Proses

Matahari belum sempurna menampakan dirinya ke bumi masih terlihat mengintip malu dari ufuk timur. Pagi ini terasa beda karena beberapa alasan, udara terasa begitu dingin saat menyapa kulit. Setiap insan dikaruniakan satu rasa luar biasa tak terdefinisi yaitu cinta, setiap insan punya cinta bedanya bagaimana cinta itu menjadi bunga mekar di musin gugur atau menjadi bunga yang gugur sebelum mekar.

Cinta, tak melulu tentang kebahagian tapi kadang juga tentang luka dan perjuangan. Ranting yang patah hanya akan tetap patah, tinggal bagaimana tumbuh tunas yang baru lalu berbunga.

Disetiap deru nafas, alir darah dan detak tanjung hanya akan ada satu nama, nama itu adalah alasan mujur atau getirnya suatu perjalanan. Namun, entah ditakdirkan bersama atau berpisah aku sungguh berbahagia mendapati kaulah yang berdiri di ujung jalan itu sambil melambaikan tangan.

Satu prosa berbingkai guram, saat hati mendapati hasrat tak bertujuan diambang derita ujung jurang nestapa. Biar suka, duka, untung dan rugi silih berganti menysun not melodi abstrak penuh makna, sekali lagi aku sungguh berterima kasih kau berkenan menanti di ujung jalan dengan segala pahitnya penantian.

***

Ilena tengah duduk manis di pojok kamarnya itu menontoni semua orang yang membersihkan kamarnya. Ya, kamarnya memang setiap hari di bersihkan tapi kali ini berbeda, kamarnya akan kedatangan tamu spesial malam ini. Sprei merah terlihat begitu anggun terbentang di atas ranjang itu ditambah beberapa tangkai mawar segar ditaruh di sampingnya lengkap dengan lilin aromaterapi yang sengaja belum dihidupkan.

Entah apa yang akan mereka lakukan di kamar ini nanti malam yang pasti kamar ini sudah sangat rapih dengan beberapa tambahan dekorasi, jangan lupa tirai merah yang menambah kesan romantis ruangan itu.

"Nyonya mari ikut saya..," kata seseorang pada Ilena, Ilena segera berdiri dan mengikuti langkah kaki perempuan muda dengan baju rapih seragam pelayan kerajaan itu.

"Silakan masuk Nyonya..," katanya saat Ilena tiba di depan satu paviliun yang terlihat begitu megah. Paviliun itu merupakan tempat para tetua biasa berkumpul. Sambil menghela nafas panjang Ilena melangkahkan kakinya masuk dan segera memberi hormat pada semua orang, retinanya menangkap Putra Mahkota yang duduk tepat di depannya.

"Bagaimana kabarmu Ilena?" tanya Ibu Suri pada Ilena "Saya dalam keadaan baik Yang Mulia, saya harap anda semua juga begitu..," Kata Ilena dengan senyum manisnya.

"Malam ini, akan menjadi malam kedua kalian menghabiskan malam bersama..," kata salah satu tetua istana tiba-tiba buka suara "Kami sungguh menunggu kabar baik setelah ini..," sambung yang lain.

Putra Mahkota dan Ilena di beri beberapa nasihat dan tata cara agar bayi yang akan di kandung Ilena terlahir sebagai seorang putra.Tak lama dari itu beberapa pelayan masuk dengan membawa nampan, beberapa cangkir itu berisi ramuan yang harus diminum Neron dan Ilena.

"Minum lah..," kata Ibu Suri sambil tersenyum, dengan wajah dinginnya Neron langsung menenggak tiga gelas kecil ramuan itu tanpa jeda sambil memejam matakan mata karena rasa ramuan itu begitu tak enak. Melihat itu Ilena mengikuti Neron dan meminum bagiannya juga.

"Kami harap akan ada kabar baik..," kata Ibu Raru sambil mengelus bahu Ilena sambil tersenyum hangat. Hampir dua jam Neron dan Ilena berada di dalam sana, setelah itu Neron dan Ilena pun dipersilakan untuk meninggalkan paviliun.

Ilena di arahkan untuk langsung melakukan persiapan lainnya, Ilena dibawa ke satu ruangan untuk melakukan perawatan kulitnya, seperti biasa tubuhnya di oles dengan wewangian begitu juga dengan rambutnya.

Sedangkan Putra Mahkota memilih untuk mengajak Ara dan Sean bermain anggar untuk sedikit merilekskan tubuhnya dan otaknya yang sedari tadi merasa begitu gelisah dan tertekan dengan apa yang harus dilakukannya setelah ini. Jauh ketimbang memikirkan dirinya sendiri Neron lebih memikirkan wanita yang menjadi korban dari kegilaan ini.

"Kalian akan bermalam lagi?" tanya Sean pada Neron dan disahut anggukan oleh Neron yang sedang sibuk memeriksa pedang anggar yang akan digunakannya. "Dengan kak Ilena?" tanya Ara "Ya..," jawab Neron singkat.

"Ayo siapa yang akan melawanku?" tanya Neron, mendengar itu Ara segera memakai penutup kepalanya lalu sedikit melakukan gerakan sebagi pemanasan sesekali menebaskan bilah pedang panjang itu, namun baru dua menit saja bermain Ara langsung kalah dalam putaran itu. "Kenampuanmu tak bertambah sedikit pun," desis Neron pada adiknya itu.

Ara memperhatikan kedua Pangeran itu dengan antusias, bagaimana keduanya terlihat begitu lihai dengan bilah pedang itu, gerakan tubuh mereka pun luar biasa. Mata Ara tak lepas dari Pangeran Sean yang entah kenapa terlihat begitu tampan saat ini, tanpa sadar bibirnya tertarik dan membentuk audut senyum sempurnanya.

Setelah dirasa cukup ketiga orang itu berjalan beriringan meninggalkan tempat itu "Aku tak boleh menemui kak Ilena sampai besok siang, aku sangat kesepian!," desis Ara.

"Semoga malam kalian menyenangkan," kata Sean sambil merangkul bahu Neron sambil tersenyum penuh arti "Aku yakin pasti kakak harus mempersiapkan banyak hal, jadi pulanglah ke kediamanmu" kata Sean pada Neron. Neron pun tertawa lalu memisahkan diri dari dua orang itu di ujung lorong dan bergegas menuju kediamannya.

"Aku punya waktu untuk tidur?" tanya Neron pada sekretaris Han "Ya Tuanku, anda akan bersama Nyonya Ilena setelah makan malam. Saya akan membangunkan Tuan nanti" jawab sekertaris Han.

**

Ilena terlihat begitu cantik dengan gaun tidur hitam yang begitu kontras dengan kulit putihnya. Ilena tengah duduk denga gugup di sofa kamarnya, sungguh rasanya begitu gugup karena menunggu, tak berdaya di kamar ini sambil terus menatap para pelayang yang masih sibuk mempersiapkan semua.

"Nyonya, ini..," kata pelayan Ilena memberikan ilena secangkir teh "Terima Kasih..," kata Ilena sambil tersenyum "Nyonya gugup?" tanyanya,Ilena menggeleng sambil tersenyum simpul untuk menutupi kegugupannya. Ya, ini memang bukan yang pertama untuknya dan Neron tapi tetap saja, memikirkan harus berada satu ruangan dengan pria dingin itu semalaman membuat Ilena putus asa, belum lagi debar jantungnya yang terus tak terkendi saat ditatap mata tajam itu.

Ilena terus mengatur nafasnya agar gugupnya juga hilang, bahkan dia berkeringat tanpa alasan mungkin karena begitu gugup.

"Sebentar lagi Putra Mahkota akan tiba," kata pelayannya pada Ilena "Kami akan meninggalkan tempat ini setelah Putra Mahkota tiba" sambungnya.

Terpopuler

Comments

Pie Buah

Pie Buah

kog ga ada cerita malam romantisnya seh thor?🤭

2020-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!