Sepasang pria dan wanita tengah duduk di sebuah bangku panjang di depan mushola, sang pria duduk dengan kepala menunduk seperti sedang merajuk, sedangkan sang wanita menghadap kesamping pria tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan. Orang- orang yang berlalu- lalang mungkin beranggapan mereka adalah pasangan yang sedang bertengkar, tapi memang seperti itu sih.
Naz yang sempat antusias ingin menaiki mini coaster menjadi tidak enak hati mendengar kata- kata Arfin tadi, Naz pun menyadari sesuatu, “Mungkinkah Kak Arfin merasa tersinggung saat aku berjalan dengan cepat dan meninggalkannya di belakang, padahal aku cuman takut ketinggalan lift saja malas harus nunggu lama, bukan berniat menjauhinya” gumam Naz dalam hati.
“Kak Arfin “ Lirihnya lalu Naz menggeser kan diri dan duduk berdekatan dengan Arfin,
“ Aku bukan tipikal orang yang suka menilai orang lain hanya dari segi fisiknya saja, ataupun mampu mencela kekurangan orang lain seperti netizen yang bermulut pedas , Kak. Bahkan aku akan marah jika mendengar ada yang menghina kekurangan orang lain dan merendahkannya. Kita sama- sama makhluk yang dimuliakan Allah, diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan, tidak pantas rasanya kita sebagai manusia menghina kekurangan ciptaan-Nya sama saja dengan menghina sang Penciptanya" Naz menarik nafas panjang dan menghembuskan nya.(nga wahan).
"Kakak jangan minder hanya karena memiliki kekurangan, masih banyak di luaran sana yg lebih menderita Kak, maaf bahkan ada yg cacat fisik seperti tuna netra, tuna wicara, tuna rungu, ataupun cacat mental, tapi dibalik kekurangannya itu pasti terselip kelebihan dimilikinya, tidak ada manusia yang sempurna Kak, karena kesempurnaan hanya milik Alloh”. Naz berbicara panjang kali lebar.
Arfin yang tertunduk mulai mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Naz saat mendengar kata- katanya yang mampu menenangkannya dan membuatnya semakin mengagumi gadis yang duduk di samping nya. “Kamu belajar dari mana kata- kata seperti itu Naz?” Arfin bertanya sambil tersenyum.
“Dari acara Mamah Dedeh yang selalu di tonton sama Bunda setiap abis subuh, yang kayak gini loh jargon nya Curhat dong Mah “, Naz menjawab dengan mempraktekan gerakan kedua tangan di tempelkan di dada lalu kedua telapak tangannya di buka disodorkan ke depan. Pecinta acara ikan terbang ternyata.
Arfin dan Naz tertawa geli dengan apa yang dilakukan Naz . Cekrek ,,,Naz mengambil gambar pria yang sedang tersenyum itu, lalu ponselnya mati “Jiah,, ponselku langsung mati dipakai memotret kaka ih,,,” emoji sebal.
“Kurang ajar kamu ya, itu akibatnya maen ambil gambar orang tanpa izin, kualat kan ponselnya” Arfin terus menertawakan kekonyolan Naz.
“Nah gitu dong, kalo senyum kan semakin terpancar aura ketampanannya” Eaaa gombal.
“Apa…?” Arfin memastikan perkataan Naz barusan.
“Gak ada siaran ulang” Naz memutar jengah bola matanya melihat Arfin yang kege-er an.”Udah yu kita main ke sana, jangan sedih- sedihan,, cape aku tuh kalau sedih nanti cepet lapar” Naz menarik lengan Arfin untuk bangun dari duduknya.
“Iya iya bawel” Arfin pun berdiri, dan mereka berjalan berdampingan dengan Naz yang terus memegang lengan Arfin sambil bergelayut manja layaknya sepasang kekasih menuju tempat pembelian kartu untuk games. Sedangkan yang dipegang lengannya malah memperlihatkan muka tegangnya dan terus- terusan menghela nafas panjang, sepertinya sedang mencoba menetralkan debaran jantung yang menggelora badai. Sabar Arfin ini adalah ujian.
Naz memang polos, dikira itu sama dengan menggandeng kakak atau ayahnya kali ya.
“Naz mau beli yang isi berapa ?” Tanya Arfin yang sudah di depan loket dan Naz pun melepaskan lengan Arfin.
“Terserah Kaka, aku ngikut saja sama donatur” Naz menjawab sambil nyengir kuda.
Setelah selesai pembelian kartu untuk akses bermain, Naz langsung mengajak Arfin naik mini coaster yang dari tadi ia idamkan, dan mereka pun menaiki benda yang menyerupai kereta tanpa atap itu. Saat semua seat sudah terisi penuh, mini coaster pun mulai melaju diawali dengan tanjakan tinggi, kemudian turun dengan kecepatan uwow dan melaju cepat mengelilingi lintasannya sebanyak dua putaran yang membuat para penumpang berteriak- teriak karena rasanya jantung seperti mau copot gitu loh naik begituan. Sebenarnya itu Roller coaster karena lebih kecil dan lintasan lebih pendek othor bilang ajja Mini Coaster, dilarang protes.
Pemainan selesai dan semua penumpang turun kembali tak terkecuali Naz dan Arfin.
“Seru ya kak, apalagi kalau naik roller coaster yang lintasannya uwow bikin sport jantung”
“Lumayan” Jawab Arfin singkat.
" Ini lebih baik Naz, dibanding tadi kau terus memeluk lenganku sambil bergelayut manja, jantungku seperti mau keluar” gumam Arfin dalam hati.
“Kak, kita ke sana yu naik Go Kart semacam mobil balap” Ajak Naz menunjuk ke permainan selanjutnya.
Naz dan Arfin mencoba beberapa permainan seperti monster drop, turtle adventure, street basketball, spin & win, fro araund, fishing master,sky rider dan banyak lagi. Dan yang terakhir mereka memainkan claw mechine yaitu permainan mencapit boneka, saat Arfin memainkan nya beruntung mendapatkan satu boneka yang tercapit dan berhasil masuk pintu keluar.
“Horeee,,, kaka dapat” Naz berteriak sambil jingkrak- jingkrak lalu mengambil boneka hasil tangkapan Arfin.
“Jangan teriak- teriak, norak kamu ih” Arfin yang merasa malu karena orang- orang melihat ke arah mereka karena teriakan Naz.
“Iiih, aku tuh tiap main ini gak pernah dapet, jadi seneng banget deh,,,uunch boneka tedy bear pink nya lucu, buat aku ya Kak” Naz meminta boneka hasil tangkapan Arfin.
“Ambil ajja, siapa juga yang mau pelihara boneka pink seperti itu” Arfin memberikan hasil tangkapannya “Udah jam setengah 3 ini , ayo kita pulang” Ajak Arfin.
“Yasalam, aku lupa ini sudah lewat jam pulang sekolah, sebentar Kak aku ke toilet dulu ganti baju” Naz langsung berlari k toilet.
Stelah naz mengganti bajunya kembali dengan seragam pramuka, mereka pun bergegas turun ke parkiran untuk segera pulang. Keduanya kini tengah berada di dalam mobil yang akan segera melaju setelah keluar dari area parkir.
“Kenapa kamu ganti baju lagi Naz?” Tanya Arfin penasaran.
“Biar bunda gak curiga,hehe” Naz menjawab sambil cengengesan.
“Dasar bocaah gemblung, ternyata takut juga kamu ya ketahuan bolos sama Bunda” Arfin menertawakan kelakuan Naz.
“Iya lah, bisa murka nanti Bunda Ratu.” Naz menjawab sambil mengambil ponselnya yang lowbat “Kak bawa power bank gak” Tanya Naz.
“Ada tuh dalam tas di belakang,, kalau mau charger colokin aja di sini, nih kabelnya” Arfin memberikan kabel dari dekat rem tangannya dan mencolokkan ke lubang charger di bagian depan mobilnya, ponsel Naz pun di charger di sana.
Saat baru setengah perjalanan, mereka mampir dulu ke masjid untuk melaksanakan shalat ashar, kemudian melanjutkan perjalanan hingga sampai di dekat pintu gerbang rumah Naz.
“Kak, disini saja jangan pas depan gerbang” Ucap Naz memberhentikan dan Arfin pun manut saja.
“Jadi saya gak boleh mampir inih?” Arfin bertanya dengan senyum jail nya.
“Jangan, nanti ketahuan bunda aku habis main”Naz membuka seat belt nya dan membuka pintu mobil segera keluar.
“Biklah kalau begitu, seperti pasangan backstreet aja” Kok mikirnya sama sih sama othor.
“Yee…apaan sih,,Terimakasih banyak ya Kak untuk semuanya, assalamu'alaikum,,,,,” Ucap Naz yang sudah berada diluar memegang pintu mobil lalu menutupnya setelah mengucapkan salam.
“Iya, wa'alaikumsalam..” Afrin langsung melajukan mobilnya.
Naz berjalan memasuki pintu gerbang, dan ternyata sang bunda sudah menunggunya di teras depan dengan berdiri dan melipat kedua tangannya di dada.
“Assalamualaikum Bunda” Naz mengucapkan salam dengan senyum sumringah lalu mencium tangan bundanya.
“Wa’alaikumsalam,,, dari mana saja kamu?” raut wajah bunda nampak tidak bersahabat.
“Pulang sekolah bunda, darimana lagi coba?” Naz menjawab dengan manja.
“Masuk “ Bunda menyuruh Naz masuk dan keduanya pun masuk.”Duduk “ bunda meminta Naz duduk di kursi tamu. “sejak kapan bunda mengajarkan kamu untuk berbohong ?” Naz baru saja duduk Bunda langsung to the poin.
“Gak pernah bunda” Naz menjawab dengan menggelengkan kepala menatap sang bunda.
“Kamu teh tahu gak, tadi sebelum dzuhur Bu Yanti wali kelas kamu menghubungi bunda, menanyakan apakah kamu sudah tiba di rumah atau belum, dan mengatakan bahwa Rheanazwa berantem dengan kakak kelasnya kemudian izin pulang karena merasa tidak enak badan sejak jam 11 siang tadi” Bunda mulai ke pokok permasalahan dan suasana mulai terasa mencekam.
Naz terkejut dan melupakan kalau murid bermasalah pasti wali kelas akan menghubungi orang tua murid tersebut, Naz hanya diam menunduk.
“Sejak kapan perjalanan dari sekolah ke rumah menjadi 5 jam, hah? Asa teu mungkin kamu pulang jalan kaki mah” Bunda esmosi.
“Maaf bunda” ucap Naz pelan sambil menunduk.
“Saat bunda menerima telpon, Bunda sedang dalam perjalanan menuju butik langsung putar arah karena khawatir sama kamu, mendengar kamu habis berantem dan sakit, bunda sudah membayangkan macam- macam, takut kamu terluka, bonyok atau lebam- lebam, atau berdarah,, bunda hampir nabrak orang tahu gak ” Bunda tak kuat memendam amarah.
Naz masih dalam keadaan menunduk sambil memeluk boneka hasil tangkapan Arfin tadi, dan memegang tas belanja yang berisi pakaiannya.
“Bunda mengizinkan kamu ikut taekwondo teh supaya kamu bisa melindungi diri bukan untuk berantem dengan teman sekolah seperti ini, bunda kecewa sama kamu Naz” Nada suara bunda sudah mulai naik.
“Terus Bu Yanti juga bilang kalau kamu pulang bersama laki- laki dewasa yang dibilang kenal sama kamu. Kamu teh sudah mulai pacaran hah ?”
“Eng.....enggak bunda” Jawab Naz dengan ketakutan dan terus memeluk boneka.
“Oh, jadi kamu teh habis bolos sama laki- laki itu ke mall” Bunda baru menyadari Naz memegang sebuah tas belanja dengan logo sebuah mal,,, “Naz, Bunda merasa sudah mendidik kamu dengan baik, selama ini kamu tidak pernah aneh- aneh selalu nurut sama Bunda dan selalu bersikap baik , kenapa sekarang kamu jadi begini hah?” Bunda kalo sudah nyerocos susah di rem.
“Maaf bunda” Lirih Naz yang merasa bersalah.
“Bunda juga tahu kalau selama ini kamu teh diam- diam suka menemuinya, iya kan ? Dan sekarang lihat, kamu sudah rela bolos demi jalan dengan seorang laki- laki. Bunda sudah sering mengingatkan jangan pernah menemuinya lagi, bunda ingin kamu jadi wanita baik- baik Naz, bukan seperti….” Perkataan bunda terpotong.
“Bunda,, cukup,, jangan lanjutkan lagi"Ruby yang dari tadi mendengar kemarahan Bunda dari balik pintu rumah yang sedikit terbuka, langsung menyambar. Ruby masuk diikuti Arfin dari belakangnya, lalu Ruby langsung menghampiri Naz yang sedang duduk menunduk ketakutan memeluk boneka,
“ Cukup Bunda, cukup ,,,kasihan Naz, bunda gak tahu apa dialami Naz tadi” Ruby mencoba membela Naz yang sudah terpojok.
“Kamu tidak usah melindunginya Ruby, Naz sudah ketahuan bolos dan pergi bersama laki- laki di jam sekolah” Bunda kekeh dengan pernyataannya.
“Naz punya alasan untuk itu, bunda” Ruby mencoba berbicara menatap ke arah Bunda yang masih berdiri.
“Alasan apa yang bisa membenarkan kesalahan Naz?” Tanya Bunda.
“Naz tidak mau bunda sedih melihat Naz habis menangis karena tadi……..” belum selesai bicara, Naz langsung memotong.
“By, udah “ Naz memegang tangan Ruby yang duduk di sebelahnya.
“Enggak Naz bunda harus tahu” Ruby kekeh dan melepaskan tangannya dari Naz.
“Kamu gak lihat,, sekarang saja teh bunda bukan cuman sedih tapi kecewa sama kamu Naz” Bunda bicara dengan menahan tangis dalam amarahnya.
“Bunda tahu, tadi Naz sedang mengerjakan tugas di kelasnya, tiba- tiba ada orang yang melempar buku tugasnya ke lantai, dan yang lebih parah dia bilang........ "
“Ruby udah,,,jangan diteruskan” Naz kembali memotong perkataan Ruby.
“Enggak,,bunda harus tahu semuanya Naz” Ruby memegang tangan Naz dan menatap ke arah Naz.
“Tahu soal apa, ayo katakan Ruby, bunda ingin dengar” Bunda terus mendesak Ruby untuk bicara.
“Orang itu bilang Naz anak pungut, dan dipungut dari tong sampah” Ruby bicara dengan berkaca- kaca dan menahan amarah.
Bunda langsung menutup mulut dengan kedua telapak tangannya karena terkejut pendengar perkataan Ruby, dan menjatuhkan dirinya ke kursi.
“Dan yang berantem itu bukan Naz, tapi Kiara yang menampar orang itu karena tidak terima menghina Naz, bahkan mereka saling saling menampar dan saling jambak “ Lanjutnya.
“Bukan Cuma itu Bunda, sejak kelas 4 SD Naz mengetahui kenyataan pahit itu, Naz selalu di ejek oleh teman- teman sekolah dikatain seperti itu, dan dijauhi teman- teman yang lain karena dipengaruhi oleh Raline. Tapi Naz selalu memendam kesedihannya sendiri, dia selalu ingin terlihat ceria di depan orang lain apalagi di depan orang terdekat yang menyayanginya, terutama di depan Bunda. bahkan saat SMP pun Raline mengatakan pada semua orang kalau Naz itu anak pungut dan merupakan anak dari seorang wanita ………“
“Cukup Ruby cukup….hentikan ” Naz menggelengkan kepala merasa tidak percaya dengan apa yang dilakukan sahabatnya. Naz memandang ke arah sang Bunda dan sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya lalu berdiri dan lari menuju tangga untuk ke kamarnya.
“Naz…?” Bunda bangun dari duduknya hendak mengejar Naz
“Tidak usah dikejar bunda, beri dia waktu untuk menenangkan diri” kata- kata ruby menghentikan langkah Bunda.
” Itulah sebabnya kenapa Naz meminta untuk tidak satu sekolah dengan Raline, dan karena itu juga aku, Kiara dan Andes masuk sekolah yang sama dengan Naz walaupun jauh dari rumah kami, kami ingin tetap menemani Naz menjaga dan menguatkannya. Bayangkan saja bunda, Naz harus menerima penghinaan itu selama bertahun- tahun, tapi dia tetap kuat dibalik kerapuhannya. Baru saja terbebas hampir setahun ini, dan tadi dia mendengar kata- kata itu kembali” Ruby menceritakan semuanya dengan penuh isak tangis.
Arfin yang sejak tadi hanya berdiri dibalik kursi yang di duduki bunda terlihat begitu terkejut dengan apa yang dilihat dan didengarnya sedari tadi, lalu menghampiri bunda “Maaf bunda, ini ponsel Naz tadi ketinggalan di mobil” Arfin menyodorkan ponsel Naz.
“Arfin, bagaimana bisa ponsel ini………” Bunda yang sedang menangis pun terkejut dengan kehadiran Arfin yang tiba- tiba menyodorkan ponsel.
“Maaf bunda, tadi yang mengantar pulang Naz dari sekolah itu aku” Arfin membuka suara lalu duduk di samping bunda.
“Apa…?” Bunda kembali terkejut dengan pernyataan Arfin.
“Iya, tadi aku ada urusan di sekolah, gak sengaja memergoki Naz yang sedang menangis sendirian di belakang ruangan kepala sekolah, dan Naz minta izin untuk pulang, tapi,,,maaf bunda aku malah mengajaknya ke makan ke Mall” Arfin tidak mengatakan kejadian seutuhnya.
“Astagfirullah Naz,,,,maafin Bunda sudah menuduh mu yang enggak- enggak….” Bunda menyesali perbuatannya dan menangis sejadi- jadinya......
---------------- TBC ----------------
****************************************
Kok ada tukang bawang lewat sih…
Minta ditimpuk.....
Dibuka sedikit sedikit ya lukanya, biar bisa diobati satu- satu... ✌
Happy Reading.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
mimi
😭😭
2022-04-06
0
indah
gw tau rasanya jadi naz😭
2021-03-15
0
Uphe Fenty Agesty💞
😭😭😭😭😭
2021-03-05
0