Kabut dalam Mangkuk

...BAB 13...

...「Kabut dalam Mangkuk」...

Matahari terbit dari cakrawala, setelah kemarin Elizabeth dan Juliet jalan-jalan sebentar di desa. Dallas saat ini sudah menghilang atas perintah Viel, Bishop bisa kembali kapan saja, dimana saja jika Viel memanggilnya.

"Silahkan dimakan, meski ini tidak banyak, tolong diterima."

"Terima kasih banyak, kami menghargainya." jawab Elise pada Rulid.

Elise dan Juliet diberi daging **** asap dan telur, makanan yang biasa dimakan sebagai sarapan, Elise menghargainya.

"Kalian, nanti mau ngapain?" tanya Axel.

"Hmm? Mungkin kami akan berjalan-jalan di desa."

"Ah, kalau begitu, biar aku yang menemani kalian berdua, gimana?"

"Boleh saja." jawab Elise.

Axel mungkin ingin mengetahui lebih banyak tentang Elise, soal penglihatannya dan juga soal dirinya, pikir Elise.

...×××...

Setelah mereka memakan sarapannya, Axel mengajak Elise dan Juliet berkeliling.

Ada gudang makanan, pertanian, peternakan dan gereja.

"Ini gudang makanannya, tempat ini dipakai untuk menyimpan makanan ternak dan hasil pertanian."

Gudang itu berada di pelosok desa, Elise dapat melihat orang-orang yang sedang membajak sawah dengan kerbau dan bercocok tanam.

"Sudah berapa lama kalian di desa ini?" 

"Entahlah, mungkin itu pertanyaan yang cocok untuk kakek Rulid"

"Hmm~? Itu he~wan apa?"

Juliet tidak tahu hewan apa yang sedang berada di sawah, bagi Juliet, itu adalah hewan yang asing.

"Itu adalah kerbau kami, namanya Rebel."

"Kerbau ya~" 

Setelah itu, Axel lanjut berkeliling di desa, saat ini mereka berada di depan gereja, melihat sebuah taman di sampingnya, ada anak-anak yang sedang bermain.

"Ini adalah gereja kami, bagaimana jika kita masuk kedalam?" Axel menyarankan.

Mereka masuk kedalam, menemukan seorang pastor yang berdiri didepan sebuah patung yang besar.

"Hormatilah dewi Sekhmet, karena ia yang akan memberikan keselamatan bagi kita."

Pastor itu berambut putih dan memakai kacamata, meski hanya mata sebelahnya yang dipakaikan kacamata, yang satunya lagi tidak. Bajunya berwarna hitam legam.

"Sekhmet?" tanya Elise.

"Sekhmet adalah dewi api yang akan memberikan keselamatan kepada kita, dan ini baru pertama kalinya aku melihat kalian, siapa nama kalian?"

"Ah, perkenalkan namaku Elizabeth, Elise, dan ini temanku Juliet."

"Kalau begitu, perkenalkan juga namaku Otis."

Kata dewa dan dewi baru pertama kali didengar oleh Elise dan Juliet, sepertinya mereka tidak memiliki pengetahuan tentang itu.

"Te~mpat ini sama seka~li tidak mena~rik"

"Kurang ajar sekali kau! Beraninya kau berkata begitu dihadapanNya!"

Otis menunjuk ke arah Juliet, menyumpahinya dengan sumpah serapah.

"Ah, tolong maafkan temanku."

"..."

Juliet hanya menatap Otis dengan tatapan kesal dan tidak senang, pendapatnya tentang gereja dibalas dengan sumpah serapah.

"Le~bih baik jika kita pe~rgi dari sini."

"Ah, baiklah kalau begitu." jawab Axel.

Belum lama dari gereja, mereka keluar lagi dari sana.

"Tidak banyak yang ada di desa kami, mungkin kalian ingin berbicara dengan orang-orang di desa?"

"Aku ti~dak mau ya."

"Eh? Hmmm, mau gimana lagi ya," ucap Elise.

"Kami akan menunggu sampai malam nanti, selagi itu, kami akan ngobrol berdua di telaga."

Mereka berdua pergi ke telaga, meninggalkan Axel dan desa itu.

"Ada apa Eli~se? Apa ada yang ingin kamu kata~kan?" tanya Viel.

"Bukan apa-apa, aku pikir kamu tidak nyaman berada di dekat mereka."

"Itu me~mang benar sih."

Viel tidak terbiasa menjadi manusia biasa seperti dirinya dulu sebelum dikhianati, namun setidaknya Viel sudah cukup berusaha untuk berbaur bersama mereka.

"Juliet ya? Itu nama yang bagus."

"He he, itu me~mang nama yang ba~gus."

"Dan kamu terlihat lebih cantik ketika sudah selesai mandi ya, kamu menjadi lebih imut."

"Be-begitu ya." ucap Viel sambil memalingkan muka.

Sekarang masih siang, mereka punya banyak waktu luang untuk digunakan.

Mereka berbicara mengenai diri mereka masing-masing, Elise berusaha sebisa mungkin untuk menceritakan tentang dirinya, apa yang telah dia lalui. Elise tidak menceritakan banyak tentang pengalamannya dengan para bandit, agar Viel tidak merasa bersalah akan hal itu.

Mereka menghabiskan waktunya bersama, serta bersantai dengan Bishop.

"Viel, apa makanan kesukaanmu?"

"Da~ging. Bagaimana denganmu Elise?"

"Entahlah, aku tidak terlalu ingat."

"Itu artinya ka~mu tahu kalau kamu benar-benar lupa inga~tan ya."

Elise tidak terlalu ingat tapi bukan tidak tahu apa makanan kesukaannya, itu adalah bukti bahwa Elise lupa ingatan.

"Kalau begitu, mungkin aku suka madu atau sarang madu? Aku tidak terlalu yakin sih."

"Itu petu~njuk yang cu~kup kuat,"

"Ma~du dan sarang ma~du sa~ngatlah mahal, kemu~ngkinan besar kamu adalah seorang bangsa~wan kaya."

"Hmm, lalu?"

"Ma~du dan sa~rang madu hanya di produ~ksi di kerajaanku, te~ntu saja hasil itu dijual ke kerajaan-kerajaan lain, tapi su~dah tidak ada yang me~njual makanan itu."

"Apa mungkin aku satu kerajaan denganmu?"

Viel telah membantai kerajaan Finsil, jika Elise ada di kerajaan itu, maka mungkin saja Elise bisa selamat karena kekuatannya, namun itu tidak dapat menjelaskan dirinya yang berada di Malefic.

"Kalau begitu, kenapa aku bisa berada di kota Malefic? Dan juga aku tidak bisa mengembalikan waktu lebih dari saat aku berada di sana."

Elise tidak bisa pergi ke masa lalu lebih dari posisi awalnya di kota Malefic.

"Entah, seha~rusnya makhluk penge~tahuan itu tahu sesu~atu ya."

Mereka menghabiskan sisa waktu mereka dengan tidur siang bersama Bishop sampai malam hari tiba.

...×××...

Malam hari tiba, Elise, Juliet dan Axel berada di depan sebuah gua. malam hari membuat semuanya menjadi gelap gulita, untungnya Axel membawa dua lentera untuk mereka, dan satu lagi untuk Axel.

Gua itu sangat berlumut dan basah, jika tidak berhati-hati, mereka bisa saja tergelincir. Perasaan Elise di dalam gua membuatnya merinding. Gua itu sangat sunyi, tidak ada sedikitpun suara didalamnya, saking sunyinya, Elise bisa mendengar suara detak jantung dan pernafasannya sendiri, suara mulutnya, bahkan suara darahnya yang mengalir pun dapat terdengar.

"Apa ini benar-benar tempatnya?" tanya Elise.

"Itu benar, hanya sampai sini saja aku bisa mengantar kalian, jika kalian bertemu dengannya, apa boleh kalian menanyakannya sesuatu untukku?"

"Ho~oh, dan apa pertanyaan itu?"

Axel terdiam sebentar, terlihat agak ragu untuk memberitahu mereka.

"Aku ingin tanya tentang bagaimana cara menghidupkan orang mati." jawab Axel.

Axel ingin mengetahui bagaimana caranya menghidupkan orang mati, Elizabeth tentu saja mempertanyakan Axel.

"Axel, kenapa kamu ingin tahu hal seperti itu?"

"Itu… aku merahasiakannya."

"Ka~lau begitu, tidak usah minta tolo~ng kepada kami!!"

Suaranya bergema jauh kedalam, Elise dan Axel kaget mendengar suara itu.

Juliet menolak membantunya untuk bertanya kepada makhluk pengetahuan, Juliet pikir Axel terlalu mengandalkan orang lain. Enak saja meminta tolong seperti itu, dia pikir dia itu siapa? Berusaha saja tidak, mau merepotkan orang lain.

"Aku ingin menghidupkan ayahku, dan aku ingin kalian merahasiakan ini juga dari ibuku."

"Menghidupkan ayahmu?" tanya Elise.

"Itu benar, alasanku ingin bertemu dengannya adalah itu."

Axel ingin tahu caranya menghidupkan ayahnya sendiri, namun meski sudah diberi tahu, Juliet masih terlihat keberatan dengan permintaannya.

"Kalau begitu, akan kami usahakan ya, namun tolong jangan berharap banyak dariku."

"Begitukah?! Aku sangat berterima kasih!"

"Hmph, da~sar." ucap Juliet sambil menyilangkan kedua tangannya.

Elise dan Juliet masuk kedalam, atau mungkin pergi keluar, rasanya aneh jika dikatakan masuk keluar, mereka pergi kedalam dan menemukan bentangan dataran luas yang kosong.

Sangat kosong dan gelap, ketika mereka semakin jauh ke dalam mangkuk bintang kecil, Elise melihatnya.

Elise melihat bintang-bintang kecil yang sangat banyak dan berwarna-warni, bagaikan berada di luar angkasa.

"Woah!" Elise terkagum.

"Ada apa Elise?" tanya Viel.

"Ah! Benar juga ya, kamu tidak bisa melihatnya. Sayang sekali ya, padahal ini pemandangan yang sangat indah."

"Di ma~taku, semuanya ge~lap gulita sih, untu~ngnya aku bisa mengganti mataku dengan mata anakku, jadinya aku bisa meli~hat dengan jelas."

Viel tidak dapat melihat apapun dengan mata manusianya, namun Viel bukan sekadar manusia biasa, dia dapat berubah menjadi hewan iblis.

"Mereka pergi ke arah sana, ayo kita ikuti."

"Eh? Benarkah? Ka~lau begitu, aku akan mengi~kutimu saja."

Mereka mengikuti arah bintang-bintang itu, semakin jauh dan jauh, daerah sekitar mereka mulai berkabut dan mendingin, Elise tidak menyadari perasaan dingin, tapi dia dapat menyadari kabut yang semakin tebal itu.

"Viel? Apa menurutmu ini tidak aneh?"

"..."

Tidak ada yang menjawab, hanya kesunyian.

"Viel?"

"..."

Untuk kedua kalinya, masih belum ada yang menjawab.

"Vieeel?"

"..."

Elise memanggil lebih kencang, mencari Viel yang kelihatannya menghilang, dia mencari dan mencari, namun tidak dapat menemukan Viel.

"Juliet?!"

"..."

Sesaat Elise menyadarinya, bintang-bintang kecil itu juga sudah menghilang, sekarang Elise sudah tersesat.

"Viel… kenapa… kenapa tiba-tiba kamu menghilang?"

Terpopuler

Comments

KenangHP

KenangHP

next

2020-10-16

1

<××{=ꈤꏂꍏꋪ==>

<××{=ꈤꏂꍏꋪ==>

hadir kak, semangat ya

2020-10-15

1

Shin

Shin

Ini kan mantep. Enak di pandang cover novelnya..

2020-10-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!