14

Berbagai peralatan medis sudah terpasang di badan Anya. Kening Anya yang luka kemaren juga sudah di perban.

Dari tadi Adit hanya mondar mandir seperti setrikaan di depan pintu masuk ruangan Icu, terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya. Padahal selama ini dia tidak pernah peduli dengan Anya, bahkan dia sama sekali tidak menyukai gadis itu. Karna baginya Anya adalah gadis nakal yang suka clubbing dan keluyuran nggak jelas. Tapi ketika melihat Anya terbaring lemah dengan alat bantu pernapasan di mulutnya, dia menjadi sangat kasian. Apalagi tak ada satupun keluarga yang mendampingi gadis itu.

Bima juga masih setia menemani Adit di rumah sakit, dia tampak begitu murung. Walau baru mengenal Anya, tapi Bima merasa sudah sangat dekat dengan Anya. Baginya Anya adalah gadis yang baik dan ceria. Seketika Bima langsung teringat kejadian waktu di kuburan. Waktu itu Anya meminta maminya untuk menunggu. Mungkinkah Anya benar-benar akan pergi?? pertanyaan itu selalu menghantui pikiran Bima.

"Dit, apa lo udah ngabari keluarga Anya?" tanya Bima memecah kesunyian.

"Gua nggak tau nomor hp nya Bim. Oh ya gua lupa, kalau gua belom ngabari ibu..."

Adit pun segera mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, lalu menekan no ibunya. Tak lama kemudian terdengar suara dari ujung sana.

"Gimana nak? apa udah ada kabar tentang non Anya?" tanya ibunya dengan suara serak. Mungkin habis nangis karena memikirkan Anya.

"Udah bu, Anya sekarang berada di rumah sakit. Anya pingsan dan belum sadarkan diri dari tadi pagi.."

"Ya Allah non Anya.." bik Sumi menangis sejadinya.

"Bu, ibu tenang ya. Anya nggak apa-apa kok.." ujar Adit menenangkan ibunya.

"Ibu harus ke rumah sakit sekarang.." ucap bik Sumi sambil memutuskan sambungan telponnya.

Tak lama kemudian bik Sumi pun sampai di rumah sakit dengan menaiki taksi online. Ternyata Adit sudah menunggunya di depan lobby utama. Lalu Adit membawa ibunya menuju ke ruang Icu tempat dimana Anya di rawat.

"Non Anya, kenapa jadi begini non??" ucap bik Sumi sambil meraba kening Anya yang di perban. Air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi. "Non Anya bangun, jangan bikin bibik khawatir.."

Bima sampai menitikkan air mata melihat pemandangan yang ada di depannya.

"Bu, sudah.. Anya nggak apa-apa kok.." Adit masih mencoba menenangkan ibunya.

"Nggak apa-apa gimana nak? jika non Anya tidak ada apa-apanya nggak mungkin non Anya di rawat di Icu kayak gini.."

"Bu, aku ingin bicara. Ayo kita keluar sebentar.." ajak Adit.

Bik Sumi mengikuti Adit keluar ruangan.

"Bu, apa ibu sudah menghubungi pak Danu??" tanya Adit.

"Udah nak, tapi nomor hp tuan Danu tidak bisa di hubungi. Tapi ibu sudah menghubungi Rio asistennya tuan Danu, katanya tuan Danu sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar Negri. Mungkin akan kembali seminggu lagi.." ucap bik Sumi.

"Ya ampun bu, kasian Anya kalau gitu. Dia pasti sangat membutuhkan sosok ayahnya di saat seperti ini.." ujar Adit.

"Ibu sudah meminta Rio untuk memberitahu keadaan non Anya pada tuan.."

"Ya udah bu, kalau gitu aku sama Bima balik ke kantor dulu ya. Nanti aku balik lagi kesini.."

Adit tidak ingin memberitahu ibunya jika Anya habis di tahan di sel tahanan. Karna dia tidak mau ibunya semakin khawatir.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Adit kembali ke rumah sakit dengan membawa tas Anya. Ternyata ibunya sudah tertidur di kursi samping ranjang Anya. Adit pun membangunkan ibunya.

"Bu, bangun.." ucapnya sambil menggoyangkan bahu ibunya pelan.

Ibu Sumi langsung membuka matanya. "Kamu udah datang nak?"

"Udah bu.. Sebaiknya ibu makan dulu ya. Ibu pasti belum makan dari tadi. Biar aku yang jagain Anya.."

"Tapi ibu tidak nafsu makan nak.."

"Bu, nanti ibu sakit lo. Ini udah jam 3 sore bu. Kalau ibu sakit siapa yang mengurus Anya??" tanya Adit.

Akhirnya bik Sumi pun menuruti perkataan Adit.

"Ya udah kalau gitu ibu makan dulu ya, kamu jangan tinggalin non Anya.."

"Baik bu, Aku akan menjaga Anya di sini.." ujar Adit sambil tersenyum.

Bik Sumi lalu menuju ke kantin rumah sakit untuk makan siang.

##

Anya yang sudah berjalan sangat jauh merasa kelelahan dan tidak mampu lagi untuk melangkahkan kakinya. Akhirnya dia memilih istirahat dan duduk di tepi sungai yang sejuk serta pemandangan yang begitu indah yang tidak pernah di lihatnya sebelumnya.

"Aku dimana ni??" tanyanya sambil mengamati pemandangan indah yang ada di sekitarnya.

Hingga tak lama kemudian dia melihat sosok maminya yang muncul dari kejauhan. Maminya terlihat begitu cantik dengan memakai pakaian serba putih. Dia menampilkan senyum manisnya dan melambaikan tangan pada Anya.

"Mami..??" ucap Anya sambil berdiri dari duduknya.

Kemudian mami Anya segera mendekat dan memeluknya dengan erat.

"Mi, Anya kangen bangat sama mami. Mami kenapa ninggalin Anya mi??" Anya terisak di pelukan maminya.

Namun maminya hanya diam sambil menepuk punggung putrinya dengan lembut.

"Mami nggak sayang ya sama Anya??"

"Anya sayang, mami sayaaang banget sama Anya.." ujarnya sambil membelai rambut Anya.

"Tapi kenapa mami ninggalin Anya?? Anya nggak bisa jauh dari mami, Anya sangat membutuhkan mami. Mami tolong bawa Anya pergi ya..." ucap Anya terisak.

"Nak, belum saatnya mami membawamu pergi. Karna papi sangat membutuhkanmu nak.."

"Mi, papi itu nggak sayang sama Anya mi, papi jahat. Papi meninggalkan Anya sendiri, dan dia selalu marahin Anya setiap kali pulang kerumah. Anya benci sama papi mi..."

"Nak, papi itu sangat menyayangimu. Itu dia sudah datang menjemputmu.." ujar mami Anya sambil menunjuk ke arah papi Danu yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Anya pun menoleh di lihatnya papinya membentangkan kedua tangannya sambil tersenyum tulus padanya. Senyuman yang sudah lama tidak di lihatnya.

"Mami harus pergi sekarang.."

"Tidak mi, mami nggak boleh pergi. Anya nggak mau ikut papi.." ujar Anya sambil menggelengkan kepalanya.

Mami Anya semakin menjauh meninggalkannya.

"Tidak mi, jangan tinggalkan Anya.." teriak Anya sambil mengulurkan tangannya.

Namun maminya hanya tersenyum dan semakin menjauh hingga tak terlihat lagi. Anya pun menangis sejadinya.

##

Adit sedang duduk di kursi sebelah ranjang Anya. Matanya seakan tak berkedip memandang wajah Anya yang masih belum sadarkan diri. Namun tiba-tiba dia melihat air mata Anya yang menetes di sudut matanya.

"Nya, kamu udah sadar??" tanya Adit sambil menggenggam tangan Anya.

Perlahan Anya mulai membuka matanya. Seketika matanya nanar melihat sekeliling ruangan itu seolah mencari sosok seseorang namun tidak di temukannya. "Aku dimana??" tanyanya lirih.

"Kamu lagi di rumah sakit. Aku panggil dokter dulu ya.." ucap Adit dengan raut wajah bahagia.

Tak lama kemudian dokter pun langsung datang memeriksa keadaan Anya.

"Syukurlah pasien sudah melewati masa kritisnya. Nanti akan kita pindahkan ke ruang rawat.." ujar dokter.

"Terima kasih dok.." ucap Adit.

"Sama-sama.. Anda begitu perhatian dengan pacar anda.." goda dokter itu.

Adit hanya tersenyum mendengar ucapan dokter itu.

*****

jangan lupa di kasih like ya biar author lebih semangat lagi😁😁

Terpopuler

Comments

Santi Simbage

Santi Simbage

sedih Thor sampe nangis.

2021-10-23

1

Lina Budi

Lina Budi

😭😭😭😭😭😭😭😭😭 ky aku sendiri sebtng kara

2021-10-08

1

Dwi Tugas L N

Dwi Tugas L N

Bu

2021-10-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!