...BAB 4...
...「Arti Kekejaman」...
"Namaku Elizabeth, Elise."
"gua nggak ingat ngasih tau nama gua sama lu, ini juga pertama kalinya gua ngeliat muka lu."
Tempat kemah yang didirikan oleh para bandit, itulah tempat Elise dan Barit berada. Duduk di dalam kemah itu, berada dua bangku dan satu meja, tempat duduknya berada pada sisi yang berlawanan pada meja.
Bandit yang ada kali ini tidak mencapai 21 orang seperti sebelumnya, namun baru sekitar 13 orang saja.
"Memang tidak pernah, tapi aku pernah bertemu denganmu, kamu tidak mungkin mengingatnya."
"Kalaupun itu benar, memangnya kenapa gua kasih tahu nama gua ke lu?"
"Entahlah, kamu menanyakan namaku, setelah ku jawab, kamu memperkenalkan dirimu."
"Itu, sebenarnya kapan?"
"Itu, umm, sebenarnya itu tidak pernah terjadi padamu yang ini, tapi itu terjadi pada dirimu yang lain."
"Hah?"
Elise tidak ingin mengatakan kekejaman yang dia lihat sebelumnya. Rasanya tidak masuk akal, dan rasanya juga dia tidak ingin orang lain mengetahui permasalahan penting itu.
"Dasar, gua ga ngerti kenapa lu bisa tau, tapi kalo begini kondisinya, mendingan lu nggak kasih tau sama orang lain persoalan nama gua, sama para bandit lainnya."
"Baiklah." Jawab Elise.
"Ya ampun, betapa ngerepotinnya hari ini."
Suara tidak puas dan lelah memenuhi kalimat tersebut.
"Memangnya apa yang terjadi hari ini?"
"Banyak saja kesialan yang terjadi belakangan ini, kuda kami yang merajuk, roda kereta yang rusak, juga hewan-hewan buas yang mengamuk entah kenapa, padahal biasanya mereka membiarkan kami lewat."
"Umm, soal itu."
"Kenapa lagi?"
Elise agak ragu mengatakannya, karena mengingat kejadian waktu itu, membuat Elise ingin kabur dan meninggalkannya.
"Kalian harus pergi dari sini, aku jamin itu akan lebih baik."
"Apa maksudmu? Lebih baik dari apa?"
Elise tidak ingin mengatakannya, dia tidak boleh. Tapi bagaimana caranya agar mereka dapat pergi dari sini tanpa memberitahunya? Elise tidak punya kata-kata yang dapat menyakinkan mereka semua.
"Ini hanya sekadar firasatku, namun firasatku ini sangat akurat dan aku mempercayai firasatku ini."
"..."
"Malam nanti akan ada hal yang buruk terjadi, lebih baik kalian pergi dari tempat ini."
Elise memang tidak memberitahunya secara langsung, namun itu sudah bisa dianggap memberitahunya, meski bukan fakta lengkap yang diucapkan.
"Hah?! Maksud lu apaan sih? Lu mau kita pindah dari sini? Lu kira gua bakal percaya omongan lu?! Lu tau gak betapa repotnya kami nyiapin semua ini?"
"Maaf, tapi ini jauh lebih penting dari hal itu. Jika kalian tidak mau, maka aku akan cari jalan lain."
"Begitukah? Kalau memang begitu, jadinya akan lebih baik."
"Tapi memangnya kenapa kamu merahasiakan namamu?"
"Kenapa? Yah soal itu…"
Barit si bandit adalah nama dan julukan aslinya, namun alasan dia merahasiakan namanya seharusnya sudah jelas, tapi mungkin saja tidak.
"Apa kamu juga punya hutang judi?"
"Jangan asal samakan aku dengan orang lain, dia punya masalahnya sendiri. Tapi soal aku yang punya hutang memang tidak salah, tapi itu bukanlah hutang uang, namun hutang budi."
'Hutang budi?' Itulah yang dipikirkan Elise terhadap jawaban itu. mungkinkah Barit punya hutang budi terhadap para bandit yang lain? Jika memang iya kenapa dia yang menjadi ketuanya?
"Boleh aku tahu ceritanya?" Elise bertanya.
"Tidak, lupakan saja soal itu, kau tidak perlu tahu lebih jauh lagi."
Elise berpikir bahwa itu merupakan alasannya menjadi ketua bandit ini, mungkin saja yang memulai perkumpulan ini adalah Barit si bandit. Itu bukanlah sebuah kemungkinan, tapi memang seharusnya begitu.
"Kalaj begitu, apa ada sesuatu yang dapat kubantu?"
Elise sepertinya menjadi tidak sadar dengan alasannya disini, dia malah memilih membantu daripada menyakinkan Barit dan para bandit untuk pergi dari tempat itu.
"Jika kamu ingin membantu, mungkin kamu bisa ke kemah makanan dan minuman, kamu bisa menyiapkan kami masakan-masakan ataupun minuman saat kami bekerja."
"Ohhh, baiklah-baiklah."
Elise menjawab dengan mata yang berbinar, dia menjadi semangat dengan pekerjaan yang diberikannya. Dia menjawab dengan penuh senyuman, membuat Barit ikut tersenyum juga.
"Disini ya?"
Sebuah kemah yang lebih besar dari yang lainnya, kemah berbentuk bulat yang mirip-mirip dengan yang lain. Masuk kedalamnya, Elise menemukan peralatan memasak, persediaan makanan, minuman, dan lainnya.
"Yosh, aku akan tunjukan bakatku ya, hehe."
Dia berbicara sendiri dengan penuh semangat dalam dirinya, juga sedikit kesombongan di dalam kalimatnya.
Dia harus mendapatkan kepercayaan Barit dan para bandit sebelum besok malam, jika tidak maka kematianlah yang akan menghampiri mereka.
Elise mengambil beberapa gelas di meja, mengambil nampan untuk menaruh gelas-gelas itu, dan mengisinya satu-satu dengan sebuah minuman yang tidak Elise ketahui.
"Apa ini minuman keras?"
Elise tidak ingin mencicipinya, namun ia ingin mengetahuinya, karena Elise tidak boleh memberikan miras pada mereka, itu tidak sehat pikirnya.
"Baunya manis, mungkin saja ini seperti jus buah ya."
Elise sendiri tidak yakin, juga dia tidak menyakinkan dirinya lagi dengan mencicipinya, padahal dia pikir itu adalah jus buah.
Membawa 10 gelas dalam nampan, disusun dua gelas kebawah dan lima gelas ke samping. Elise sangat berhati-hati dalam membawanya, karena ini pertama kali dia melakukan hal serupa, dia juga takut melakukan kesalahan.
Membawanya ke para bandit yang duduk di bawah meja persegi panjang, dengan bangku panjang di kedua sisinya, dan atap kemah untuk menutupi mereka dari sinar matahari yang panas.
"Permisi, ini minuman kalian."
Mengatakannya dengan sedikit canggung, namun masih tersenyum, dia ditatap oleh mereka semua secara bersamaan. Membuat Elise bergidik terhadap tatapan-tatapan itu.
"Uhmm, anu, begini, namaku Elizabeth, Elise. Aku disini untuk membantu kalian sedikit."
"Hooh, tidak kusangka ada pekerja perempuan disini ya, Hahaha!"
"Benar, baiklah, baiklah, taruh saja disini dan kita dapat mengobrol bersama kan?!"
Mereka terlihat ramah saat berbicara, berbeda dengan waktu yang sebelumnya. Elise menurunkan kedua pundaknya yang tegang, sekarang dia sudah menjadi lebih santai, mengetahui mereka tidak berpikir hal yang jahat terhadap Elise.
"Oh, baiklah."
"Apa aku harus membawa makanannya juga?" Lanjut Elise.
"Tidak, itu nanti saja, kau boleh duduk santai disini sebentar." ucap Goin.
Semua bandit di perkemahan itu berada pada di tempat yang sama, tidak termasuk Barit.
Setelah duduk disana, mereka mulai berbincang-bincang tentang hal yang cukup umum, seperti hari ini cerah, syukurlah kita bisa sampai kesini, kemarin banyak sekali yang terjadi ya, dan lain-lain. Sampai ada yang bertanya-
"Ely, dari mana asalmu? Bagaimana bisa Ely sampai kesini?" Kata bandit yang lain.
"Ah, itu, aku juga tidak tahu darimana asal mulaku, mungkin saja aku lupa ingatan atau semacamnya. Tapi aku lega ada seseorang yang ingin membantuku."
"?"
Wajah Goin berubah setelah Elise mengatakan hal demikian, kemudian Goin bertanya kepada Elise.
"Begimana caranya kau tau banyak hal saat itu, padahal kau sendiri lupa ingatan tentang masa lalumu?"
Para bandit sudah mengetahui siapa yang membawa Elise, dan yang pertama bertemu dengannya. Mereka semua juga terlihat penasaran.
"Aku sebenarnya mencari kalian untuk membawaku kesini. Aku punya firasat yang sangat akurat."
"Firasat? Lalu apa yang kau bicarakan bersama Barit?"
Dari kalimat Goin barusan, Elise mengetahui bahwa nama Barit sudah mereka ketahui, jadinya Elise tidak akan berhati-hati lagi mengatakan namanya di hadapan mereka. Tapi soal pertanyaan itu Elise bisa saja menjawabnya, karena sepertinya mereka mungkin akan percaya terhadap Elise.
"Akan ada hal yang buruk terjadi pada kalian besok malam, aku bilang kepada Barit untuk segera pergi dari tempat ini."
"Hal yang buruk? Seperti apa?" Tanya Alto.
"Itu… aku tidak bisa mengatakannya."
"Jika Ely tidak mengatakannya, maka tidak ada satupun dari kami akan percaya."
Dihadapkan pernyataan itu, membuat Elise menjadi putus asa. Dia bukannya tidak bisa mengatakannya kepada mereka, hanya saja dia tidak sanggup mengatakannya. Entah apa yang akan terjadi jika Elise mengatakannya.
Tidak akan ada hal buruk yang terjadi.
Elise baru saja memikirkan hal itu, dan dia mulai memberikan petunjuk daripada jawaban. Karena Elise pun masih takut. Dilihat dari wajahnya saja kau akan tahu.
"Hal yang Kejam."
"..."
"..."
Keheningan memenuhi perkemahan. Mereka memberikan raut wajah terkejut, tapi kemudian-
"Begitu ya! Baiklah, apapun yang akan terjadi besok malam, kita akan selalu siap siaga!" Kata Garfiel.
Mengatakannya dengan penuh semangat membuat wajah para bandit bertekad. Wajah Elise pun menjadi lebih tenang.
"Kami akan percaya pada Ely ya."
"Tenang saja, kau akan baik-baik saja. Kami akan melindungimu ya. Kami bersumpah atas nama Barit si bandit." Ucap Goin.
Sesaat Elise mendengarkan kalimat itu dari Goin, Elise merasa terkhianati oleh tekadnya. Tekad untuk melindungi Elise, bukannya diri mereka sendiri. Benar juga ya, mereka semua mati dengan mudahnya, tidak mungkin dapat bertahan dari monster berbadan masif itu.
"Aku akan baik-baik saja! Kalian seharusnya pergi dari sini! Seharusnya jangan pedulikan aku!"
"Oi, oi tenang dulu, gua ga tau kenapa kau setakut itu, memangnya sekejam itu apa?"
"Begitulah." Jawab Elise.
Malam ini mereka semua tidur di kemah mereka masing-masing. Elise tidur di kemah pribadinya sendiri, kemah yang sedikit lebih besar dari yang lainnya, dia berbaring tidak bisa tidur.
"Bagaimana ya."
Elise tidak dapat memikirkan suatu solusi konkret untuk kekejaman besok malam.
"Kenapa? Kenapa monster itu menyerang? Apa alasannya? Jika memang benar aku kembali ke masa lalu, seharusnya besok hal itu akan terjadi lagi."
Elise memikirkan tentang kekuatan andalannya, kekuatan satu-satunya yang dia punya. Yang baru saja dia gunakan tidak lama ini. Dia tidak merasakan berat pada bajunya, dia tidak merasakan lapar maupun haus, dia juga tidak merasakan lelah sedikitpun.
Kemungkinan besar, dia juga tidak dapat merasakan rasa sakit seperti luka ataupun bagian tubuhnya tidak akan terpotong. Jika memang begitu, yang dipikirkan Elise adalah memancing monster itu jauh dari tempat perkemahan. Untuk itu, dia harus mencari monsternya dulu dan langsung memancingnya menjauh.
Dia akan mempersiapkan diri untuk rencananya besok. Karena jika mereka tidak ingin pergi, maka satu-satunya cara adalah membuat monster itu pergi.
"Aku harap aku bisa melakukannya sendiri ya."
Elise berkata begitu, berharap dia dapat melakukan hal seperti itu. Dia tidak ingat masa lalunya, dia tidak tahu kenapa dia ingin melakukan ini, kenapa dia bisa ada di dunia asing ini. Namun Elise yang mempunyai idealisme bertolak belakang dengan kondisi dunia yang makan atau dimakan, dibunuh atau membunuh, Elizabeth sudah menentukan sebuah tujuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
bocil diantara para bandit. Betah amat tuh bocil 😂😂
2020-11-11
1
miqaela_isqa
Garfiel 😄 kucing oyen mampir kemari kah
2020-11-01
1
Angelenzyy
Kerenn parrahhh. Next ya thorrr semangat up-nyaa
Kalau ada waktu main ke kisahku ya Thor yang The Black Missions atau The Hidden Love
2020-10-24
1