I AM YOUR WOMAN
Dalam ruangan yang lengang, bunyi ventilator dan mesin oksigen menemani tidurnya Ningrum. Sudah 2 hari, wanita malang itu belum menyadarkan dirinya. Tidak ada satu pun sanak saudara atau keluarganya yang datang berkunjung.
Ningrum adalah seorang wanita yang hidup sebatang kara. Satu-satunya orang yang menjadi keluarganya adalah Putu. Sejak ditinggal mati ayah dan ibunya, Ningrum diangkat oleh kedua orangtua Putu.
Kehidupan Ningrum juga sangatlah memprihatinkan. Ibu Putu selalu menyiksanya, dan sering membedakan mereka berdua. Untunglah Putu tidak berbuat semena begitu, walau kadang dia juga agak egois.
Sementara Wayan adalah teman dari ayah Putu. Lelaki itu sangat kasihan pada Ningrum walau dia selalu bersikap tegas. Itu hanya untuk membuat mental Ningrum kuat.
Pada malam hari, Ningrum membuka matanya perlahan. Tidak ada siapa pun di sana. Cahaya lampu menyilaukan matanya perlahan. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit. Terlebih area kewanitaannya.
Tiba-tiba Ningrum berteriak, mengingat kejadian malam itu.
Para tim medis berlarian menghampiri dirinya. Ningrum memberontak di atas brankar, dia ingin mati saja. Hanya itu yang dipikirkan. Dia ingin menyusul kedua orangtuanya.
Tubuh ini sudah tidak lagi berharga. Tubuh ini sudah sangat hina! Untuk apalagi dia hidup? Selama ini dia menderita, tapi dia tidak pernah mengeluh. Tapi sekarang, dia harus hidup dalam keterpurukkan yang paling dalam.
“Tenang nona!” bujuk seorang dokter lelaki yang berumur 60an. Nampaknya pria itu sudah sangat berpengalaman dalam menghadapi masalah seperti ini.
“Periksa tensi darahnya sekarang!” perintah lelaki itu.
Seorang perawat wanita dengan cekatan memeriksa tekanan darah Ningrum dengan alat yang canggih.
“Bagaimana?” tanya dokter itu, sembari menggerakkan stetoskopnya di sekitar dada Ningrum.
“Sangat tinggi dok.”
“Ahh, cepat atur selang infusnya.” Dokter itu langsung menenangkan Ningrum yang masih saja menangis histeris.
Beruntunglah dalam waktu yang singkat, semua bisa ditangani dengan baik.
Dokter itu menyuntikkan obat penenang di lengan Ningrum. Wanita itu kembali tertidur lelap.
“Apa tidak berlebihan dokter?” tanya perawat tadi.
“Hanya ini cara agar dia bisa tenang. Jika kondisi fisiknya sudah membaik, maka kejiwaannya akan lebih mudah ditangani."
Perawat itu hanya menunduk dan merapikan barang-barang medis mereka.
***
Sementara itu, Raka sedang dihadapkan dengan masalah besar. Kedua orangtua Putu memanfaatkan masalah ini agar dapat mengusir Ningrum sejauh mungkin. Mereka juga bisa memperoleh uang yang banyak.
“Apa yang sudah kamu lakukan?” tanya Ratna kakak dari Raka yang juga hadir dalam acara malam itu. Mereka berdua sedang berbincang di ruangan pribadi hotel Mahadewa.
“Bukan aku kak. Ini semua kelakukan Andika dan Radit!” cetus Raka.
“Jangan menyangkal lagi! Jelas-jelas kamu yang terbaring di samping pelayan itu,” Ratna memijat dahinya karena pusing. Apa jadinya jika keluarga mereka yang di Jakarta tahu?
“Aku berani bersumpah kak. Bukan aku!”
“Mana buktinya??” Ratna menyodorkan tangannya meminta bukti itu.
Raka membuang wajahnya jauh, mengingat kebejatan para sahabatnya malam itu. Mereka begitu tega mengkambing hitamkan dia, dan mencuci tangan dari masalah besar ini.
“Seluruh media sudah menayangkan berita itu. Dan aku tidak tahu apakah keluarga kita sudah tahu atau belum!” jelas Ratna dengan suara serak. Ratna sangat menyayangi adik-adiknya.
Ratna anak pertama, sedangkan Raka anak kedua sekaligus lelaki tunggal, dan yang bungsu adalah Rika gadis cantik berusia 17 tahun.
“Jadi aku yang bersalah?” Raka menunjuk dirinya sendiri.
“Lalu siapa yang akan kau salahkan?”
“Andika!!!” gumamnya dengan penuh amarah.
“Kita harus mengecek kondisi wanita itu Raka!” tegas Ratna.
“Tidak!”
“Kamu harus bertanggung jawab. Wanita itu sangat trauma, aku dengar sendiri dari dokter Fauzan yang menanganinya.”
“Aku tidak peduli dengannya. Mau mati sekalipun itu bukan urusanku!” bantah Raka.
Ratna menghembuskan nafasnya dalam. Sebagai seorang wanita dia sangat tidak tega melihat wanita lain terluka. Ratna sendiri bekerja di lembaga yang melindungi HAM dan Wanita. Apa jadinya jika dia juga lepas tangan. Di mana letak hati nuraninya?
Dengan berat hati, Ratna memutuskan untuk pergi sendirian. Langkah kakinya terasa sangat berat. Dia sendiri yakin Raka tidak mungkin melakukan hal itu. Memang adiknya itu suka sekali bermain wanita, namun semua itu dilakukan tanpa adanya paksaan. Raka bukanlah tipe lelaki yang suka memaksa. Justru para wanitalah yang merelakan tubuh mereka untuk dinikmati secara gratis.
Mata Ratna hampir menjatuhkan air mata, menampakkan pasien kritis itu. Dalam beberapa kasus, Ratna sudah sangat sering berhadapan dengan masalah seperti ini. Dan sebagian besar korban mengalami trauma hingga sakit jiwa.
Ningrum sangatlah cantik bagi Ratna. Kasihan juga jika dia harus diperlakukan kasar. Bekas memar ditubuhnya masih membekas.
Dokter Fauzan masuk, menghampiri Ratna. Mereka sudah saling kenal karena sering bertemu dalam beberapa seminar penting yang membahas tentang HAM dan kejiwaan.
“Kapan dia bisa sembuh dok?” tanya Ratna masih memandang kasihan Ningrum.
“Fisiknya mungkin akan sembuh dalam beberapa waktu ini. Tapi mentalnya, entahlah!”
“Huhhhh, aku tau itu akan sangat sulit.” Ratna menengadah menatap hampa langi-langit ruangan.
“Dia selalu berteriak histeris setiap malam. Dia selalu mengatakan ingin mati!” jelas Dokter Fauzan.
Hati Ratna seperti sangat terpukul. Air mata yang sejak tadi ditahannya mulai jatuh. Tangan kanannya mengusap butiran air itu.
“Baiklah aku pergi dok. Tolong sembuhkan dia, aku akan kembali lagi besok.” Pamit Ratna dan berlalu.
Dokter Fauzan menghelas nafasnya dalam. Dia juga sangat kasihan pada Ningrum. Dari hasil visum, Ningrum mengalami kekerasan fisik yang sangat menyiksa.
***
Ratna melipat kedua tangannya menghadap jendela kamar. Pemandangan laut dari luar sana sama sekali tidak menarik hatinya lagi. Para tamu pesta waktu itu sudah pergi semua. Tertinggal Raka dan kakaknya untuk mengurus masalah ini secepat mungkin.
“Apa yang akan kamu lakukan jika itu terjadi pada Rika?” tanya Ratna.
“Kakak jangan bawa-bawa Rika dalam masalah ini.” Raka bangkit dari duduknya sejak tadi di sofa. Mereka berdua sangat menyayangi Rika.
“Jawab aku!! Apa yang akan kamu lakukan jika itu adalah Rika??” bentak Ratna.
Raka terdiam dan kembali duduk. Dia meremas jemarinya kesal. Kini Andika, Radit dan Fendy terbebas bersih dari perbuatan mereka.
“Jangan membantah lagi, besok kita harus temui dia!” Ratna pun keluar menuju kamarnya.
Raka tersenyum kecut. Dia tidak ingin kekasihnya sampai tahu masalah ini. Bisa-bisa Adelia pergi dari kehidupannya.
Malam yang dilalui Raka kali ini terasa sangatlah singkat. Serasa baru 5 menit memejamkan mata, kini dia sudah dibangunkan Ratna kakaknya.
“Bergegas mandi! Jam 8 pagi kita harus temui dia. Kata dokter Fauzan dia sudah sadar!”
“Apa?” Raka kaget sekaligus senang. Jika begitu, maka Ningrum bisa menjelaskan siapa yang telah memperkosanya.
“Segeralah bersiap!” Ratna melempar handuk pada adiknya dan keluar lagi.
Raka dengan cepat melakukan apa yang diperintahkan tadi.
Tidak sampai 30 menit, dia sudah selesai. Hanya tinggal menunggu Ratna. Bahkan sarapan yang terhidang di meja kamarnya dia abaikan.
Tangannya mengutak-atik ponselnya. Sejak kejadian itu, ketiga temannya sama sekali tidak bisa dihubungi. Seluruh akun sosmednya bahkan diblokir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Mien Mey
knp hrs d per*** oleh lbh dr satu thor 😥tega bner sm perempuan
2021-07-05
0
Bos pendik
like
2020-12-31
0
Yours Bee
tersangkamya bisa bebas...gak adil untuk raka dan Ningrum
2020-12-17
0