Fandy memarkirkan mobilnya di bantu oleh tukang parkir di tepi jalan raya Kota tua, Jakarta. Suasana ramai dan hiruk pikuk para pengamen jalanan menyambut mereka yang baru saja turun dari mobil.
Raline tersenyum saat melihat beberapa orang yang sengaja memakai kostum hantu demi menarik perhatian para pengunjung untuk berfoto bersama mereka.
"Mau foto?"
Fandy bertanya kepada Raline saat ia mengikuti arah tatapan Raline yang tertuju kepada orang-orang berkostum hantu.
"Yuk foto berdua yuk..!"
Seru Raline sambil menarik lengan lelaki itu agar segera mengikuti langkah kakinya.
Mereka mengambil beberapa foto dengan ponsel Raline di bantu oleh rekan pemuda yang menggunakan kostum. Setelah puas mengambil Foto, lalu Fandy memasukan dua lembar uang lima puluh ribu ke dalam kaleng berisi uang yang sengaja di letakan pemuda berkostum di depannya. Agar siapa pun yang mengambil foto dengan mereka akan memberikan mereka tanda terimakasih seikhlasnya.
Merekapun menyusuri para pedagang kaki lima hanya sekedar melihat-lihat. Fandy pun sesekali mengajak Raline untuk berfoto bersama di tengah-tengah keramaian.
Jujur saja, ini pertama kalinya bagi Fandy jalan-jalan dengan seorang gadis di pasar malam. Sedangkan gadis-gadis sebelumnya selalu meminta dirinya untuk jalan ke tempat-tempat yang mewah. Tetapi, kali ini ia sangat menikmati suasana ramai di pasar malam itu. Karena Raline yang selalu tersenyum gembira saat di pasar malam itu.
Raline menghentikan langkah kakinya di depan gerobak bakso. Lalu memesan dua mangkuk bakso untuk dirinya dan Fandy. Lalu mereka duduk lesehan di tikar yang sudah di sediakan oleh sang pedagang.
Fandy memperhatikan senyum di wajah Raline. Entah mengapa dirinya kini sangat candu dengan senyuman itu.
Jantungnya mulai berdetak kencang, saat matanya bertemu pandang dengan mata Raline. Gadis itu pun kembali tersenyum manis.
"Terimakasih ya, sudah ngajak aku kesini. Aku senang sekali"
Ucap Raline, Fandy pun hanya mengganguk sambil membalas senyuman gadis itu.
"Tentang Roy, dia kekasih kamu ya?"
Tanya Fandy, Raline pun langsung menghela napas panjang. Raut wajahnya pun mulai berubah sedih.
"Iya dia kekasihku, hanya saja....."
Raline menghentikan ucapannya.
"Ya sudah kalau memang tidak mau menceraikannya"
Ucap Fandy sambil menerima dua mangkuk bakso yang di berikan oleh penjual bakso tersebut. Lalu ia meletakan satu mangkuk bakso di depan Raline.
"Sebenarnya, aku menunda-nunda menikah karena aku sedang menunggunya, aku terlalu bodoh terlalu setia kepadanya"
Raline tertunduk sedih.
"Aku menunggunya, tetapi ia ternyata menganggap semua berakhir saat ia meninggalkan Indonesia"
Sambung Raline lagi sambil mengaduk-aduk kuah baksonya dengan asal. Fandy pun hanya mampu menatap iba gadis di depannya itu.
"Tetapi, apa pun itu, aku ingin mengucapkan terimakasih kepadamu. Kamu sudah membantuku menyelamatkan harga diriku di depannya. Andai saja bila kamu tidak datang, mungkin aku akan habis terhina olehnya"
Raline menatap Fandy dengan genangan air mata di pelupuk matanya. Fandy hanya tersenyum tipis, lalu menyentuh pipi Raline dengan lembut.
"Sekarang sudah ya sedihnya, baksonya di makan, nanti dingin"
Ucap Fandy sambil menyendokan baksonya untuk ia makan.
Setelah selesai makan, Fandy pun membayar dua mangkuk bakso itu dengan uang pas. Lalu ia beranjak mendekati Raline yang sedang berdiri terpaku melihat dan menikmati alunan musik cinta yang keluar dari gesekan biola tua yang di mainkan oleh pengamen yang berdiri di depan pintu museum.
"Kamu tunggu disini ya, aku mau ke toilet"
Ucap Fandy, Raline pun hanya mengangguk tanda ia setuju menunggu lelaki itu.
Fandy berjalan menuju pasar malam lalu ia menghilang di tengah keramaian orang yang sedang lalu lalang.
Tidak terasa sepuluh menit sudah Raline menunggu, ia pun mencoba menoleh kebelakang mencari sosok Fandy.
"Ah.. mungkin toiletnya ngantri"
Batinnya.
Setelah dua lagu di mainkan, pengamen jalanan itu pun kini melantunkan lagu beautiful girl milik penyanyi lawas Jose Mari Chan dengan biola tuanya. Yang membuat suasana malam itu semakin syahdu.
Raline ikut bernyanyi mengikuti suara merdu vokalis jalanan. Tiba-tiba sebuah boneka lucu muncul persis di depan wajah Raline.
"Hai beautiful girl... jangan nangis lagi ya... kalau kamu nangis wajahmu terlihat sangat jelek"
Boneka di gerakan oleh tangan seseorang dari belakangnya, boneka itu pun Seakan-akan sedang berbicara kepadanya. Raline pun menoleh ke belakangnya. Ia melihat wajah Fandy lengkap dengan senyuman khasnya.
Raline mengulum senyumnya lalu meraih boneka itu dari tangan Fandy.
"Terimakasih... hanya kamu yang paling mengerti aku"
Ucap Raline sambil mengecup pipi kiri Fandy.
"Ayo kita pulang"
Ajak Raline lalu jalan mendahului Fandy sambil menimang-nimang boneka yang baru saja Fandy belikan untuknya.
Kini Fandy terpaku menatap punggung gadis yang mulai jalan menjauh menuju parkiran. Perlahan Ia pun menyentuh pipi kirinya, masih terasa hangat bibir Raline yang membekas di permukaan kulitnya. Jantungnya berdegup kencang tak beraturan, dengkulnya terasa lemas dan pipinya pun memerah.
"Apa aku jatuh cinta kepada Raline?"
Gumamnya.
"Ayooo... kok malah diam?"
Ucap Raline yang sudah berdiri beberapa meter dari Fandy, sambil memanggil lelaki itu dengan isyarat tangannya. Fandy pun hanya mengangguk dan menghampiri Raline, Lalu mereka berdua bergegas kembali menuju kediaman orangtua Raline.
Sepanjang perjalanan Fandy hanya diam tanpa sepatah katapun. Sedangkan Raline sudah mulai terlelap di jok penumpang tepat di sebelah Fandy.
Setiap mobilnya harus berhenti melaju saat di lampu merah, Fandy selalu memandangi Raline.
"Iya.. aku rasa aku sedang jatuh cinta denganmu.., tetapi apakah kamu juga merasakan hal sama Raline?"
Batinnya, Bunyi klakson dari mobil di belakangnya pun membuat Fandy terpaksa melepaskan pandangannya dari wajah Raline, lalu ia kembali menjalankan mobilnya.
...
Tepat pukul dua belas malam, mereka pun tiba di kediaman orangtua Raline.
Suasana rumah sudah terlihat sepi, karena semua orang sudah tertidur dengan lelap.
Fandy merogoh kunci rumah yang ia bawa saat meninggalkan rumah dari saku celananya. Ia bergegas turun dari mobil dan membuka pintu depan rumah dengan anak kunci di tangannya.
Pintu pun buka dengan lebar, lalu ia kembali ke mobilnya dan membopong tubuh Raline sampai ke kamar dan merebahkannya di atas ranjang.
Fandy menutup pintu kamar Raline lalu beranjak ke pintu depan dan menutup pintu depan lalu menguncinya. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju dapur dan membuat segelas kopi.
Ia duduk di depan televisi sambil menyeruput kopi yang baru saja ia buat. dan meletakan nya di atas meja.
Malam itu hatinya risau memikirkan perasaannya kepada Raline.
Ia benar-benar tidak menyangka, perasaannya dengan Raline benar adanya. Ia sedang jatuh cinta, dan tak ingin kehilangan gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
NAHHHHHH PERLAHAN PERLAHAN, STEP BY STEP, DO'A IBU RALINE MULAI TRIJABAH..
2022-09-02
0
Kadek Diah
dan pada akhirnya Carolina jadi pelakor🤣🤣
2021-03-15
1
Azkayra
asyikkkk Fandy bucin duluan
2021-02-28
1