Para Bandit

...BAB 2...

...「Para Bandit」...

Elizabeth mengikuti jalan, berjalan cukup lama. Dia belum makan ataupun minum, dan dia sudah berjalan seperti 4 jam lamanya.

Namun Elise tidak merasa lapar maupun haus, juga tidak merasa pegal ataupun capek. Bahkan Elise sendiri tidak menyadarinya. Yang diketahui adalah jalan ini akan membawanya ke sebuah peradaban. Setidaknya itu yang dikatakan Lylith.

Berjalan di sebuah dataran yang mempunyai banyak pohon, namun tidak sebanyak hutan. Langit yang cerah berawan, kemungkinan hujan nanti malam. Elise terkadang harus berhenti untuk mengamati jalannya lagi. Kata Lylith, jalan itu bukanlah jalur yang ada di tanah, melainkan bebatuan yang berjajar, namun jika kamu tidak mengamatinya secara detil, bisa saja kamu kehilangan jalurmu. Bebatuan yang dimaksud adalah bebatuan yang memiliki ukiran samar yang sama dengan bajunya. Entah kenapa bisa sama, mungkin penduduk disitu mengikuti ukiran dari bebatuan-bebatuan unik ini, atau mereka mungkin memahatnya, tapi kesimpulan kedua itu tidak masuk akal.

Dia tidak tahu berapa lama dia harus mengikuti jalan panjang dan samar ini, kemungkinan saja, dia akan kehilangan jalurnya secara tidak sadar. Dia berharap akan mendapatkan sebuah tumpangan.

Dan sesaat dia memikirkannya-

"Heh, lu cantik juga ya"

"Bener tuh! Dia bisa dijual dengan harga yang cukup mahal."

Dia dihadapi oleh sekelompok preman atau bandit. Mata Elise mebelalak terkejut karena orang pertama yang ia temui adalah orang-orang yang menyedihkan.

Dengan melihatnya saja ia sudah paham.

Meski dia sudah bertemu dengan orang lain sebelumnya, namun mereka mengakui bahwa mereka adalah orang mati.

Satu orang yang berada di tengah pandangan Elise adalah orang yang berbicara pertama kali, rambut hitam acak-acakanya, tubuh kekar dan luka-lukanya di wajah, beserta satu mata yang pupilnya terlihat tidak memiliki warna. Ia buta sebelah. Baju yang dikenakannya adalah baju hitam ala bandit.

Sesaat wajah terkejutnya berubah menjadi wajah yang cemas.

Meski begitu dia tetap bersyukur dapat bertemu seseorang, setidaknya mereka dapat diajak berbicara, pikirnya.

Ketiga orang itu sepertinya. Tidak. Ketiga orang itu akan melakukan hal yang jahat kepada Elizabeth.

"Siapa kalian? Bolehkah aku bertanya sesuatu kepada kalian? Aku, saat ini sedang mencari sebuah jawaban."

Itu adalah hal pertama yang dikatakan Elise kepada mereka.

"Hah? Memangnya lu ngapain disini? Anak kecil kayak lu gak seharusnya bisa ada disini." 

"Meskipun tubuhku kelihatan lebih kecil dari kalian, umurku ini sudah 18 tahun genap, dan juga aku tidak yakin aku terlihat seperti anak kecil."

"Yah daripada lu banyak ngomong mending lu ikut kita aja dah."

"Ehh?!"

"Apa yang kau lakukan, lepaskan aku!!"

Genggaman yang sangat kuat mencengkram pergelangan tangan kanan Elise. 

Namun rasanya sama sekali tidak sakit. 

Elise ditarik secara paksa sampai tiba ke sebuah kereta kuda, dimana di dalam kereta itu ada sebuah kurungan besi yang sempit, hanya sedikit lebih besar dari tubuh Elise saat meringkuk.

Tangan Elizabeth diikat dengan tali tambang sama dengan kakinya,  diikat sangat erat agar Elise tidak banyak bergerak di dalam kurungan yang sudah sempit itu. 

"Haaah?!" pikir Elise dalam hati.

Mereka membawa Elise pergi jauh dengan kereta kuda itu. Yah, mungkin saja permintaan Elise terkabulkan, meski yang membawanya adalah sekelompok bandit, setidaknya ini lebih baik dari sendirian pikirnya.

"Maaf, tapi kita akan pergi kemana?"

"Sudah jelas lah? Kita akan menjualmu pada pedagang budak yang ada di kerajaan."

"Ehhhhhh? Kenapa bisa begitu? Kok tiba-tiba aku mau dijadikan budak?!"

...×××...

"Berapa lama kita akan pergi?"

"..."

Tidak ada yang meresponnya.

Keretanya telah berhenti. Sepertinya mereka sudah sampai ke tujuannya, atau mungkin sedang mengistirahatkan kudanya. Karena sudah sangat lama sekali sejak Elise dibawa oleh mereka.

Jika dilihat dari celah-celah kurungan mereka ternyata mereka sedang berkumpul bersama orang lain. Bukan hanya bertiga, namun ada kelompok lainnya, dengan jumlah yang bervariasi, mereka pun membawa kereta kuda mereka sendiri, yang membuat Elise dapat membedakan kelompok-kelompok mereka. Kemungkinan besar mereka juga bandit yang mirip seperti bandit yang menangkap Elise. Itu dikarenakan bukan hanya Elise yang berada di kurungan kecil itu, ada banyak dari mereka dengan ukuran kurungan yang berbeda-beda dengan jumlah yang berbeda-beda. Kemungkinan mereka adalah orang-orang yang akan dijadikan budak seperti kondisi Elise saat ini.

Kelompok bandit lain itu mengamati Elise.

"Dia pasti akan sangat mahal jika dijual ya, tapi daripada dijual dengan harga pasaran, kenapa tidak dilelang saja?"

"Benar juga, mungkin dia akan terjual dengan harga 10 koin suci ya."

"Aku akan dilelang? Bagaimana ini? Aku tidak mau dijadikan budak, aku bahkan tidak tahu menahu tentang dunia asing ini." pikir Elise.

Namun bandit yang menyarankannya untuk dilelang kelihatan tenang dan bijaksana.

Aneh rasanya kalau seorang bandit yang menyarankan hal seperti itu akan mendapat penilaian serupa.

"Lu, siapa nama lu?"

"Namaku Elise, Elizabeth. Hanya itu, aku tidak punya nama belakang."

"Begitu, nama gua Barit si bandit."

Wajahnya yang tenang, janggut pendek dan tipisnya, membuatnya terasa seperti orang berumur 30 tahun keatas.

"Lebih baik lu nurut aja sama kami, dan jangan membantah perintah yang diberikan, atau kau akan ku cambuk." lanjut Barit.

Meski begitu penilaian banditnya masih belum menghilang dikarenakan kalimat mengancam tersebut.

"Anu, kenapa aku ingin dijadikan budak?"

"Tentu saja, karena kau adalah perempuan yang lemah, bahkan tidak memiliki nama belakang, kau adalah orang yang terbuang, memangnya kau harus mengajukan pertanyaan seperti itu?"

"Iya, itu karena aku, saat ini masih punya banyak pertanyaan, dan tiba-tiba saja aku ingin dijadikan budak membuatku kebingungan."

"Apa-apaan."

"Diamlah dan jangan banyak berbicara!"

"Ugh..."

Elise yang menjawab tanpa berpikir panjang dijawab kembali dengan jawaban yang lebih mengancam dan galak.

...×××...

Hanya Elise yang dikeluarkan dari kurungan itu, itu dikarenakan Elise adalah yang paling berharga, paling mahal diantara yang lain, paling cantik, paling imut, paling ramping diantara yang lainnya.

"To-tolong berikan kami makanan." Kata salah satu budak.

"Apa katamu?! Makan aja tanah yang ada di bawahmu, kalo udah kau bisa makan *** lu sendiri!"

Budak-budak yang lainnya diperlakukan kasar ketika mereka mencoba memohon makan, ketika mereka mencoba berbicara satu sama lain, ketika mereka ingin tidur, ketika mereka ingin menangis, ketika mereka meringis kesakitan, ketika mereka menatap para bandit dengan tatapan penuh kebencian serta kemarahan, ketika mereka memberikan ekspresi tidak senang atau ekspresi lainnya, yang diperbolehkan adalah ekspresi kesedihan. Itu sudah cukup kejam bagi siapapun yang masih normal melihatnya.

Waktu telah berjalan sampai tengah malam, di tengah dataran luas ini, mereka minum-minum dan mencoba untuk melecehkan Elise. Tentu saja Elise menolak diperlakukan mesum seperti itu. 

"Hahh?"

Dengan suara melirihkan salah satu bandit itu mulai berkata-kata.

"Oi, oi, kenapa kau mundur kebelakang gitu? Emangnya kau bisa apa kalo udah dipasung seperti itu?" Lanjut bandit itu.

"Tolong jangan dekat-dekat."

Dengan suara sedih dan putus asa, ia meminta tolong ke para bandit itu. Suara ketakutan dan gemetaran, ia yakin mereka tidak akan mempedulikannya.

"Kenapa kalian melakukan ini? Aku tidak mengerti. Bukankah kalian dapat melakukan hal yang lebih baik?"

"Apa maksud lu? Di dunia ini, yang ada hanya makan atau dimakan, bunuh atau dibunuh, hidup atau mati, imajinasi anak kecil lu gak bakalan cocok di dunia ini."

"T-tapi, bukankah itu jahat? Bukankah itu kejam? Bukankah seharusnya bisa menjadi lebih baik seandainya begitu?"

"Hentikan Idealisme konyol lu itu!! lu yang kagak tau apa-apa, yang bisanya bermanja-manja ama emak lu, harus diberi pelajaran!" kata Barit.

"Memangnya itu salah? Bukankah kau berpikir semuanya akan lebih baik jika begitu? Mungkin itu terdengar ambisius bagimu, tapi kenapa tidak bisa? Kenapa tidak? Wajah kalian yang menyedihkan ini, bukankah kalian bisa menjadi lebih baik?! Bukankah kalian berpikir ini adalah perbuatan yang salah?! Tidakkah kalian merasa berdosa?! Memangnya kalian ini apa?! Kalian memiliki hati nurani kan?!! Kalian memiliki pengetahuan akan hal baik dan yang salah kan?! Kalian menganggap diri kalian ini manusia bukan?!!"

Setelah mendengar ocehan Elise yang panjang lebar, Barit mengambil cambuknya dan mulai melambungkan ujung cambuknya ke atas.

Namun sesaat itu juga-

"ROOAARRRR!!!"

Orang itu mati. Mati dihadapannya. Barit Mati dengan cara yang sangat mengerikan, tubuhnya dirobek dari bahu kanannya sampai ke pinggang kirinya lewat belakang.

Darah muncrat kemana-mana, darah yang berwarna merah gelap, dalam jumlah yang sangat banyak, darah itu telah melapisi tanah dengan warna merah tua.

Dibelakang bandit-bandit itu dan di depan Elise, terdapat mahluk buas yang mengerikan. Dengan tubuh beruangnya yang masif disertai dengan tubuhnya yang dilapisi zirah besi yang kusam, ukuran tangan yang seukuran batang pohon, dan kepala harimaunya yang disertai tanduk rusa, itu adalah mahluk yang sangat mengerikan. Melihatnya saja dapat membuat orang-orang muntah dan bergemetar hebat.

"Aaaaaarghhhhh!!!"

"ROOAAAAR!!!"

Seketika orang kedua yang mati dihempas ke sebuah pohon sampai pohon itu runtuh. Namun sebelum pohon itu jatuh ke tanah, pohon itu telah bersandar pada pohon-pohon lainnya.

Orang ketiga,

Orang keempat,

Orang kelima,

Orang keenam dan ketujuh,

Orang kedelapan,

Orang ke-

"Ti-tidak, tolong hentikan."

Tidak menerima kenyataan yang baru saja dikatakan Barit. Kata-katanya telah menjadi sebuah kenyataan yang kejam.

Terlalu kejam, mati dengan cara seperti itu. Ini pertama kalinya bagi Elise, untuk melihat sebuah monster mengerikan ini, rasanya seperti makhluk dari neraka.

Orang ke-17

Orang ke-19

Orang ke-20

Orang ke-21

Orang terakhir itu adalah orang ke-21

Jantung berdetak sangat cepat sampai wajahnya memerah, tubuh yang bergetar hebat, serta giginya yang tidak dapat berhenti bergetar bisa saja dia memotong lidahnya sendiri dengan ketakutan ini,wajah panik dan mata yang begitu ketakutan meminta segalanya untuk berhenti.

Meski begitu, sesungguhnya segalanya sudah berhenti. Tidak sebenarnya masih berlanjut. Hanya berakhir, itulah kenyataannya.

"He-ntikan"

Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan. Hentikan.

..."BERHENTILAH!!!"...

Seketika semuanya berhenti, segalanya mengambang dan menjadi stagnan.

(AU N: Kata Hentikannya bukan untuk dibaca, hanya sebagai kontras saja, ada banyak komen tentang hal ini).

Terpopuler

Comments

gw orang

gw orang

yo

2020-11-12

0

Phoenix is elang

Phoenix is elang

kak aku mempir, ak lanjut pelan pelan bacanya, bagus ceritanya

2020-11-08

2

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

permisii..

cinta pak bos hadir lagi nih.. 😊

semangat ya kakk💪

2020-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!