Kota Malefic dan Idealisme Elizabeth pt.2

... BAB 7...

...「Kota Malefic dan...

...Idealisme Elizabeth」pt.2...

... ...

"Kekuatan apa?" Tanya Lylith

"Aku memiliki kekuatan untuk mengembalikan waktu ke masa lalu, atau menghentikan serta melanjutkannya."

Elise akhirnya dapat mengatakannya kepada seseorang. Entah apa dia akan percaya atau tidak, Elise berharap saja bahwa ia bisa mendapatkan saran atau lebih baik lagi sebuah bantuan dari Lylith.

"Kekuatan untuk mengembalikan waktu itu sihir yang terkuat, kamu bisa menjadi Tuhan jika kamu benar-benar  memiliki kekuatan seperti itu."

"Menjadi Tuhan…"

"Ada apa? Apa itu bukan jawaban yang kamu harapkan?"

Lylith tidak tahu harus menjawab apa selain itu, Elise sendiri tidak tau banyak tentang kekuatannya sendiri, apa lagi orang lain. Tapi jika memang ada orang yang mengetahui sesuatu tentang hal ini, Elise ingin menanyakan banyak hal padanya.

"Bukan begitu tentu saja, aku tidak menyalahkanmu jika tidak tahu banyak soal ini. Tapi aku punya pertanyaan lain yang mungkin kamu bisa jawab. Aku harap begitu."

"Silakan kalau begitu, aku sangat berharap aku bisa membantumu."

"Aku… sudah kembali dari masa depan, jadinya aku tahu namamu, juga tentang masa depan nanti."

Semuanya menjadi masuk akal bagi Lylith, dan itu seharusnya sudah cukup untuk menyakinkan Lylith bahwa kekuatannya nyata.

"Begitu ya." Ucap Lylith.

"Hmm, itu benar. Besok malam akan terjadi sesuatu yang buruk pada sekelompok bandit, jadinya aku ingin meminta saranmu."

Setelah menceritakan semua yang Elise tahu kepada Lylith, Lylith sepertinya mempunyai sebuah saran.

"Jika kamu bisa seperti itu, kenapa tidak kamu hentikan saja waktunya lalu pergi dari kemah bandit, kemudian kamu baru bisa mengalihkannya."

"Itu… aku tidak terpikirkan untuk menggunakan kekuatanku seperti itu."

"Lagipula, mereka menculikmu kan? Kenapa juga kamu ingin menyelamatkan mereka? Kamu bisa saja menggunakan kekuatanmu untuk dirimu sendiri kan?"

"Mana mungkin aku meninggalkan orang yang akan mati seperti itu, jika aku punya kesempatan untuk menyelamatkan mereka, maka akan aku selamatkan. Meski aku mungkin saja putus asa gara-gara itu."

"Di dunia ini, semuanya adalah makan atau dimakan, bunuh atau dibunuh, tidakkah kamu berpikir demikian?" Kata Lylith.

"Aku tidak terima hal itu, jika dunia ini bisa menjadi lebih baik, kenapa harus seperti itu? Melakukan itu hanya akan menghancurkan dunia ini. Menurutku semuanya dapat hidup dengan setara, tidak peduli mereka lebih kuat atau lebih lemah, semua orang juga dapat saling mencintai tanpa pandang bulu."

Mata Lylith yang sudah lebar, menjadi sedikit lebih lebar saat mendegar idealisme Elise.

"Sangat tidak disangka ya, baru pertama kalinya ada orang yang sanggup berbicara seperti itu. Aku yakin kamu bisa memaksakan idealisme itu kepada mereka, atau mungkin kepada dunia yang luas ini."

"Begitukah? Aku harap begitu ya, menurutmu, apa keinginanku itu buruk?"

"Tidak, tidak sama sekali, aku ingin sekali mengatakannya kepada seseorang, namun aku tidak bisa, padahal diriku ini sering berpikir demikian."

Lylith setuju dengan idealisme, keinginan Elise itu. Malah dia sangat berharap jika seandainya hal itu dapat diwujudkan, meski dia tidak akan merasakannya sesaat jika itu terwujud.

"Kamu juga berpikir begitu? Aku senang mendengarnya ya."

Elise yang dari wajah serius saat dia mengucapkan keinginannya, berubah menjadi wajah senang dan tersenyum manis. Lylith mulai berbicara.

"Hmm, andalkanlah kekuatanmu lebih lagi, kamu pasti dapat mewujudkan segalanya dengan kekuatan maha hebat seperti itu tapi, jangan sampai kamu berbuat dosa."

"Jangan sampai berbuat dosa?"

Memiringkan kepala, Elise tidak yakin apa arti dari jangan sampai melakukan dosa, itu memang seharusnya tidak dilakukan, Elise tidak yakin pernah berbuat dosa, pikirnya.

"Benar. Andalkanlah kekuatanmu jika diperlukan, jangan gunakan kekuatanmu secara semena-mena, itulah maksudku. Jika seandainya itu yang ingin kamu dengar."

"Tentu, terima kasih sudah mengingatkanku akan itu, aku menjadi lega mendengarnya, sekali lagi terima kasih."

Elise mengubah topiknya agar bisa berbicara dengan Lylith dan mengenalnya lebih baik, toh meski dia orang mati, wajah kakunya, dia masih baik bagaikan seorang ibu. Karena meski dia bisa berbicara dengan Lylith sekarang, itu tak akan berlangsung selamanya, jadi sebisa mungkin dia ingin mengobrol selagi ada kesempatan.

"Ngomong-ngomong, soal mimpi Lylith untuk terbang itu, kedengarannya keren sekali ya."

Berbicara sambil tersenyum kagum, mata Elise berbinar-binar saat mengatakannya, tangannya diangkat setinggi dada, dengan tangan dikepal, memberikan postur yang penasaran.

"Ah, benar juga, saat itu aku memang berpikir bahwa itu adalah mimpi yang sangat hebat."

"Waw, apa menurutmu itu mungkin? Menurutku itu tidak mustahil sih."

"Entahlah kalau soal itu, tapi aku sudah cukup senang dapat berbicara denganmu."

"Apa aku boleh mewujudkannya untukmu? Aku harap aku bisa ya."

"Benarkah?! Itu boleh sekali! tentu saja boleh, tapi aku tidak memaksamu lho."

"Tenang saja, aku senang bisa mewujukannya untukmu, menurutku itu juga impian yang sangat keren."

"Aku tidak bisa cukup mengatakan terima kasih padamu, entah itu akan diwujudkan atau tidak, entah itu bohong atau tidak, mendengarnya saja, aku sangat berterima kasih padamu."

"Aah ti-tidak apa-apa kok, aku senang jika aku bisa membuatmu senang."

Lylith menunduk pada Elise, mendapat ucapan yang sangat tidak terduga bagi Lylith.

Disitu Elise sadar kalau mereka sepertinya tidak pernah berbicara dengan orang hidup sejak kematian mereka, meski Elise hanya berbicara dengan Lylith, orang-orang lainnya hanya menonton percakapan mereka, dari luar jendela, di pojok ruangan juga ada.

"Memangnya hanya aku yang pernah kesini?"

"Itu benar, hanya kamu yang berani kesini ya, tidak ada orang lain yang sanggup datang kesini, mungkin karena kamu bukan orang biasa, jadinya seperti itu."

"Kenapa tidak sanggup?"

"Tentu saja, karena mereka takut terkena kutukan yang sesungguhnya tidak ada di kota ini, mereka pikir karena tempat ini sudah menjadi kota mati, jadinya seperti itu ya."

Kota Malefic tidak memiliki sebuah kutukan seperti yang orang pikirkan, Elise tidak tahu kutukan apa yang mereka pikirkan, juga dia tidak tertarik akan hal itu. Elise ada di kandang kuda saat dia kembali ke masa lalu, tapi kali ini Elise tidak memberitahu mereka kalau Elise ada di kandang kuda saat itu.

"Elise, berapa umurmu?"

"Umurku 18 tahun sih, meski badanku membuat orang berpikir aku masih anak baru besar."

"Ah, betapa mudanya kamu ya."

"Lebih baik kamu tidur saja, soal mimpi itu tidak perlu terlalu dipikirkan, masih ada yang lebih penting daripada itu."

...×××...

Elise berada pada perkemahan para bandit, di malam hari, seperti biasanya, dia dipasung di kemah, Elise menghentikan waktu, memotong tali yang diikat pada kakinya, lalu pergi ke sebuah tebing agak jauh dari perkemahan, agar Elise bisa melihat sekitar perkemahan juga, para bandit itu mencari-cari Elise.

"Yah, itu sudah pasti ya."

Malam hari menjadi semakin malam, kemudian hal itu terjadi, monster itu datang, dan Elise menghentikan waktu sesaat itu terjadi, datang ke perkemahan, hanya saja-

"Bagaimana bisa monsternya bisa ada di sini secara tiba-tiba?"

Kematian seperti biasa, kengerian yang sudah biasa dilihatnya di perulangan sebelumnya, disitu Elise melihat seorang gadis kecil yang hanya menggunakan pakaian dalam, wajah yang sudah lama tidak tidur, dia mulai berkata.

"Fuu~ fuu~ Anakku mungkin masih lapar ya, tapi sepertinya masih tersisa satu disini, siapa kau?"

"Viel?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!