Raline terbangun dari tidur nya. Ia menatap langit-langit kamar yang bercat abu-abu itu. Lalu ia melihat ke arah jendela, terlihat langit begitu cerah di pagi hari itu. Ia mencoba bangun dan duduk di atas ranjang yang terasa sangat nyaman baginya.
Raline menyapukan pandangannya ke seluruh isi kamar. Ia pun terperanjat karena kamar itu terasa asing bagi nya.
"Ini bukan kamar gue..!"
Gumam nya.
Raline langsung mengecek sekujur tubuh nya, Ia mendapati dirinya yang sudah berganti pakaian dengan kemeja milik seorang pria. Kemeja itu sangat besar di tubuh nya. Sehingga kemeja itu mampu menutupi tubuh nya sampai setengah paha.
Raline mulai panik, ia mengecek seprai yang terbentang di atas spring bed yang nyaman itu. Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan. Ia pun mulai merasa lega.
Kamar itu terlihat sangat luas, nuansa maskulin terlihat sangat jelas di kamar itu. Sudah dipastikan itu adalah kamar seorang lelaki. Tetapi lelaki mana? dirinya pun tidak mengingat itu semua.
Kini ia mulai merasa bodoh. Raline mencari pakaian nya kesana kemari, tetapi tidak ia temukan. Raline hanya melihat sepatu high heels dan tas nya saja yang tergeletak manis di atas meja.
Raline memberanikan diri untuk keluar dari kamar itu. Baru saja ia akan menuju pintu kamar, seorang lelaki keluar dari dalam kamar mandi di dalam kamar tersebut.
"Good morning"
Sapa lelaki yang hanya mengenakan sebuah handuk yang terlilit di pinggang nya yang ramping. Otot-otot terlihat dengan jelas terbentuk kokoh di perut lelaki itu
"Si...siapa kamu!"
Tanya Raline dengan panik.
"Gue cowok yang lu ajak nikah semalam"
Ucap lelaki itu cuek sambil menggunakan celana dalam nya dari balik handuk. Raline dengan refleks langsung menutup kedua matanya.
"Kamu tidak macam-macam kan sama aku..!"
Tanya Raline masih dengan kedua matanya yang terpejam.
Lelaki itu pun menghampiri Raline hingga tubuh nya tidak ada jarak lagi dengan Raline.
"Menurut kamu?"
Tanya lelaki itu dengan ekspresi yang menyebalkan.
"Ini yang gantiin baju siapa!"
Tanya Raline dengan kesal.
"Asisten ku"
Jawab lelaki itu dengan cuek sambil menggunakan celana santainya.
"Beneran kamu gak melakukan hal yang tidak-tidak kepadaku kan!"
Raline melotot kepada lelaki itu.
Fandy yang sedang mengeringkan rambut nya, menatap Raline dengan malas.
"Kalau mau kurang ajar jangan sama orang mabuk yang sudah memuntahkan isi perutnya ke kemeja ku. Gampang, tinggal bayar cewek lalu tidur deh. Ngapain sama orang mabuk yang cuma bisa ngoceh-ngoceh kesal karena di tanyain Kapan Nikah?"
Sindiran lelaki itu sukses membuat Raline terdiam. Ia mulai mengingat kejadian tadi malam, ia telah mengotori kemeja mahal milik lelaki itu di lantai dansa club. Raline menepuk dahinya dengan pelan. Lalu bergumam dengan tidak jelas.
"Jadi nikah gak?"
Tanya lelaki itu dengan wajah yang terlihat konyol.
"Kamu siapa sih?"
Tanya Raline dengan salah tingkah.
"Nanti saja cerita nya, kamu mandi dulu.
Itu rambut mu terkena muntah semalam, hoekk bau..!"
Lelaki itu pun menutup hidung nya saat lewat di hadapan Raline.
"Oh iya, baju sama daleman kamu sudah di cuci asisten ku. Tetapi, belum kering. Pilih saja salah satu kemeja yang ada di lemari ku untuk kamu pakai sementara"
Perintah lelaki itu sambil menutup pintu kamar nya.
Raline terdiam, lalu ia beranjak menuju jendela kamar tersebut. Ia melihat kearah luar jendela, untuk memastikan dirinya sedang berada dimana. Raline sedang berada di lantai dua sebuah rumah yang sangat besar. Tidak ingin membuang-buang waktu, Raline menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri nya.
Setelah Raline mandi, ia keluar dari kamar mandi dengan mengintip terlebih dahulu kedalam kamar, untuk memastikan apakah lelaki itu berada disana atau tidak.
Setelah ia memastikan tidak ada lelaki itu, ia pun melangkah keluar dari kamar mandi. Lalu dengan tergesa-gesa, ia membuka lemari pakaian milik lelaki itu.
Raline tertegun saat melihat koleksi kemeja lelaki itu. Hampir semua nya bermerk dan selera lelaki itu cukup bagus. Sepertinya dia bukan lah lelaki sembarangan yang tidak jelas pekerjaan nya.
Raline tersenyum saat melihat sebuah kemeja berwarna putih bersih yang dirasanya mampu untuk menutupi tubuh nya dengan baik.
Lalu ia meraih kemeja tersebut dan menggunakan nya dengan cepat.
Rambut nya ia biarkan terbungkus handuk kecil untuk mengeringkan rambut nya yang basah.
Dengan perlahan Raline memberanikan dirinya untuk keluar dari kamar itu dan menemui sang pemilik rumah.
Raline menuruni satu persatu anak tangga dirumah itu untuk menuju lantai bawah.
Setelah di bawah, ia melihat lelaki itu sedang duduk menunggu dirinya dengan segelas kopi di hadapan nya.
"Hei.. kita ada di mana?"
Tanya Raline tanpa basa basi.
Lelaki itu menoleh dengan malas, lalu memandang Raline dari atas sampai bawah kaki Raline yang tidak menggunakan alas kaki. Lalu ia kembali lagi menatap mata Raline.
"Boleh juga"
Cuma itu yang di ucapkan lelaki itu sambil tertawa kecil.
"Hei.. jawab, aku ada dimana?"
Tanya Raline lagi.
Lelaki itu menghela napas nya lalu menyuruh Raline untuk duduk di depan nya. Raline pun mengikuti perintah lelaki itu dan duduk di hadapan lelaki itu.
"Nama ku Fandy, nama kamu siapa?"
Tanya lelaki itu sambil menatap Raline dengan tatapan yang tak bisa Raline artikan.
"Ra.... Raline"
Jawab Raline dengan rasa takut.
"Nama yang bagus, pekerjaan? alamat? anak keberapa? nama orang tua dan hobby?"
Tanya lelaki itu dengan bertubi-tubi.
"Aku lagi tidak sedang di data oleh petugas sensus kan?"
Tanya Raline dengan kesal.
"Kamu mau nikah sama aku kan?"
Ucap lelaki itu dengan tatapan matanya yang serius.
"HAH...? orang g*l*"
Umpat Raline sambil menatap tajam kepada lelaki itu.
Lelaki itu pun tertawa terbahak-bahak melihat ekpresi Raline.
"Serius ini, jadi apa enggak? kalau jadi kita bisa bikin perjanjian tertulis."
Ucap lelaki itu sambil meraih gelas kopi dihadapannya.
"Maksudnya?"
Tanya Raline tak mengerti.
"Gini loh, aku kan lagi nyari istri, tetapi hanya istri bohongan saja. Aku tau kok rasanya di tanyain kapan nikah terus. Kalau kamu mau, kita bisa saling bantu"
Raline terdiam mendengar penjelasan lelaki itu.
"Saling bantu gimana nih?"
Tanya Raline beberapa saat kemudian, dengan wajah yang serius.
"Begini, Papaku lagi sakit-sakitan. Nah, dia mau memberikan perusahaan nya kepada ku. Papaku ini ingin sekali melihat ku menikah sebelum ia meninggal dunia. Jadi, aku bingung di tanyakan kapan menikah terus dan bingung mencari calon istri yang cocok di mata Papa. nah kamu seperti nya masuk kategori calon istri seperti yang Papa mau"
Terang Fandy kepada Raline.
"Memangnya kamu tidak mempunyai kekasih?"
Tanya Raline penasaran.
"Kekasih sih ada, dia kebetulan lagi di luar Negeri. Namanya Carolina, Carolina dan aku bukan penganut menikah. Ia tidak suka terjerat di dalam pernikahan, Begitu pun aku. Jadi, kalau kamu mau, kita menikah dengan perjanjian kita akan bercerai bila Papaku meninggal nanti. Dan satu lagi, kita tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing. Bila kamu bertemu dengan lelaki lain, silahkan saja, begitu juga aku. Bila Carolina datang, kamu tidak boleh melarang nya atau memusuhinya. Karena, pernikahan ini atas persetujuan nya"
Raline terdiam mendengar semua perkataan lelaki itu.
"Oh iya, satu lagi, jangan pernah ada perasaan saling memiliki dan tidak ada sentuhan fisik. Bagaimana? bila kamu setuju, kita akan proses perjanjian nya. Dengan catatan tidak ada imbalan apa pun, kita hanya saling menolong. Tetapi, selama kamu jadi istriku, semua kebutuhan mu akan aku penuhi"
Ucap lelaki itu sambil menatap Raline dengan seksama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
pernikahan kok di buat maenan
2021-09-01
2
Hamida Anggraeni
wah menang banyak raline gak ada hubungan fisik .
2021-05-28
2
Muh. Yahya Adiputra
wahhh,pake perjanjian pranikah ya thor,,
entar lama2 juga fandi bucin.
2021-04-03
2