"Ini masih terlalu pagi, tapi kamu malah sibuk mencuci pakaian." Raka menyipitkan matanya, pura-pura kesal.
"Maaf tuan, tapi sejak kapan anda berdiri di sana?"
"Baru saja, ada apa memangnya?" Raka bertingkah bodoh.
"Ah, tidak ada tuan."
"Cepat masak buat aku. Sudah hampir jam 9, tapi aku belum juga sarapan."
"Nasinya sudah matang tuan, akan saya bikin lauk pauknya." Ningrum berjalan masuk.
Sebenarnya Raka tidak terbiasa makan di rumah atau apartemen. Dia selalu makan di restoran miliknya, setiap hari. Tapi, hanya itu cara agar Ningrum bisa dengan cepat melupakan kesedihan itu.
Sambil menunggu Ningrum masak, Raka kembali berkutat dengan ponselnya. Sambil tersenyum sendiri, Raka membalas setiap pesan dari Adelia.
Dan sebuah kejutan besar menghampiri Raka. Ternyata minggu depan, Adelia akan kembali ke Indonesia.
Mata Raka melebar, dengan cemas dia memikirkan apa yang harus dilakukan jika Adelia kembali. Sementara, hampir setiap malam, mereka selalu tidur berdua di kamar Raka, layaknya suami dan istri.
Rentetan pesan dari Adelia pun masuk, mengatakan kalau dia sangat merindukan belaian Raka.
"Tuan?" suara Ningrum mengagetkan Raka.
"Ah, kamu ini." Raka mengusap wajahnya kasar. "Ada apa?"
"Masakannya sudah siap tuan." Ningrum menunjuk meja makan, yang telah terhidang beberapa menu.
"Enak nggak?" tanya Raka, berusaha menyembunykkan kecemasan di wajahnya.
Ningrum hanya diam. Jika ditanya begini, apa yang harus dijawab? Sementara, Ningrum adalah pribadi yang tidak mau memuji kelebihannya sendiri.
"Ya sudah." Raka berdiri dan menuju meja makan.
Ada ayam goreng yang dibaluti bumbu alami, serta tumisan sayuran hijau. Ada juga sambal terasi yang terhidang di sana, ditemani dengan tahu goreng.
Raka hampir saja tertawa melihat hidangan itu. Dia sendiri tidak terlalu suka makanan Indonesia, seperti tahu dan sambal terasi.
"Kamu serius mau kasih aku makanan ini?"
"Ada apa tuan?"
"Mentang-mentang kamu miskin, jadi kamu masakin aku kayak gini?" tunjuk Raka pada sayuran dan sambal tadi.
Ningrum menelan ludahnya. Terasa pedih sekali dihina demikian. Padahal tidak ada yang salah dengan masakannya.
"Baiklah, aku akan memakan. Kalau enak, maka setiap hari kamu harus memasak untukku. Tapi kalau nggak, maka lebih baik kamu mati saja." Raka mulai menarik kursinya dan memberikan piring, untuk disendokkan nasi oleh Ningrum.
"Berikan aku sambal itu. Penasaran seperti apa rasanya."
"Ayamnya tuan?"
"Hmmm, boleh."
Ningrum dengan sabar melakukan apa yang diminta Raka.
"Kamu juga harus makan bareng aku. Takut aja, ada racun di makanan ini."
"Saya tidak biasa melakukan itu tuan." mau sesabar apa juga, akhirnya Ningrum merasa kesal..
"Ya, kalo nggak biasa, ikutan makan juga dong!" Raka mulai meraih sendok dan garpunya.
Sebelum makan, dia masih melihat Ningrum, yang mulai menyendok makanan.
"Gitu dong." ujar Raka, lalu mulai makan.
Pada suapan pertama, Raka langsung membulatkan matanya. Sambal yang di campur sedikit dengan nasinya, benar-benar terasa nikmat.
"Kamu yang masak?" tanya Raka, sebelum memasukkan suapan kedua.
Ningrum mengunyah makanannya tanpa menjawab. Padahal memang jelas-jelas dia yang memasaknya.
"Coba tahunya?" Raka meminta pada Ningrum. Lalu mecolek pada sambal dan menyantapnya lagi.
"Emmmm, enak juga." puji Raka tanpa sadar.
"Terima kasih tuan."
Raka terdiam. Dia menguyah makanan itu perlahan. Baru tersadar kalau dia terlanjur mengeluarkan pujian.
""Ayo makan, jangan hanya memasang pendegaranmu padaku."
Untuk pertama kalinya, Raka bisa melihat sebuah senyum samar di wajah Ningrum.
'Harus ku akui, masakanmu memang enak.'
Ningrum merasa senang dengan pujian itu. Memang selama ini, banyak yang memuji masakannya. Namun entah mengapa, pujian dari Raka terasa sangatlah spesial. Apa mungkin karena, lelaki di hadapannya ini adalah suaminya?
Makanan di piring Raka sudah habis. Niatnya ingin tambah lagi, tapi Raka berusaha mengontrol nafsunya pagi ini. Masa cuma sarapan, habis 2 piring?
Namun, makanan di depannya ini begitu menggiurkan. Sedangkan perut Raka belum terasa kenyang. Akhirnya lelaki itu memilih menyerah.
"Tambah." Ujarnya jutek.
Wajah Ningrum berubah semringah. Dia bahkan hampir tersenyum bahagia. Baru pertama kali memasak untuk Raka, tapi langsung minta tambah.
Selama ini, Ningrum masak tapi hanya dia yang makan sendiri di apartemen itu. Kadang, ditemani Beni. Dan semua bahan makanan ini, dibelikan oleh Beni atas perintah Raka.
"Baik tuan." Akhirnya Ningrum tersenyum.
Sekilas Raka melirik wajah itu. Senyuman Ningrum begitu menawan. Wanita ini memang memiliki wajah yang amat teduh. Kecantikkannya benar-benar Indonesia. Memiliki hidung yang mancung, bermata bulat yang indah, berwajah Oval, berambut lurus dan sangat hitam, panjang sampai pinggang. Khas wanita Bali pada umumnya.
"Silahkan tuan." Lagi-lagi, Ningrum mengagetkan Raka dari lamunannya.
"Terima kasih." ucap Raka.
Dan Ningrum kembali terkesima. Ini ucapan terima kasih, yang pertama kali didengarnya langsung dari mulut Raka.
"Sama-sama tuan." Ningrum menundukkan kepalanya.
'Apa yang baru aku katakan tadi? Kenapa aku begitu bodoh?' Maki Raka pada dirinya sendiri.
Situasi yang tadinya biasa saja, mulai terasa canggung oleh keduanya.
"Habiskan punyamu!" Raka meletakkan sendok dan garpunya di samping piring kosong.
"Air." pintanya lagi.
Ningrum kembali melakukan apa yang Raka perintahkan.
Setelah meneguk habis isi gelasnya, Raka melap mulutnya dengan tissu. Sebelum berdiri, mata itu dengan liar memperhatikan sekujur tubuh Ningrum.
'Aku baru sadar, ternyata selain cantik, wanita ini juga lumayan seksi.' batinnya lalu beranjak pergi.
Ningrum menghabiskan makanannya, lalu mulai merapikan meja makan tersebut. Setelah itu, mencuci semua perlatan makan yang tadi mereka gunakan.
Raka yang duduk di ruangan tv, memperhatikan dengan jelas gerak-gerik wanita, yang tidak diakuinya sebagai istri.
'Asistenku.' Raka tersenyum kecut, dan kembali menikmati tayangan tvnya.
Karena hari ini adalah hari Minggu, Raka memilih di apartemen saja. Dia bosan jika harus berhadapan dengan para wartawan, yang tidak henti-hentinya bertanya tentang kasus yang tiba-tiba bungkam ini.
-
-
-
-
-
-
-
⬇️
Guys, minta dukungannya dong😁
jangan lupa Like, Rate 5, dan Vote.
Silahkan tinggalkan kritik dan sarannya😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Bos pendik
yes yes yes
2020-12-31
0
Yours Bee
sarapan 2 piring.. maksi bisa 3 piring deh
2020-12-18
0
Esti. W
aduuh jadi kepingin makan juga ..
2020-10-20
1