...BAB 12...
...「Mangkuk Bintang Kecil」...
"Ah, ternyata begitu. Di dekat sini ada desa dan telaga itu biasa digunakan untuk mencuci pakaian ya, dan kamu? Apa kamu disini untuk melindungi ibu ini?"
"Ini ibuku, itu benar, aku menemani ibuku mencuci baju untuk berjaga-jaga."
Mereka sudah selesai mandi, Viel dan Elise bersandar pada Dallas yang sedang tiduran di dekat pohon, si pemuda duduk agak jauh dari mereka dan sekarang ibunya tengah mencuci baju sampai mendengarkan pembicaraan.
"Ja~di? Sia~pa nama ka~lian?"
"Namaku Axel Riff, dan ini ibuku Mia Riff."
Mereka hanya orang desa biasa, penampilan mereka seperti orang desa pada umumnya. Sederhana, tidak berlebihan.
Axel memiliki rambut yang agak panjang untuk laki-laki, terlihat belum dipotong berbulan-bulan, rambutnya menutupi sebelah matanya, tinggi badannya sedikit lebih tinggi dari Mia, dia terlihat cukup lemah untuk seorang pemuda pada umumnya. Umurnya mungkin sekitar 15 atau 16 tahun.
Mia mempunyai mata yang berwarna hijau, sama seperti anaknya. Hanya khasnya saja agak unik, dia terlihat seperti seorang ibu yang bekerja sangat keras untuk kehidupan keluarganya.
"..."
"..."
Seketika hening, membuat suasananya menjadi canggung, mereka tidak tahu harus berkata apa, namun ibu itu yang memulai percakapan.
"Kalian, bagaimana dengan nama kalian?"
"Ah, namaku Elise dan ini temanku…"
Nama Viel sepertinya cukup dikenal secara umum, jika Elise memberitahukan nama temannya, situasi mungkin akan berubah menjadi panik.
"Na~maku Juliet, itu kare~na aku lahir di bulan juli."
Viel menjawab dengan tenang, memberi tahu nama samarannya, tapi ketika Viel bilang dia diberi nama itu karena dia lahir di bulan juli, membuat Elise berpikir kalau nama Viel itu nama samarannya, dan Juliet adalah nama aslinya.
"Nama kalian seperti nama bangsawan ya." ucap Axel.
Axel melihat dengan mata sipit, dan ibunya terlihat agak khawatir dengan nama Elise dan Juliet.
"Me~nurutmu akan ada dua gadis bangsawan pergi berke~lana?"
"Ahaha, benar juga ya, tidak mungkin akan ada bangsawan disini, kamu ini ada-ada saja ya Axel." ucap Mia.
"Ah, benar juga ya, aku kelewat khawatir, tolong maafkan aku."
"Itu tidak apa-apa kok, tapi memangnya ada apa dengan bangsawan?"
"Tidak, bukan apa-apa, hanya saja jika ada bangsawan disini, kami tidak tahu harus melakukan apa ya." jawab Mia.
"Bangsawan itu cukup kuat, namun yang membuat kami khawatir dengan mereka adalah sikapnya. Mereka datang kesini pasti untuk melakukan hal yang semena-mena." lanjut Axel.
"Jika ka~lian khawatir, itu artinya ada bangsawan yang pe~rnah atau mungkin sering da~tang kesini ya~"
Elise ingin menginap atau mungkin tinggal di desa mereka jika diperbolehkan, Elise memiliki tujuan untuk mencari tahu tentang dirinya lebih lagi, tetapi jika bangsawan itu adalah masalah yang akan dihadapi Elise, maka mereka akan merepotkan desanya.
Namun Elise akan mencari solusi untuk masalahnya, Elise mungkin dapat mencari cara untuk itu. Jika seandainya itu akan terjadi. Harapannya tentu saja tidak.
Bangsawan itu kuat. Elise tidak yakin apa rencana yang sebaiknya dia lakukan seandainya itu terjadi.
"Jadi? Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Mia.
"Kami tadinya ingin mandi saja, namun saat mengetahui ada sebuah desa dekat sini, kami harap agar bisa menginap. Tentu saja, aku akan membayarnya dengan uang sebagai gantinya."
"Oh? Kalau begitu kalian bisa membicarakannya dengan kepala desa, Axel dan aku akan mengantar kalian."
Juliet terlihat tidak nyaman dengan keputusan sepihak Elise, Juliet menarik lengan bajunya, berbisik.
"Kamu yakin Elise? Mere~ka terlihat memiliki masa~lah di desanya, lebih baik jika kita tidak terlibat."
"Jika mereka punya masalah, bukannya kita harus menolong mereka?"
Elise tentu saja ingat perkataan Goin di perkemahan, jika Elise menolong mereka, membuatnya diandalkan, maka Elise bisa saja dimanfaatkan.
...×××...
Mia dan Axel mengantar mereka ke desa. Semuanya terlihat biasa, kecuali para penduduk yang menatap mereka dengan tatapan takut, ada juga dengan tatapan kesal ataupun remeh.
Mia mengetuk pintu, memanggil kepala desa keluar.
"Kepala desa! Kepala desa!"
Pintu terbuka, terlihat seorang kakek yang sehat. Rambutnya belum sepenuhnya memutih, namun jelas dapat dilihat dengan mata, wajahnya agak keriput.
"Ada apa? Padahal lagi enak-enaknya tidur."
"Ada pengunjung" jawab Mia.
"Oh? Biarkan mereka masuk."
Rumahnya tidak terlalu luas atau kecil. di ruang tamu, ada sofa yang usang beserta meja dan lainnya, tempat itu terlihat seperti rumah biasa jika dilihat secara sekilas namun, rumah itu memiliki nuansa unik, bisa dibilang antik dan terasa seperti rumah model lama. Elise merasa santai disana.
Mereka saling memperkenalkan diri masing-masing, menjelaskan apa tujuan mereka. nama dari kepala desa itu adalah Rulid.
"Jadi begitu tuan kepala desa, apa kami diizinkan untuk tinggal disini?" ucap Elise.
"Tentu boleh kok, kami akan menerima kalian disini." jawab Rulid.
Elise tersenyum senang sedangkan Juliet memberi wajah yang cemberut.
"Ada apa Juli?" tanya Elise.
"Ti~dak, bukan apa-apa kok, tapi bagai~mana dengan tujuanmu Eli~se?"
"Soal itu, kita tidak perlu terburu-buru ya, kamu juga harus bersantai sesekali."
Semua orang desa di ruangan itu penasaran dengan tujuan Elise, menanyakannya kepada Elise.
"Jika kami boleh tau, apa tujuanmu sebenarnya?"
"Mema~ngnya apa uru~sannya dengan ka~lian?"
"Viel! Itu tidak sopan!"
Elise menutup mulut Juliet, panik karena mulutnya. Kemudian Elise menyadari kalau dia keceplosan memanggil Juliet sebagai Viel.
"Fi?" ucap Mia dengan bingung.
"Eh? A-apa aku bilang sesuatu?"
Elise berpura-pura tidak tahu dengan apa yang telah dikatakannya, beruntungnya Rulid mengganti topik pembicaraan kembali kepada tujuan Elise.
"Lupakan soal itu, apa kami tidak boleh tahu tujuanmu?"
"Ah, bukan begitu, aku ini lupa ingatan tentang masa laluku, dan aku ingin mencari tahu soal itu."
Rulid, Mia dan Axel menatap satu sama lain, memikirkan apa yang bisa mereka bantu dengan itu.
"Hmm, beruntung sekali ya, aku rasa aku tahu apa yang dapat kamu lakukan untuk itu, meski aku tidak bisa menjamin apa-apa ya."
Elise dan Juliet melihat Rulid dengan terkejut, mereka berdua memperhatikan Rulid dengan seksama.
"Kalian bisa pergi ke mangkuk bintang kecil, meski butuh seseorang dengan kemampuan melihat roh."
"Mangkuk bintang kecil?" Elise dan Juliet bertanya.
"Namanya seperti itu karena tempat itu dikelilingi oleh pegunungan, jika dilihat dari ketinggian, maka akan terlihat seperti sebuah mangkuk, dan bintang kecil itu adalah roh kecil dalam jumlah yang sangat banyak, bagaikan melihat bintang pada malam hari namun bintang-bintang itu berada dibawah."
"Woah." Elise dan Juliet terkagum.
"Lalu, soal kemampuan melihat roh itu apa?" tanya Axel.
"Kemampuan untuk melihat pecahan cahaya kecil itu, dengan begitu kalian dapat bertemu dengan makhluk pengetahuan, mereka akan mengantar kalian kepadanya."
Kemampuan seperti itu mungkin dimiliki oleh Elise. Pertama kali Elise di Malefic, dia melihat hal yang serupa, Elise dapat melihat Lylith dan yang lainnya. Semuanya menjadi semakin masuk akal.
"Sepertinya aku memiliki kemampuan seperti itu."
"Benarkah?!" tanya Axel.
Elise menatap Axel dengan terkejut, mendekati Juliet karena merasa takut.
"Ma-maafkan aku, aku selalu ingin pergi kesana untuk mencari makhluk itu."
Juliet menatap Axel dengan kesal, karena telah membuat Elise merasa takut.
"Kalau begitu, kami akan pergi kesana besok malam, jika Axel ingin ikut sih boleh saja." ucap Elise.
"Terima kasih banyak." Axel berkata.
"Tunggu dulu, ibu tidak setuju dengan keputusanmu itu ya, kalian berdua juga tidak boleh pergi kesana, terlalu berbahaya."
Mia melarang Axel dan yang lainnya untuk pergi ke mangkuk bintang kecil, alasannya karena itu adalah tempat yang berbahaya. Tapi, bahaya untuk Elise bukanlah apa-apa, itu karena Elise kekal.
"Kenapa tidak boleh ibu?" tanya Axel.
"Siapa pun yang pernah pergi kesana, jarang ada yang kembali, jika ada pun, mereka dalam kondisi rusak."
"Rusak?" Elise bertanya.
"Benar, mereka yang pernah kembali dari situ akan kehilangan akalnya."
Jika begitu, maka hanya Elise yang boleh pergi kesana, Elise bisa memutar ulang waktu jika ada yang buruk terjadi, oleh karena itu Elise akan pergi.
"Kalau begitu-"
"Aku ti~dak setuju jika kamu ingin pergi se~ndiri."
Membaca pikiran Elise, Juliet menolak untuk ditinggalkan sendiri, juga khawatir dengan Elise.
"Hmm… apa tidak ada cara lain?"
"Kalian akan diberikan sebuah ujian, dan ujian itu sendiri adalah jawaban yang kamu cari Elise." jawab Rulid.
"Ujian… apa kamu mau ikut denganku Juliet?"
Elise tidak mempedulikan larangan dari Mia, mengajak Juliet pergi ke mangkuk bintang kecil.
"Ya, tentu saja~lah."
"Tunggu sebentar! Apa kalian tidak mendengarkanku?!"
"Maaf, tapi aku akan mengingat nasehatmu, terima kasih." jawab Elise.
Elise dan Juliet akan pergi ke mangkuk itu, mulai besok malam, petualangan mengerikannya akan dimulai, demi mencapai tujuan Elise mengembalikan ingatannya. Elise merasa kalau itu adalah ingatan yang amat teramat penting untuk dilupakan, maka tidak peduli apa rintangannya, Elise akan melewatinya bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Pena Remaja
Hai Thor aku mampir nih semangat yah 💪
2020-10-14
1
INKHEART
hemm .... alurnya? rada berat. tapi tetep enak diikutin kok 👍👍👍
ide plot cerita yg bagus 👍👍👍👍
lanjutin thor.
2020-10-14
1
Heeseung?
Mazino Back again bawa Like^^
2020-10-13
1