Kini tiba saatnya untuk pulang sekolah, semua murid keluar dari kelas masing- masing. Ruby langsung menuju kelas Naz untuk mengajaknya pulang bareng ke rumah Naz, karena ingin minta bantuan mengerjakan tugasnya.
Sebenarnya Naz sedang malas bertemu ketiga sahabatnya, setelah kejadian memalukan di kantin saat jam istirahat tadi. Tpi tidak ada pilihan karena Pak Udin mengirim pesan tidak bisa menjemput dan sedang diberi tugas oleh sang majikan.
Ruby dan Naz menggunakan taksi online untuk pulang ke rumah Naz. Di tengah perjalanan Ruby meminta sang driver untuk berhenti sebentar depan sebuah toko kue.
“Pak, tunggu sebentar ya, kita mau ambil pesanan dulu.” Ruby dan Naz turun dari taksi tersebut.
“Lo mau beli apa sih?” Tanya Naz.
“Rainbow cake disini enak banget, tadi pagi gue udah pesan jadi tinggal ambil.” Ruby kemudian memasuki toko kue tersebut dan segera mengambil pesanannya.
“Cepet banget ....” Naz merasa heran, baru saja Ruby masuk sudah keluar lagi membawa kue dalam box yang ada tali pegangannya.
“Kan tinggal ambil doang, bayarnya udah ditransfer ... Ayok nanti kita makan bareng- bareng sama Bunda,” ajaknya untuk segera pulang.
Baru saja keduanya berjalan tiga langkah keluar dari pintu toko, ada seseorang yang berlari terburu- buru hingga menubruk Ruby.
Brukkk ....
Keduanya pun oleng dan rainbow cake nya juga ikut terjatuh sampai keluar dari boxnya.
“Copet copet copet !!” teriak seorang wanita dengan nafas ngos- ngosan sambil berlari.
Orang yang jatuh akibat bertubrukan dengan Ruby tadi langsung berdiri dan lari, tentu saja Naz ikut mengejar orang yang disebut copet itu. Entah kenapa Naz reflek membawa rainbow cake yang sudah jatuh ke tanah keluar dari boxnya. Mungkin dikiranya itu batu kali ya.
“Tolong .. ada copet ... woy tunggu lo !!” seru Naz sambil berlari dan terus berteriak.
Orang- orang yang mendengar teriakan Naz langsung ikut mengejar copet itu. Naz yang nampak sudah lelah, berhenti dan tidak ikut bersama orang- orang yang mengejar si copet itu.
“Argh, brengs**k ...." maki Naz lalu membanting kan kue ditangannya ke sembarang arah, karena menurutnya tempat itu sepi tidak ada orang.
“Woy... !! siapa yang melempar kue sembarangan?!” Tiba- tiba seorang pria muncul dengan wajah yang sudah penuh mentega sampai ke dada nya.
“Yassalam..." Naz terkejut menutup mulut dengan kedua telapak tangannya melihat orang yang sudah ia lempar dengan kue secara tidak sengaja itu. Ia balik kanan dan kabur lari begitu saja tidak menghiraukan pria itu.
“Woy... jangan kabur kamu anak kurang aja !!” Pria itu berteriak karena kesal pada gadis yang memakai batik seragam sekolah yang telah melempar kue tart ke wajahnya dan malah kabur.
Naz terus berlari lebih kencang dari copet tadi karena takut dikejar pria yang marah itu.
“By, ayo kita pulang ...." Naz sudah sampai di depan toko kue dan mengajak Ruby untuk segera pulang dengan nafas ngos- ngosan.
“Enggak mau, aku mau nungguin kue dulu, tadi udah pesan lagi." Ruby kekeuh menginginkan kue itu.
“Tapi itu taksi online nya gimana?” tanya Naz.
“Biarin, nanti order lagi gampang,” jawabnya santai sambil meneguk minuman dingin yang ia beli dari warung sebelah toko kue.
”Oh iya, gimana copetnya?” Ruby baru teringat sama si copet perusak kuenya.
“Udah dikejar sama warga, minta minum dong haus gue ....” Naz merebut minuman ditangan Ruby.
Mereka menunggu di dalam toko karena pesannya akan selesai dalam 20 menit. Naz mengeluarkan komik yang entah siapa pemiliknya dari dalam ranselnya, yang penting bisa dibacanya daripada gabut nungguin pesanan lama.
Akhirnya rainbow cake pesanannya sudah selesai, mereka pun menaiki taksi online yang sudah di order lagi dan langsung pulang ke rumah Naz.
Tak lama mereka pun sampai dan langsung turun dari taksi di depan pintu gerbang. Naz dan Ruby berjalan untuk masuk ke rumah. Dari luar mereka mendengar suara beberapa orang yang sedang tertawa.
“Assalamu’alaikum ....” ucap Naz membuka pintu yang tidak dikunci, lalu masuk sambil memegang komik yang tadi dibaca nya.
“Wa'alaikumsalam ...." jawab ketiga orang pria yang sedang duduk di ruang tamu.
Naz dan Ruby menghampiri Dandy yang sedang duduk bersebelahan dengan Hardi dan ada seorang lagi yang duduk tapi hanya terlihat bagian belakangnya saja.
“Kok, baru pulang, Dek?” tanya Dandy heran.
"Iya Kak, tadi nganter Ruby beli kue dulu,” jawab Naz mengatakan alasan keterlambatannya.
“Kenalin Ar, ini adik bontot yang pernah gue ceritain." Dandy memperkenalkan Naz pada sahabatnya. Karena dulu Naz sering di rumah Raline, jadi saat sahabatnya main ke rumah tidak pernah bertemu Naz.
Pria itu pun bangkit dari duduknya, ia membalikan badannya hendak memperkenalkan diri. Ia mengarahkan pandangannya pada Naz, yang membuat keduanya saling bertatapan.
“Kamu !!" Pria itu nampak terkejut melihat gadis berseragam batik dan rok abu- abu yang ada di hadapannya itu.
“Alamaak... kenapa dia ada disini ?" gumam Naz dalam hati sambil celingukan.
“Kamu ... kamu kan yang tadi melempar muka saya pakai kue tart !" Pria itu langsung to the point.
“Ma ... maaf Kak, aku tadi gak sengaja,” ucap Naz terbata- bata dengan wajah memerah karena malu dan merasa bersalah.
Ia tak menyangka jika korban bantingan kue sembarangan yang tadi dihindari, kini ada di hadapannya. Daun kelor memang seluas dunia.
“Jadi yang nimpuk lo pake kue tart itu ternyata adek gue ini, Ar ?” tanya Dandy memastikan.
“Ya,” jawabnya singkat, sontak membuat Dandy dan Hardi kembali tertawa.
“Arfin, lo beruntung banget ditimpukin sama gadis cantik, hahahah.” Hardi malah mengejek sahabatnya.
Ya, pria itu bernama Arfin sahabat Dandy yang semenjak lulus SMA melanjutkan pendidikannya di Amerika dan baru pulang belum lama ini.
“Dan bukan hanya itu, dia juga yang numpahin minuman cola ke jaket gue waktu di Bandara minggu lalu,” ucap Arfin yang tak berhenti menatap si gadis tersangka yang hanya diam tertunduk malu, dan terlihat meremas buku kecil dengan sampul coklat dibalut plastik dengan kedua tangannya seperti maling yang baru tertangkap basah.
“Yassalam... rasanya hamba ingin sekali bersembunyi di lubang tikus yang ada di samping gudang, supaya tidak ada yang bisa menemukanku untuk saat ini,” gumam Naz dengan suara pelan sambil menundukkan kepalanya.
“Apa? sekarang kamu malah ngatain saya tikus?" Ternyata dari gumaman Naz yang terdengar oleh Arfin hanya bagian tikusnya saja.
Naz mengangkat kepalanya dan menatap Arfin, “ Eng ... enggak, aku gak ngatain Kakak tikus kok.” ucapnya gelagapan, keduanya pun saling memandang dan terpaku.
“Wah, aku jadi penasaran nih, akan ada kejadian apa lagi yang ketiga kalinya. Kan insidennya baru dua kali nih, biasanya suka sampai tiga kali loh ...." Ruby menggoda Naz sedikit menyikutnya, dan itu mampu menghentikan acara tatap menatap Naz dan Arfin.
“Cieee, tatap mata ojan... hahahha.” Ruby malah ketagihan menggoda Naz dan Arfin. Dan itu membuat keduanya menjadi salah tingkah.
“Hai Kak Arfin, aku Ruby sahabatnya Naz.” Ruby memperkenalkan diri dengan berdadah ria dengan menampilkan senyuman merekah.
“Udah yuk sini gabung !" ajak Dandy pada Naz dan Ruby.
"Kamu bawa apa itu Ruby?" tanyanya melihat box yang ditenteng Ruby.
“Oh ini Kak, tadi aku beli Rainbow cake, kita makan rame- rame aja yuk ....” Ruby ikut bergabung, ia berjalan melewati Naz dan Arfin, lalu duduk di kursi single dan meletakan box berisi kue di atas meja.
“Naz, ayo duduk... kok malah bengong?” Dandy mengajak adiknya yang malah berdiri terbengong.
“Iy iya, Kak." Naz melangkah dengan berat, karena setelah diperhatikan ternyata kursi yang kosong hanya tinggal di samping Arfin.
Ruang tamu di rumah Naz terdapat kursi tamu seperti pada umumnya, ada tiga kursi yang terdiri dari satu kursi single, satu kursi double, serta yang paling panjang kursi triple, dan pastinya ada satu meja kaca di tengahnya ya.
Mbak Iyem datang dengan membawa nampan berisikan tiga gelas orange jus untuk para tamu. Sedangkan Ruby membuka box nya dan memotong kue dengan pisau plastik yang tersedia di dalam box.
“Mbak Iyem, tolong ambilkan piring kecil dan garpu ya untuk makan kue ini. Sekalian buatkan minun untuk Naz dan Ruby ...." Dandy meminta tolong pada Mbak Iyem yang usianya kira- kira 35 tahunan itu.
“Siap bos, laksanakan." Mbak iyem meniru gaya Naz jika sedang diperintah Bundanya, yaitu memberi hormat seperti saat upacara. Ternyata buah jatuh berserakan dimana- mana ya.
“Ya ampun, ternyata seisi rumah ini emang pemain OVJ semua ya Dan ....” Hardi tertawa melihat kelakuan Mbak Iyem tadi.
“Mas Hardi baru tahu ya, kemana ajja ? hellow …." Ruby menyahut setelah selesai memotong kue.
Tak lama, Mbak Iyem datang membawa nampan yang berisi piring- piring kecil beserta garpu dan dua gelas orange jus, yang kemudian diletakan nya di atas meja.
Ruby mengisi semua piring dengan potongan rainbow cake nya dan diberikan ke tiap orang.
“Hmmm ... pinter banget sih Mbak Iyem, bawa piringnya enam buah. Nih buat Mbak.“ Ruby memberikan jatah kue buat Mbak Iyem dan diterimanya dengan senang hati.
"Terimakasih non cantik, sering-sering bawa kue kesini ya ... permisi." Mbak Iyem membawa nampan yang berisi kue dan kembali ke dapur. Dasar maruk.
Semuanya memakan kue di piring masing- masing, kecuali Arfin yang hanya melihat- lihat ke arah kue yang dipegangnya.
“Ar, kok kue lo gak dimakan? Jangan- jangan lo masih trauma sama kue itu ya ....” Dandy menggoda Arfin.
Uhuk uhuk uhuk...
Naz yang sedang makan kue tersedak mendengar ucapan Kakaknya.
“Kalo makan hati- hati." Arfin segera mengambil minum dari atas meja dan diberikan pada Naz “Nih, minum dulu."
Naz langsung menerima dan segera meminumnya “Terimakasih, Kak," ucapnya setelah selesai minum.
“Cie ... mau dong keselek.“ Ruby kembali menggoda Naz yang tidak biasanya terlihat salting.
“Anggap aja kita gak ada disini.” Hardi pun ikut menggoda dan tertawa bersama Ruby dan Dandy.
Sedangkan dua insan yang sedang ditonton, semakin salah tingkah karena terus- terusan digoda sahabatnya.
“Emm... aku permisi ke kamar dulu ya ....“ Naz bangun dari duduknya hendak pergi.
"Ayo By, kan kita mau mengerjakan tugas buat besok,” ajak Naz pada Ruby dan mereka pun naik ke lantai dua ke kamar Naz.
Sesampainya di dalam kamar, Naz menyimpan tas ranselnya di atas meja belajar, lalu mengambil handuk dan pakaian ganti.
“By, gue mandi dulu ya, lo tunggu ajja disini,” ucap ya lalu pergi ke kamar mandi yang berada diluar kamarnya.
Naz hanya butuh waktu 15 menit untuk mandi. Ia pun setelah selesai dengan ritual mandinya, lalu kembali ke kamar dengan pakaian santai.
Ternyata Ruby juga ingin mandi, dia meminjam handuk dan pakaian santai Naz yang sudah dipilihnya dari Lemari pakaian di kamar, lalu bergegas ke kamar mandi.
Naz membuka tas ranselnya dan mengambil buku tugas yang akan dikerjakan bersama Ruby. Tak lama Ruby pun kembali ke kamar.
“Eh, Naz Kak Arfin ganteng ya, pake bingit. Udah punya cewek belom ya dia?” Ruby senyam- senyum memikirkan Arfin lalu duduk di karpet sebelah tempat tidur Naz untuk mengerjakan tugas.
“Apaan sih lo, katanya kesini mau ngerjain tugas bareng sekalian gue ajarin, kok malah ngomongin cowok?” cerocos Naz sambil membuka lembaran buku paketnya, mencari halaman tempat tugasnya berada.
“Cie ... cemburu ya ...." Ruby menggoda Naz
“Siapa? Gue?" tanya Naz menatap Ruby dan menunjuk ke arah dirinya.
“Ya siapa lagi menurut lo, masa iya Mbak Iyem.” Ruby menjawab dengan entengnya.
“Lah, apa urusannya sama gue?” Naz bertanya heran.
“Au ah gelap ngomong beginian sama lo gak akan ngerti." Ruby baru ingat kalo Naz itu gak paham tentang percintaan.
**
Sementara di lantai bawah, ketiga pria yang habis dari mushola melaksanakan shalat ashar kembali lagi ke ruang tamu. Dandy dan Hardi terus menggoda Arfin yang bersikap tidak biasanya pada seorang wanita.
“Ar, lo udah sembuh ternyata?” Hardi melontarkan pertanyaan yang sejak tadi ia pendam.
“Lo pikir gue sakit apa? orang gue baik- baik aja.” Arfin menjawab dengan santainya.
“Heh, lo itu gak biasanya perhatian sama cewek kayak tadi ke Naz tuh ....” Hardi mengutarakan apa yang tadi dilihatnya.
“Iya, gue juga heran ... biasanya lo dingin dan cuek sama cewek." Dandy menambahkan.
“Terus masalahnya apa? Apa hubungannya dengan lo bilang gue sembuh?” Arfin malah balik bertanya.
“Gini ya Ar, lo selama ini dingin dan cuek sama cewek manapun. Lah, barusan gue lihat lo perhatian sama Naz waktu dia keselek tadi, dan tatapan lo ke dia itu, seperti ___” Belum selesai Hardi menjelaskan langsung dipotong oleh Arfin.
“Yaelah Har, masa iya ada orang di samping gue butuh bantuan gue biarin gitu aja. Lagian tadi kan yang duduk paling deket ya gue, kalo lo yang keslek di deket gue juga bakal gue tolongin." Arfin menjelaskan supaya tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran.
Tiba- tiba terdengar suara orang membuka pintu rumah. “Assalamu’alaikum ....”
“Wa’alaikumsalam ....” jawab ketiga orang itu serentak.
“Eh, ternyata sedang ada tamu toh ...." Bunda menghampiri ketiga pria tersebut dan ikut duduk di kursi tamu dan disambut dengan menyalami tangan Bunda.
“Apa kabar Bunda?" Arfin menyalami tangan Bunda bagian sesi terakhir.
“Oh, masih ingat geuning sama Bunda kamu teh ya,Tuan Amerika ....” Bunda bicara dengan nada menyindir.
“Masa iya bisa lupa sama Bunda sang pemberi petuah. Oh iya, ini ada sedikit oleh- oleh buat Bunda.” Arfin memberikan godie
bag yang dibawanya yang tadi diletakan di samping kursi duduknya.
“Wah, terimakasih ... berarti iya kamu masih ingat sama Bunda kalo begitu mah.” Bunda yang tadinya siap ceramah, langsung mesem- mesem dengan wajah berbinar karena dapat oleh- oleh Amrik.
“Iya tuh Ar, Bunda nanyain lo terus kemaren, kayaknya lebih sayang sama lo ketimbang gue.” Dandy menyindir sang Bunda.
“Iyalah, sahabat anak- anak Bunda mah udah Bunda anggap anak sendiri." Bunda gak mau kalah.
“Aku pamit dulu ya Bund ....” Arfin yang masih berdiri langsung berpamitan.
“Loh, mau kemana atuh? ini mah Bunda datang kamu pergi ih, seakan bunda teh Bang Emok si penagih hutang.” Bunda merasa dihindari.
“Aku mau balik ke kantor Bund, tadi habis makan siang langsung kesini katanya ada yang rindu.” Arfin malah menggoda Bunda.
“Yasudah kalo begitu mah, terimakasih loh udah mau nengokin Bunda, ngasih oleh-oleh segala lagi. Padahal kan pulang dari Amrik nya udah seminggu yang lalu”, Bunda kalo ngomong suka bener.
“Haha, tenang Bunda itu buat dipakai kok gak akan basi, maaf baru sempat main kesini.” Arfin menyalami kembali Bunda dan berpamitan pada kedua sahabatnya.
“Bro, gue duluan ya, ini kemeja lo dipinjam dulu, nanti gue balikin”, Arfin yang memakai kemeja milik Dandy karena saat datang tadi kemejanya kotor akibat ulah Naz.
--------------- TBC -------------
***************************
Wah,, Naz cemburu,,,??
Mana ada.....
Nantikan episode selanjutnya...
Happy Reading🤩
Jangan lupa tinggalkan jejakmu....😘😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Bzaa
namanya emak2 pasti suka bener harus bener dan wajib bener..
kl gak bener? ya bener-bener 🤣
otor semangat 💪
2022-06-24
0
Rima Soni
keluarga yg menyenangkan....🤗
2020-12-04
0
Bunga Syakila
visaualnya aothor biar seru
2020-11-09
0