Kerinduan itu lucu dan menyebalkan, bagaimana dia bisa hadir sesuka nya tanpa menanyakan kesiapan atasa rasa itu. Datang seenak nya, menyiksa semau nya dan terus meronta untuk bertemu tak peduli atas rasa rindu yang tak berbalas dan yakin lah ini lebih sulit. Rindu ku bagai pagi yang menanti matahari di malam gelap, tak peduli akan jarak, waktu bahkan rasa yang tak sama. Ya, rinduku hanya akan menjadi milik ku sendiri
Jika di masa lalu ada juliet yang rela mati asal bersama kekasih nya, sekarang ada aku yang larut dalam kebodohan ku, meratapi prosa yang coba ku bangun sendiri dan aku memang sendiri, aku terus sendiri!. Tidakkah takdir iba pada ku yang masih setia dengan rasaku, tidakkah takdir berniat berpihak pada ku dan membuat nya sedikit melirik kearah ku
Tuan, aku jatuh cinta! kau sudah berhasil menguasai hatiku hanya dengan kali pertama pertemuan kita. Hatiku terlalu lemah untuk pesonamu yang begitu kuat hingga mampu langsung menciptakan sengatan cinta. Tuan, tidakkah kau mengasihani rasaku yang terus menunggu untuk dibalas tapi, aku tak peduli entah berbalas atau tak berbalas rasaku akan tetap menjadi rasaku
Rindu ini hadir bukan karena wajah teduh mu yang tak tertangkap retina, bukan karena suara merdu mu yang tak menggetarkan membran tipani, bukan juga karena hentak langkah kakimu yang tiba-tiba menghilang. Rindu ini hadir karena kau sudah berhasil membawa potongan hatiku, karena mu yang sudah berhasil menunggu satu ruang di hatiku dan kau selalu berhasil mematahkan hatiku juga
Ilena duduk termenung di taman mini buatan nya menatap beberapa kupu-kupu yang terbang kesana kemari sibuk menghisapi sari dari bunga-bunga yang bermekaran. Sudah beberapa hari ini hati nya gelisah karena tak mendengar kabar tentang Neron yang begitu dirindu
Pelayan Ilena hanya mentap wanita yang bergelas Nyonya mereka itu dari kejauhan lalu dikejutkan dengan kedatangan Neron dari arah belakang mereka "Yang mulia," hormat mereka. "Ya." Neron tersenyum sambil membalas sapaan itu
Neron berjalan berlahan kearah Ilena yang masih asik melamun sambil mengelus perut datar nya "Apa yang kau lakukan?" tanya Neron. Senyum Ilena mengembang begitu lebar saat menyadari siapa yang menyapa "Hormat saya yang mulia," kata Ilena sambil tersenyum
"Aku bertanya apa yang kau lakukan di sini?" tanya Neron sambil memasukan tangan ke saku celana nya
"Mentap keindahan," jawab Ilena sambil menatap wajah Neron penuh arti
"Aku baru tau, jika di istana ada tempat seperti ini," kata Neron
"Saya yang meminta tempat ini Yang mulia. Ibu suri berbaik hati dan mengabulkan permintaan saya," jawan Ilena
"Kau suka dengan tanaman hias?" tanya Neron. Ilena tersenyum manis mendengar pertanyaan itu, sungguh senang rasa nya mendengar Putra mahkota yang irit bicara menanyakan hal itu pada nya
"Iya Tuan, saya menyukai tanaman hias," jawab Ilena
"Mawar itu begitu indah," kata Neron sambil menatap satu pot yang menampung serumpun bunga mawar
"Ya, tapi terkadang kita melupakan duri nya. Mawar memang indah tapi tak akan bermakna jika tak ada duri nya." Ilena tersenyum sambil menatap mawar itu
"Bukankah duri itu sangat mengganggu," kata Neron. Ilena masih tersenyum dengan manis
"Ya.. Yang mulia, banyak orang yang bilang kalau duri itu mengganggu dan merusak keindahan mawar. Padahal duri itulah yang membuat mawar dapat dikatakan sebagai mawar, duri itulah yang membuat mawar sempurna." Ilena menatap wajah Neron yang terlihat sangat serius
"Waw," kata Neron mencoba meresapi setiap kata yang keluar dari mulut calon ibu dari anak nya itu "Aku tak pernah berfikir seperti itu, aku selalu benci pada duri nya," sambung Neron
"Begitulah cara dunia bekerja Yang mulia," kata Ilena tak menyelesaikan kalimat nya. Neron menatap penuh tanya dan terus berfikir tentang apa yang ingin disampaikan wanita itu dari setiap kalimat nya
"Bagaimana keadaan mu?" tanya Neron
"Saya baik Yang mulia." Ilena sungguh tak percaya Neron menanyakan kabar nya tadi "Terimakasih."
"Untuk apa?" tanya Neron bingung. Ilena tersenyum sambil menjawab "Untuk semua nya."
"Aku pergi sekarang," kata Neron mulai melangkahkan kaki nya meninggalkan tempat itu. Ilena tersenyum sambil menatap punggung yang kian menjauh itu
"Nyonya, kita hatus kembali ke kamar untuk makan siang," kata pelayan pada Ilena
"Baiklah." Ilena segera bangkit dari kursinya lalu melangkah dengan pelan menuju kamar nya
"Nyonya memginginkan sesuatu untuk makan siang?" tanya pelayan. Ilena tersenyum manis sambil mengelus punggung pelayan nya itu "Apa saja.. Kalian begiru baik pada ku, terimakasih."
Sesampai nya di kamar Ilena duduk di kursi yang terlihat sangat empuk itu. Ilena terus tersenyum mengingat perlakuan manis pria itu tadi. Jika saja tak segera menyadarkan diri nya mungkin tadi Ilena sudah menghambur kepelukan pria itu
Ilena memakan makan siang nya dengan perasaan senang, entah lah sejak hamil mood nya begitu aneh bahkan terkadang Ilena bingung sendiri dengan apa yang terjadi pada diri nya
"Kakak," panggil Putri Ara mengagetkan Ilena "Kakak sangat aneh, apa yang terjadi? Kakak terus tersenyum seperti orang bodoh," rutuk Ara sambil tertawa
"Aaaa, karena Kakak ku sudah pulang?" tanya Ara sambil tersenyum mengejek, Ilena hanya bisa tersenyum malu sambil menundukan wajah nya
_________________________________
Ilena tersenyum lebar saat mendapat pesan bahwa Putra mahkota mengundang Ilena ke kamar nya "Nyonya berjalan dengan pelan saja," kata pelayan menegur Ilena yang berjalan begitu cepat
Di jalan Ilena berpapasan dengan rombongan Putri mahkota Ayana, Ilena dan pelayan nya segera menyingkir untuk memberi jalan pada rombongan itu
Ayana menatap Ilena dengan tatapan menghina "Mau kemana dia, aaa.. Mengantarkan tubuh nya pada Putra mahkota, aku sampai lupa jika dia pelayan ranjang Neron!," desis nya di hadapan Ilena lalu pergi begitu saja
Pelayan Ilena menatap dengan iba, tapi Ilena tersenyum sambil menganggukan kepala nya mengisyaratkan bahwa dia tak apa
Saat sampai di kamar Neron, Ilena melihat Neron yang sibuk membaca dokumen dan menghentikan kegiatkan nya saat menyadari kedatangan Ilena "Duduk lah," kata Neron
Neron memberikan bungkusan pada Ilena, menatap mata Ilena yang merah dengan nafas menggebuh menahan tangis. Neron bingung dengan apa yang terjadi pada wanita itu bahkan Neron tak melakukan apapun yang bisa menyinggung perasaan nya
"Apa yang terjadi pada mu?" tanya Neron
"Tak apa, maaf Tuan," jawab Ilena sambil tersedu
Ilena begitu tersinggung dengan ucapan kejam yang di tujukan Ayana pada nya tadi, sungguh Ilena begitu marah dan kecewa pada diri nya sendiri merasa begitu rendah
Melihat Ilena yang terus menangis hati Neron luluh, enatah datang dari mana keinginan untuk memeluk wanita itu. Neron memeluk tubuh Ilena yang bergtar itu mengelus tengah belakang nya untuk memberikan rasa nyaman dan kehangatan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Yuli Kurniasih
yahhh kok abis,,,
up dong thorrr
2020-01-18
1
Yuli Kurniasih
pangeran mulai jatuh cinta ya thorrr
2020-01-18
2