15

'Pi, Anya sangat menderita, Anya sangat membutuhkan papi. Tapi kenapa papi nggak pernah ada? apa papi lupa pada anak papi sendiri'

Lagi-lagi bulir bening itu mengalir di sudut mata Anya. Entah kenapa saat ini dia sangat membutuhkan papinya.

Tak lama kemudian bik Sumi sudah kembali keruangan nya. Dan dia sangat terkejut saat melihat nona mudanya itu sudah sadar.

"Non Anya sudah sadar??" tanyanya dengan senyum gembira.

Anya langsung menyeka air matanya lalu mengangguk pelan sambil memaksakan senyuman di bibirnya.

"Lo, non kok nangis sih??" tanya bik Sumi sambil menatap iba kepada Anya.

"Aku tiba-tiba ingat papi bik.." ucap Anya lirih.

"Non sabar ya, besok papi non pasti akan datang ke sini.." ucap bik Sumi menenangkan Anya.

Tak lama kemudian dua orang suster datang menjemput Anya untuk dipindahkan ke ruang rawatan.

"Mbak, kita akan pindahkan mbak ke ruang perawatan ya.." ucap suster itu ramah.

Anya pun menganggukkan kepalanya.

Kini Anya sudah berada di ruang perawatan, dan Adit pun masih setia menungguinya di sana. Karena jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Adit pun meminta ibunya untuk segera pulang dan beristirahat di rumah.

"Bu, sebaiknya ibu pulang aja ya dan istirahat di rumah, biar aku yang jagain Anya.."

"Tapi nak, ibu ingin di sini menemani non Anya ."

"Bu, Anya itu udah baik-baik aja sekarang. Jadi ibu tidak perlu khawatir lagi. Lagian aku nggak mau ibu sakit.."

Akhirnya bik Sumi pun menuruti perkataan Adit, karena jika dia sampai sakit siapa nantinya yang akan merawat nona mudanya itu. "ya udah kalau gitu ibu akan pulang.."

"Non, non nggak apa-apa kan bibik tinggal? Adit akan menjaga non di sini.."

"Iya bik, nggak apa-apa. Bibik pulang aja.."

"Ya udah non, cepat sembuh ya. Besok bibik akan ke sini lagi.."

Bik Sumi kini telah pulang ke rumah. Kini tinggallah Adit yang akan menjaga Anya. Namun dia hanya sibuk dengan ponselnya, entah apa yang dia lakukan.

"Mas.." panggil Anya.

"Iya kenapa??" jawab Adit tanpa menoleh.

"Apakah setelah keluar dari rumah sakit ini aku akan kembali di penjara??" tanya Anya sambil menatap Adit.

Adit hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Anya karena dia sedang sibuk berbalas chat dengan Ayu. Calon istrinya itu sedang merajuk karna dia tidak datang ke rumahnya apalagi sekarang adalah malam minggu.

'Iiihh mas Adit nyebelin banget sih, gua selalu di cuekin. Apa susahnya sih menjawab pertanyaan gua'

Anya langsung membaringkan tubuhnya ke kiri dan membelakangi Adit.

"Mas yang kemaren gimana kabarnya ya, dia udah cabut laporannya apa belum ya? gua nggak mau balik lagi ke tempat itu'

Tak lama kemudian Adit keluar dari ruangan karna Ayu menelponnya. Dia tidak ingin menganggu istirahat Anya. Di saat lagi sibuk menelpon, tiba-tiba Adit mendengar ada orang yang membicarakan Anya.

"Dasar Soni brengs*k..! Kenapa sih dia pake ngirimin foto acara tunangan Niko segala ke grup wa kelas kita? kalau Anya liat gimana??" kesal Adel.

Soni adalah sepupu jauhnya Niko. Kebetulan keluarga Soni juga di undang di malam pertunangan Niko dan Audry.

"Tau tuh si Soni, dia sengaja kali pengen manas-manasin Anya. Gua nggak nyangka Niko benar-benar tunangan ama tu cewek. Katanya cinta mati ma Anya, nyatanya? dia malah tunangan ma cewek lain. Dasar bre****k.." umpat Meysa.

Kini Adit mulai mengerti masalah yang di hadapi Anya hingga berakhir seperti ini.

Setelah sampai di depan room Crystal 403, Meysa dan Adel pun menghentikan langkahnya. "Kayaknya ini deh ruangan tempat Anya di rawat, Crystal 403.." ucap Adel.

"Iya.. ayo masuk.." ajak Meysa.

Adel langsung menarik handle pintu dan membukanya perlahan. Ketika pintu terbuka Meysa dan Adel langsung melihat Anya yang sedang terbaring. Segera mereka masuk dan menghamoiri Anya.

"Nyaakk.."

Anya sangat terkejut melihat kedatangan sahabat-sahabatnya itu. "Meysa, Adel.. kok kalian bisa ada di sini??" tanya Anya sambil mencoba bangun.

Adel dan Meysa langsung membantu Anya bangun, kemudian langsung memeluknya. "Anyaak, kok bisa gini sih?" Meysa dan Adel menangis terisak.

"Kita udah capek nyariin lo kemana-mana tau nggak? kita khawatir banget ama lo. Hp lo juga nggak bisa di hubungi dari kemaren. Untung aja tadi ketemu bik Sumi. Jadi bik Sumi yang kasih tau ke kita lo di rawat di rumah sakit.."

"Makasih ya, karna kalian udah khawatir dan peduli ama gua. Tapi tolong lepasin gua dulu, karna gua sesak nafas lo peluk kayak gini. Gua takut ntar balik lagi ke Icu.."

"Haaa?? lo masuk ICU? emang separah itu??" tanya Meysa terkejut.

"Nggak tau juga sih..! Katanya gua koma.."

"Koma..?? Gimana ceritanya? lagian kok lo bisa kecelakaan sih?" tanya Meysa lagi.

"Ceritanya panjang Mey.."

Di saat mereka lagi asyik mengobrol tiba-tiba Meysa mendapat telpon dari Rendi.

"Ehh bentar ya, Rendy nelpon.." ucap Meysa.

"Iya sayang.."

"Kamu di mana sih??" tanya Rendi dari ujung sana.

Meysa langsung melirik Anya, namun dengan cepat Anya memberi kode supaya Meysa tidak cerita tentang dirinya ke Rendi. Karena Rendi adalah sahabat Niko, Anya tidak ingin Niko tau jika dia sedang di rawat di rumah sakit.

"Aku lagi di kosan Adel.." jawab Meysa berbohong.

"Buruan ke sini, aku tunggu. Atau aku jemput kamu tempat Adel ya?"

"Nggak usah sayang, kan udah aku bilang tadi kalau aku bakal berangkat bareng Adel. Jadi kamu tunggu aja di Club. Vano udah di sana kan sayang??"

"Udah.. makanya cepetan..!"

"Iya.. ya.. nggak sabaran amat sih..?"ucap Meysa.

Lalu Meysa pun menutup telponnya. Sementara Anya tampak terdiam. Terlihat jelas raut kesedihan di wajahnya. Karena biasanya dia juga akan pergi bersama Niko. Tapi kini Niko mungkin sudah tunangan dengan orang lain.

"Nyak, lo sabar ya?? kita pasti bakal selalu ada buat lo.." ucap Adel sambil memeluk Anya.

Anya pun mengangguk. Lagi-lagi bulir bening itu mengalir dari sudut matanya.

"Nyak, lo jangan nangis dong. Kita juga ikutan sedih ni.." ujar Meysa sambil ikut memeluk Anya.

Di saat mereka lagi berpelukan tiba-tiba Adit masuk keruangan itu.

"Ehemmm.."

Meysa dan Adel pun melepas pelukannya dan menoleh ke sumber suara itu.

"Kak Adit..??" Meysa sangat terkejut dengan kedatangan Adit. Padahal Adit sudah lama berdiri di depan pintu dan mendengar semua ucapan mereka.

Adit hanya tersenyum tipis.

"Jadi kak Adit yang jaga lo di sini? " bisik Meysa.

"Iya.." jawab Anya singkat.

Tak lama kemudian ponsel Meysa berdering lagi. Meysa tampak kesal, karena Rendi terus menelponnya.

"Mey, Del, sebaiknya kalian pergi aja, karena Rendi dan Vano sudah menunggu.." ucap Anya. Anya bisa melihat sahabatnya yang sudah pada gelisah.

"Ya udah kalau gitu kita pergi dulu ya Nyak, lo cepat sembuh. Besok kita pasti ke sini lagi.." ucap Adel.

"Eemmm.." Anya pun mengangguk.

Kemudian Adel dan Meysa pun meninggalkan ruangan itu. Setelah kepergian sahabatnya itu, Anya kembali membaringkan tubuhnya. Saat ini dia benar-benar sedih karena tidak bisa lagi seperti biasanya, sampai akhirnya dia tertidur.

Jam 2 pagi tiba-tiba Anya terbangun dan dia tidak melihat Adit di sana. Anya pun merasa takut berada di ruangan itu sendirian. Lalu dia mencoba untuk berdiri, dan berjalan perlahan untuk mencari Adit. Ketika Anya ingin membuka pintu ruangan itu, tiba-tiba saja dia mendengar suara laki-laki yang sangat di kenalnya.

"Menikahlah dengan Anya.." ucap laki-laki itu.

Seketika Anya menghentikan langkahnya dan badannya pun terasa lemah hingga hampir terjatuh.

*****

Terpopuler

Comments

Bidari Maulida

Bidari Maulida

cerita nya bagus ☺☺

2024-04-06

0

Umi Nabila

Umi Nabila

sudah diulang" bacanya ngakk pernah bosen👍

2022-11-18

1

Erma Wahyuni

Erma Wahyuni

pasti papi anya

2022-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!