Hampir satu jam, Raka berputar mengelilingi kota tanpa arah. Kini semakin banyak masalah yang datang padanya. Siapa yang harus disalahkan, dirinya atau Andika?
Kontrak perfilmannya juga dibatalkan. Adelia menuntut untuk dinikahi, Ratna meminta untuk membantu menyembuhkan Ningrum, dan Ningrum? Ahhh, Ningrum selalu membuat Raka benci tapi juga kasihan padanya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Raka memarkirkan mobilnya, mengeluarkan sebungkus rokok dan mulai mengisapnya satu-persatu.
Sambil mengeluarkan asap itu dari rongga mulutnya, Raka bersandar pada kursi mobil. Memandang hampa jalanan ramai di depan. Dari sekian banyaknya masalah yang pernah dihadapi, mungkin ini adalah masalah terbesar dalam hidupnya. Bertubi-tubi menghampiri, seperti tidak ada lagi ruang untuknya bergerak.
"Kenapa juga aku harus menikah dengan wanita asing?" keluhnya, sambil membayangkan raut wajah Adelia yang kecewa pagi ini.
Setelah batang terakhir rokoknya habis, Raka pun kembali melajukan mobilnya. Mencari tempat yang lebih aman lagi untuk menghilangkan galaunya.
Sudah jam 2 siang, Raka masih terus saja berputar. Masih terlalu siang jika dia harus pergi ke Bar, demi melampiaskan bebannya pada minuman keras.
Para temannya telah mengkhianati dia. Tidak ada lagi tempat untuk meluapkan emosinya. Azlan dan Beni bukanlah tempat yang tepat bagi Raka. Mereka tidak suka mabuk dan bersenang-senang, itulah mengapa Raka tidak selalu membagi masalah dengan mereka.
Adelia? Ahhh, bahkan wanita itu tidak terlalu peduli dengan masalah hidup Raka. Dia sangatlah egois. Dia selalu ingin dimengerti tapi tidak pernah mengerti dengan Raka. Lihat saja, padahal Adelia sudah tahu Raka sedang dalam masalah besar. Bukannya membantu untuk menyelesaikan, dia justru menuntut pernikahan.
Waktu terus bergulir, hingga senja pun menghampiri, semakin mendatangkan keramaian. Lampu jalanan dinyalakan, para pekerja mulai pulang satu-persatu, sampai memadati jalanan.
Raka memarkir mobilnya di dekat sebuah pusat perbelanjaan. Di sana, Raka kembali mengisap rokoknya. Entah sudah berapa bungkus yang dihabisinya. Setelah keadaan mulai gelap, Raka melajukan mobilnya menuju Club Malam yang beroperasi mulai jam 7 malam.
Suasana di tempat itu masih sangat sepi. Mungkin karena Raka adalah tamu pertama.
"Berikan aku Vodka." Raka melambaikan tangannya pada seorang pelayan wanita.
"Berapa tuan?" tanya wanita itu.
"Satu saja dulu." Raka tersenyum.
Si pelayan baru menyadari kalau tamu pertama mereka kali ini adalah Raka Firmansyah. Namun demi kenyaman para pelanggan, terpaksa dia harus bersikap tetap sopan. Niatnya ingin meminta foto, tapi ya sudahlah.
Dengan perlakuan yang lembut, pelayan itu menyuguhkan pesanan Raka.
"Mau saya tuangkan tuan?" tanya wanita itu.
"Tidak perlu." jawab Raka datar.
Satu jam berlalu, Raka telah menghabiskan 2 botol. Kepalanya terasa mulai berat, tempat di sekelilingnya mulai berputar. Langkah Raka sudah sempoyongan, menuju kasir untuk membayar harga minuman tadi.
Meski mabuk, Raka masih sadar. Dia tahu keadaan di sana mulai ramai. Musik dj mengalun dengan dahsyatnya. Lampu-lampu yang ramai warna berpijar mati dan hidup, semakin menambah kepeningan di kepalanya.
"Berapa semuanya?" Tanya Raka dengan suara khas orang mabuk.
Belum sempat dijawab, Raka lebih dulu membanting kartu kreditnya. Si pelayan wanita menerima dengan hati-hati, lalu mulai menggeseknya pada mesin keuangan mereka.
"Silakan datang lagi tuan," wanita itu menyerahkan lagi kartu kredit tadi.
Raka meneriamnya lalu berjalan keluar. Dengan susah payah Raka berjalan menuju mobilnya.
Sampai di dalam mobil, Raka masih berusaha mengontrol dirinya.
"Aku pasti bisa." kata Raka, lalu mulai menyetir perlahan.
Raka sudah biasa menyetir saat mabuk, dan beruntunglah sampai saat ini, belum pernah ada kasus kecelakaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Esti. W
duuuh raka....
2020-11-01
1
Puan Harahap
lanjut lagi
2020-10-18
1
Sri Banyu Bening
Raka juga pemabok 😕
2020-10-18
1