di bagasi, dan melanjutkan perjalanan menuju panti. Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam akhirnya Naz sampai di panti.
“Budee….assalamualaikum….i miss you” Naz yang baru keluar mobil melihat Bude Hafsah ada di halaman depan panti langsung berlari menghampiri dan menyalami beliau.
“Wa'alaikumsalam Naz” jawab Bude tersenyum “Kirain sudah lupa sama bude” lanjutnya menggoda Naz.
“Enggak lah mana ada lupa sama bude tersayang ini”
“Hmmm,,, gombal kamu,, ayo masuk”
“Oh, iya Bude, ini ada sedikit makanan buat adik-adik” Naz menyerahkan tentengan yang dibawakan Pak Udin dari mobil.
“Wahh, gak usah repot-repot Naz, bawa aja sebanyak mungkin..hahaha ” Naz dan Bude Hafsah tertawa “Terimakasih sayang, anak-anak pasti senang, semoga rezeki mu makin melimpah berkah”.
“Amiin…”
Naz pun masuk bersama Bude diikuti Pak Udin membawakan box kue ke dalam, lalu Pak Udin kembali keluar. Terdengar di luar ada beberapa anak laki- laki yang baru sampai.
“Assalamua’alaikum”
“Wa’alaikum salam” Naz dan Bude menjawab.
“Kalian dari mana saja, pamit ke Masjid ko baru pulang jam segini?” Bude bertanya kepada ke-enam anak itu.
“Maaf Bude, tadi kami main bola di dekat danau, hehe” Jawab salah seorang dari mereka.
“Yasudah, ayo salim ke kak Naz, dan itu ada kue di ruang makan untuk kalian dari Kak Naz” Ucap Bude.
Keenam anak itu pun bergantian menyalami Naz dan berterimakasih karena sudah dibawakan kue, mereka pun bergegas ke ruang makan.
Naz duduk di kursi tamu bersama Bude disebelahnya dan mengeluarkan boneka be smile kesayangannya dari dalam tas ranselnya.
“Apa kau masih belum bertemu dengannya, Naz” Tanya Bude.
“Belum Bude” Jawab Naz dengan menggelengkan kepala.
“Mungkin belum saatnya Naz, memeng kalau seandainya bertemu kamu mau apa?" Bude kembali bertanya.
“Aku ingin berterimakasih padanya karena selama beberapa tahun belakangan dia selalu menjadi sahabat baikku, membuatku mampu menghadapi masalah yang menimpa ku, membuatku ikhlas menerima kenyataan pahit dalam hidupku, membuatku lebih strong dan,,,,entahlah” Jawab Naz panjang lebar.
“Hmmm,,,Bude selalu mendengar kau memuji- mujinya terus, apa kau menaruh perasaan padanya Naz?” Bude mulai curiga.
“Perasaan apa maksudnya?” Tanya Naz polos.
“Rasa suka mungkin, sayang,,,atau Cinta” Bude menebak.
“Apaan sih Bude, aku hanya kagum saja padanya, mungkin kalau dibilang sayang,, bisa juga sih,,, layaknya aku sayang sama Ayah, sama Bunda, sama Kakak- Kakakku, sama Bude juga,,,,,heheheh” Naz menjawab dengan polosnya sambil memainkan be smile nya.
“Kak Naz punya mainan kayak gitu juga” Tanya Ihsan sambil memegang potongan kue yang sebagian sudah dimakannya.
“Maksudnya ini?” Naz menunjukkan boneka be smile nya.
“Iya itu, yang kalau tali di belakangnya ditarik akan keluar suara tersenyumlah tersenyumlah” Jawab ihsan menunjuk boneka Naz.
“Dari mana kamu tahu? “ Naz terkejut mendengarnya.
“Ya tahu lah Kak, aku sudah beberapa kali melihat om- om duduk di bangku tepi danau dan memainkan mainan seperti kakak itu, lagi viral ya kak?"
“Apa,,,, kapan kamu melihatnya?” Naz yang kembali terkejut bertanya lagi.
“Sudah beberapa hari ini saat kami pulang dari Masjid habis shalat dzuhur suka main ke dekat danau,, bahkan tadi juga om itu ada” Ihsan menjelaskan.
Naz langsung bangkit dari duduknya dan langsung pergi keluar dengan berlari menuju danau yang jaraknya hanya 300 meter dari samping panti asuhan. Naz berlari sekencang mungkin dengan memegang boneka be smile nya.
“Kak,,,,,, kakak….” Naz berteriak dan melihat di sekeliling taman tepi danau.
“Kak,,, dimana kamu kak,,,?” Naz telah sampai di bangku tempat ia menunggu orang itu dan ternyata tidak menemukan siapapun.
“Kenapa begitu sulit bertemu dengan mu Kak…” Naz duduk di bangku itu sambil memandangi be smile, dan tak terasa air mata pun jatuh begitu saja, "hiks hiks hiks".
“Hiks,, hiks,,,” Naz masih menangis menunduk, namun tak lama tangisannya terhenti karena melihat sesuatu dibawah tepat di samping kakinya.
Naz berjongkok dan mengambil benda itu “Sapu tangan siapa ini?” Naz membuka lipatannya dan ternyata di salah satu pojok terdapat bordiran huruf A, Naz langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya tidak percaya kalo ini benar- benar nyata, dia benar- benar ada, dan dia pun sama dengan dirinya ingin bertemu.
“Kak Anas…….kau nyata, kau datang, kau menepati janjimu” Lirihnya tersenyum dengan memegang sapu tangan ditempelkan di dadanya karena merasa bahagia.
---------- TBC ---------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
siapa si Anas itu...apa Anas dan arfin orang yg sama
2021-04-09
0
Zahra
kok Anas sich
plg it arfin lho
2021-01-04
0
Daffodil Koltim
arfin n anas apakh org yg sama?,,,
2020-12-03
0