"Ningrum?" Ucap Ratna sambil mengernyitkan dahinya.
"Mbak Ratna?"
"Di mana Raka?"
Belum sempat menjawab, Ratna menarik masuk adik iparnya ke lift lagi.
"Mau ke mana kamu?"
"Jawab aku Ningrum. Siapa yang menjadi tamu kalian pagi ini?" Bertubi-tubi pertanyaan Ratna menyerang Ningrum, dan tidak ada satupun yang dijawab.
Ratna tertawa kecil, menggeleng kepalanya. Namun demikian, dia seperti ingin menangis. Hatinya yang merasa panas, mungki karena pernah merasakan seperti apa rasanya diselingkuhi.
Ratna sendiri tidak terlalu menyukai Adelia. Sejak mengetahui kalau Raka dan Adelia sudah sering tidur bangun, Ratna merasa Adelia bukanlah wanita yang tepat.
Sebagai seorang wanita, seharusnya Adelia mampu menolak rayuan Raka, entah sebesar apapun cintanya. Jika tubuhnya sendiri sudah tidak bisa dijaga, maka bagaimana mungkin dia akan mampu menjaga tubuh anak-anaknya nanti?
Intinya bagi Ratna, dia benci wanita yang dengan mudahnya menyerahkan tubuh kepada lelaki dengan alasan untuk pembuktian cinta.
Pintu lift terbuka, pertanda bahwa mereka sudah sampai pada lantai 7, tempat Raka tinggal. Pintu apartemen Raka, hanya bisa dibuka dari dalam. Jika dari luar, membutuhkan pin yang hanya diketahui oleh Raka dan kedua anak buahnya, Azlan dan Beni. Bahkan Ningrum sampai hari ini, belum juga tahu.
Ratna memencet tombol dengan gemas. Berulang kali tapi belum juga dibuka. Semakin memancing amarahnya.
"Lagi ngapain sih mereka?"
Raka dan Adelia sedang panas di atas ranjang itu. Sepertinya bunyi bel rumah tidak dihiraukan lagi. Mereka berpikir kalau Ningrum masih di sana juga.
Dengan ganasnya, Raka melahap keseluruhan bibir Adelia. Kedua tangannya bebas menjalari setiap inci tubuh wanita itu. Kini tubuh mereka telah polos tanpa sehelai benang pun.
Adelia yang sudah terangsang, mengeluarkan suara yang semakin memancing Raka. Bibir Raka mulai turun, mencari tempat kesukaannya, kedua bukit kembar, yang sangat dirindukan. Indera pengecap Raka, mulai berputar-putar di sana. Wanita itu tersentak, semakin membusungkan dada.
Bukit-bukut ranum itu, semakin menjulang tinggi. Kemudian tangan Raka turun mencari tempat istimewa Adelia.
Adelia adalah milik Raka sepenuhnya. Maka dia bebas melakukan apapun. Padahal, apa yang mereka buat ini adalah sebuah dosa besar.
Ratna semakin tidak sabar. Dia mengambil ponselnya dan mulai menelpon Azlan.
Dalam nada kedua, tanda panggilan itu terhubung, Azlan mengangkatnya.
"Berikan aku pin apartemen Raka, sekarang juga!"
"Untuk apa?" Azlan mengerutkan dahinya.
"Berikan sekarang juga. Aku bukan maling yang harus kau curigai."
Azlan menyebutkan pin itu. Tangan Ratna dengan lincah mengetik, lalu membuka pintu dan berhasil. Langsung saja Ratna memutuskan sambungannya. Yang membuat Azlan kesal sekaligus curiga. Tidak biasanya Ratna meminta pin apartemeb Raka.
Baru selangkah masuk ke dalam ruangan itu. Suara-suara dari dalam kamar Raka, membuat Ratna menggeleng. Ningrum menelan ludahnya, ternyata mereka benar-benar melakukan itu.
Ingin Rasanya, Ratna mendobrak pintu itu. Namun dia masih berusaha menjaga perasaan Raka dan Adelia. Maka hanya dengan mengetuk pintulah, mereka akan berhenti.
"Raka, buka pintunya!" Ratna mengetuk kuat pintu papan kamar adiknya.
Raka yang telah memasuki tubuh Adelia, terdiam sesaat. Nafas keduanya mulai perlahan normal. Mereka tahu itu suara Ratna.
"Raka?" Panggil Ratna lagi.
Hampir 5 menit menunggu, pintu kamar terbuka oleh Raka. Ratna menggeleng, melihat adiknya hanya memakai celana karet pendek, tanpa baju. Sementara Adelia tidur, memakai selimut hanya sampai dadanya. Mungkin dia sengaja, agar Ratna bisa tahu, kalau mereka baru saja bercinta.
"Kamu melakukan dosa besar Raka." Ujar Ratna dengan tatapan marah.
"Dosa? Aku dan Adelia sudah sering melakukan ini. Dan kami saling mencintai, sebentar lagi kami juga akan menikah."
"Lalu karena itu kamu bebas melakukan apa saja padanya?"
"Kenapa kakak marah? Bukankah, kakak tahu kami sudah sering?" Raka berkata dengan santainya tanpa merasa bersalah sedikit pun.
"Kamu sekarang memiliki istri Raka. Paling tidak hargai dia. Kenapa dengan mudahnya kalian bermesraan di depan Ningrum?"
"Dia hanya istriku untuk sementara waktu kak. Kakak yang menginginkan pernikahan ini. Kakak juga yang bilang, ini hanya untuk menyembubkan dia bukan? Maka aku bebas melakukan apapun tanpa adanya larangan karena dia sudah menjadi istri siriku."
Ningrum menggigit bibir bawahnya. Wanita itu merasa bersalah telah menyebabkan kakak beradik ini bertengkar.
"Kak Ratna, sudah." Bujuk Ningrum sambil memegang tangan kakak iparnya.
"Dan kamu Adelia, harusnya kamu bisa menghargai perasaan Ningrum sebagai sesama wanita." Ratna menggeser tubuh Raka, menghampiri Adelia yang sedang tertidur.
Namun sama sekali tidak dihiraukan Adelia. Wanita itu justru pura-pura tertidur lelap.
"Lihat wanita ini. Dia malah memejamkan matanya tanpa menjawab aku sama sekali. Raka, apa ini seleramu? Wanita dengan tabiat rendahan ini? Murahan dan juga munafik."
Adelia membuka matanya, dan langsung terduduk. Kebencian itu menghampiri dirinya. Selama ini memang dia juga benci dengan dengan Ratna.
"Jaga ucapan mbak ya?"
"Aku pikir kamu tertidur dan tidak mendengar semuanya." Ratna tersenyum sini.
Ningrum dan Raka hanya berdiri di luar, menyaksikan perdebatan kedua wanita itu.
"Tuan, apa anda tidak ada niat untuk menghentikan mereka?" Kata Ningrum sambil menatap Raka.
Raka balas menatap Ningrum.
"Serba salah jadinya kalau aku ke sana Ningrum."
"Raka bilang akan menceraikan pembantu itu." Kata Adelia.
"Gampang sekali kamu bicara."
"Karena aku dan Raka sudah saling mencintai mbak."
"Cepat pergi dari sini. Apa kamu tahu, perbuatan kamu ini lebih rendah dari seorang pramuria. Mau saja ditiduri oleh lelaki yang sudah beristri."
Ratna menarik tangan Adelia, agar pergi dari sana.
"Kakak, biarkan Adelia memakai pakaiannya dulu." Raka masuk dan mencegah tangan Ratna.
"Dia tidak perlu memakai pakaian lagi. Rasa malunya sudah hilang."
"Kak Ratna!" Bentak Raka. Seketika ruangan itu hening. Untuk pertama kalinya, Ratna dibentak Raka. Bayangkan sesakit apa hati Ratna, dibentak oleh adik yang telah dianggap sebagai anaknya juga itu.
Adelia pun tidak menyangka, Raka akan melakukan itu pada kakaknya.
"Adel, segera pakai pakaianmu, dan turuti kata kak Ratna." Suara Raka melemah.
Sebelum pergi, Raka masih menatap kakaknya yang siap menangis. Lidah pria itu serasa kaku untuk meminta maaf. Dia hanya berpikir, apakah perbuatannya biasa dimaafkan Ratna atau tidak.
Adelia menuruti perkataan Raka. Setelah itu dia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Tersisa mereka bertiga di sana. Setelah Adelia pergi, tangis Ratna pecah.
Perbedaan usia Ratna dan Raka cukup jauh. Kini Raka berusia 28 tahun, sementara Ratna 38 tahun. Sejak kecil, Ratnalah yang menemani adik-adiknya. Maka tak heran, jika dia menyayangi Raka dan Rika, layaknya seorang ibu.
Apa rasanya ketika dibentak hanya karena seorang wanita seperti Adelia? Memang selama ini, mereka sering berdebat karena pasti ada saja perbedaan pendapat. Tapi Raka tidak pernah membentak kakaknya. Mau sekeras apapun kepalanya, tapi kalau Ratna sudah berkata iya, maka Raka akan tetap menurutinya.
"Kak Ratna…" ketika ingin mendekat, langkah Raka terhenti. Tangan Ratna terangkat, memintanya untuk jangan mendekat.
Ningrum yang merasa tidak perlu ikut campur, mulai berjalan menuju balkon, tempatnya bersembunyi dari tamu-tamu Raka.
"Maafkan aku kak." Ucapnya getir. Rasanya permintaan maaf saja tidak cukup.
"Tolong, hargai Ningrum. Jangan lagi membawa wanita itu ke sini Raka. Dia juga istrimu. Kamu tahu sendirikan, seperti apa kehancuran kakak waktu tahu papa Dea selingkuh."
"Baiklah kak. Aku tidak akan membawa Adel ke sini lagi."
"Apa kamu mau berjanji?"
Raka menghela nafasnya. "Ya aku berjanji." Begitu berat Raka berucapkan kata-kata itu.
Ratna mengusap wajahnya dan menarik nafas dalam. Kini wanita itu bangkit, untuk berpamitan pergi.
Raka tak bergeming sama sekali. Dia menatap hampa lantai kamarnya.
"Ningrum?" Panggil Ratna.
Ningrum yang merasa dipanggil, langsung berlari menuju sumber suara.
"Ya mbak?"
"Aku pergi ya. Tolong urus suamimu dengan baik." Ratna tersenyum samar, dan beralih pandang pada Raka sebelum akhirnya pergi.
Ningrum mengantar kepergian Ratna. Saat ingin kembali ke Balkon, terlihat pintu kamar Raka sudah tertutup.
'Maafkan aku.' Batin Ningrum.
⬇️
⬇️
⬇️
⬇️
⬇️
⬇️
Guys dukungannya dong😁
Like, Rate 5, + Vote.
Tinggalkan juga komentarnya ya, biar author bisa tahu kurang dan lebihnya cerita ini.😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Yours Bee
makin suka baca nya
2020-12-18
0
Arty Asik
kalau aku mah gak mau 1 buat berdua🤭🤭🤭🤭
2020-11-26
1
Bayu Btl
cerita yang bagus, aku baru saja menemukannya thor
2020-11-26
1