Episode 16

.

.

Hening. Begitulah yang dapat digambarkan untuk suasana malam ini. Hanya kesunyian yang menemani kesendirian Naya di balkon kamar.

Sejujurnya ia menunggu kepulangan suaminya. Karena sudah hampir jam 10 malam, namun suaminya masih belum muncul.

Ia mendesah lelah. Ia butuh sandaran saat ini, namun sepertinya suaminya tak menyadari hal itu. Atau mungkin Faizan memang tak peduli.

Naya rapuh saat ini. Ia sangat merasa kehilangan disebabkan Alma yang sudah kembali kepada keluarganya. Biasanya anak itu akan memintanya untuk menemani belajar atau menunggunya sampai tertidur.

Tapi, kini ia hanya sendiri. Benar-benar sendiri. Bi Ani sudah pulang sore tadi karena hari ini ia pulang lebih cepat.

Sesaat terlihat kilatan di langit. Sepertinya akan turun hujan malam ini. Naya melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 10 tepat.

Ia pun memutuskan untuk masuk ke kamar dan menutup pintu balkon serta jendela yang masih tersingkap. Ia terdiam sesaat sebelum menarik gagang jendela dan menatap ke arah halaman.

"hufft.. Kayaknya kamu emang nggak peduli sama aku ya, mas." Gumamnya lirih.

Tak terasa kini setetes bulir bening telah menetes di pipinya. Hatinya semakin sesak menahan perih yang ia rasakan.

Ia kemudian memilih tidur daripada menunggu suaminya yang entah kapan akan pulang.

.

.

Di sebuah retoran yang masih ramai pengunjung terlihat beberapa orang yang tengah berbincang serius. Sepertinya mengenai pekerjaan. Karena mereka memakai seragam kantoran.

Yah, Mereka adalah Faizan, Rifan dan klien mereka yang tengah melakukan melaksanakan meeting. Sebenarnya ini adalah meeting dadakan yang diadakan Faizan karena ia harus ke luar kota besok pagi. Karena itu meetingnya ia majukan yang sebenarnya harus dilaksanakan besok jam 2 siang.

"baik. Bagaimana pak Asril?" Tanya Faizan yang baru selesai menjelaskan materi.

"Ya, saya setuju dengan pendapat yang pak Faizan sampaikan."

"oke. Kalau begitu kerja sama kita deal?" tanya Faizan lagi.

Lelaki yang ia sebut Asril itu mengangguk setuju. Mereka lalu berjabat tangan sebagai tanda sahnya kerja sama mereka.

Asril melihat jam tangannya sesaat. " wah, nggak berasa ya sudah jam 10 saja pak. Sepertinya saya mau pamit lebih dulu ya, pak Faizan. Karena istri saya pastu sudah menunggu di rumah." Kata Asril diiringi kekehan.

Faizan yang awalnya ikut terkekeh tersentak menyadari satu hal. Naya. Apa istrinya itu juga menunggunya di rumah?

Oh astaga. Ia baru ingat kalau Naya tidak sedang dalam keadaan yang baik. Pasti istrinya itu tengah kesepian.

"kalau begitu, Saya permisi ya pak Faizan, pak Rifan." Pamitnya lagi.

"ya, pak Asril." jawab Rifan dan Faizan hampir bersamaan.

Setelah kepergian Asril, Rifan menyadari kekosongan tatapan bosnya. Ia pun menyahuti Faizan yang malah tak ditanggapi lelaki itu.

"Pak. Bos.." Rifan mengernyit heran.

"Pak. Bapak......" Panggil Rifan lagi yang sedikit meninggikan suaranya.

Faizan pun tersentak. "eh. Iya. Kenapa, Fan?" tanyanya.

"Kita nggak pulang, nih, pak?" tanya Rifan dengan ekspresinya yang menurut Faizan menyebalkan.

Lelaki itu seperti sedang meledeki atasannya itu.

"ya, pulang lah. Ckk.. Ayo. Ngapain lagi disini?" ucap Faizan datar.

Rifan hanya menuruti saja. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah bosnya itu.

"Dasar bos datar gengsi akut."

Butuh setengah jam bagi Faizan untuk sampai ke rumahnya. Sesampai di halaman, ia melihat lampu ruang depan yang sudah padam. Ia pun menghela napasnya. Pasti Naya sudah tidur.

Ia pun langsung memasukkan mobil ke garasi dan memasuki rumah. Setelahnya ia menuju kamar.

"ckk. Udah tidur pasti." gumamnya.

Saat memasuki kamar, ia melihat Naya yang sudah tertidur berbaring miring menghadap pintu. Entah kenapa, timbul keinginan Faizan untuk mendekatinya. Ia berjongkok agar bisa melihat wajah damai Naya yang tertidur lebih dekat.

Faizan mengernyit tatkala melihat bekas lelehan air mata di pipi Naya yang sepertinya baru mengering. Ia merasa bersalah karena sudah mengabaikan istrinya.

"maafin aku, Nay. Maafin aku. Aku sayang sama kamu, tapi rasa sakit itu masih terasa sampai sekarang." Gumamnya yang kemudian mengecup kening Naya singkat.

Kemudian ia beranjak dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah. Baru setelah itu ia menyusul sang istri untuk masuk ke alam mimpi.

.

.

Pagi menjelang tatkala Faizan terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke samping kanannya, tak ada istrinya. Ia pun melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah 6 pagi.

Faizan mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia belum memberitahu Naya kalau hari ini dirinya akan berangkat ke luar kota.

Dengan malas Faizan melangkah ke kamar mandi. Ia harus segera bersiap-siap agar tak ketinggalan pesawat. Selesai bersiap, Faizan menuju ke ruang makan untuk sarapan. Benar saja, Naya terlihat sedang menata makanan di meja makan dibantu Bi Ani.

Faizan menatap Naya. Namun, gadis itu tetap fokus pada pekerjaannya tanpa mau melihat ke arah Faizan sedikitpun. Bi Ani yang menyadari bahwa Naya sedang mengacuhkan Faizan hanya bisa mendesah pasrah.

"Silahkan sarapan, den." Ujar Bi Ani memecahkan keheningan diantara mereka.

"hmm, iya bi. Makasih, bi."

Faizan duduk di salah satu kursi yang biasa ia tempati saat sarapan. Kemudian, Naya ikut duduk di depan Faizan masih dengan wajah datarnya. Keheningan kembali menyelimuti mereka tatkala mereka mulai memakan sarapan masing-masing.

Namun, Faizan merasa tak nyaman dengan sikap istrinya saat ini. Biasanya Naya pasti akan berbicara apapun padanya, setidaknya menanyakan makanan yang mana yang ingin dirinya makan. Tapi, kini gadis itu tak berbicara sedikitpun.

Faizan pun jengah dengan sikap Naya. Dengan wajah kesal ia menghempaskan sendok dari tanganny ke piring begitu saja yang membuat Naya berhenti mengunyah. Hanya sesaat, gadis itu kembali melanjutkan makannya.

Sebenarnya ia terkejut karena suara sendok dengan piring yang beradu keras. Namun, ia berusaha mengendalikan keterkejutannya hingga Faizan tiba-tiba memukul meja makan.

"Kamu kenapa, hah??" tanya Faizan dengan suara meninggi dan wajah yang terlihat sangat kesal.

Naya beralih menatapnya. Ia dapat melihat dengan jelas kemarahan yang terpancar di wajah lelaki yang tak lain adalah suaminya itu. Naya tak menjawab pertanyaan Faizan. Ia malah mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Faizan mendorong piring makannya tadi dengan kencang dan berlalu begitu saja meninggalkan Naya yang masih terdiam di meja makan.

"apa kamu nggak ada niat buat nanya keadaan aku gimana saat ini, mas? Dan kamu emang nggak pernah bisa ngontrol emosi. Aku nggak yakin bisa bertahan."

Bulir bening mengalir begitu saja di pipi Naya. Sakit. Itulah yang ia rasakan saat ini melihat sikap Faizan yang selalu emosi. Dari dulu ia melihat Faizan tak pernah mencoba untuk mengerti dirinya.

Naya menangis di meja makan yang disaksikan Bi Ani. Wanita paruh baya itu hanya menatap prihatin majikannya yang terlihat menyedihkan. Ia mencoba mendekati Naya.

"mbak Naya. Sabar ya, mbak." hanya itu yang keluar dari bibir Bi Ani.

Tiba-tiba terdengar bel berbunyi. Bi Ani pun segera membukakan pintu, dengan tergopoh-gopoh menuju ruang tamu.

"eh, Ibuk... Silahkan masuk, buk." Ucap Bi Ani sopan.

"iya, makasih bi. Naya ada, bi?"

"ada buk, baru aja sarapan."

"Ya udah. Saya masuk dulu, bi."

"iya, buk." Bi Ani menghembuskan napas panjang.

"Semoga aja, Bu Fara nggak liat mbak Naya lagi nangis." Harap Bi Ani membatin.

Ya, yang datang adalah mertua Naya yang tak lain adalah ibu Faizan. Wanita paruh baya itu menghampiri Naya yang masih berada di meja makan. Saat memasuki ruang makan, Naya ternyata tengah membereskan peralatan makan yang berserakan, termasuk piring yang dibuat berantakan oleh Faizan tadi.

"Mama??" Ujar Naya sedikit terkejut akan kedatangan ibu mertuanya.

"pagi, sayang.." Bu Fara memeluknya.

"pagi, Mah. Mama sama siapa kesini?" Tanya Naya.

"Mama sendiri. Udah lama mama nggak kesini. Kangen banget loh sama kamu dan Alma."

Seketika raut wajah Naya berubah sendu membuat Bu Fara kebingungan. Naya juga menunduk.

"Alma,, Alma udah kembali sama keluarganya, Mah." Kata Naya yang membuat Bu Fara terdiam tak percaya.

"maksud kamu?" Tanya Bu Fara.

"ternyata keluarga Alma masih ada. Dan mereka juga ternyata kenal sama Mas Faizan. Om nya Alma itu kliennya Mas Faizan. Mereka udah nyari Alma selama 3 tahun ini, mah dan sekarang mereka udah nemuin Alma dan ambil alih hak asuh Alma." Naya menjelaskan dengan mata berkaca-kaca.

Sedetik kemudian ia tak kuasa lagi menahan bulir bening yang hendak keluar dari matanya itu. Bu Fara melihat ketidakrelaan di mata Naya. Ia meyakini kalau menantunya yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri itu sangat menyayangi Alma.

Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa. Toh setiap orang berhak menentukan kebahagiaannya. Tapi, bukan berarti ia harus mengorbankan kebahagiaan orang lain demi menantunya.

Ia pun menarik Naya ke dalam pelukannya. Dengan penuh kasih sayang ia mengelus punggung Naya, memberikan kekuatan.

"kamu yang sabar ya, sayang. Mungkin Alma memang harus kembali kekeluarganya. Dan nanti kalian juga pasti akan punya anak sendiri."

"aku nggak yakin, mah. Tapi, semoga aja harapan mama terwujud." Batin Naya masih terisak.

.

.

Sudah 3 hari berlalu. Dan Faizan sudah kembali bekerja ke kantornya. Seperti biasa, keadaan masih sama. Ia dan saang istri masih saling diam. Meski siang setelah ia sampai di penginapan, Mamanya menelfon dan mengomelinya karena ke luar kota tak mengabarkan sang istri.

Di kantor, Faizan duduk melamun di salah satu meja kantin. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu sampai ia terkejut karena keempat lelaki yang sering bersamanya itu datang mengagetkannya.

"woiii...." teriak Gilang dan Lian hampir bersamaan.

"ckkkk.. Apaan, sih. Ganggu aja tau, nggak." dumelnya.

Gilang terkekeh melihat sahabatnya yang sepertinya tengah galau.

"ciee elah. Galau nih, ya." Sahut Gilang.

"kenapa lo, Zan?" tanya Rio.

Faizan mendesah malas. Ia menatap satu-persatu orang-orang di depannya.

"Nggak papa." jawab Faizan acuh dan tak bersemangat.

Faizan memandang ke berbagai arah. Apa mungkin ia harus mengatakan permasalahannya dengan istrinya. Mungkin saja keempat sahabatnya itu bisa memberi solusi.

"Gue yakin, nih. Pasti masalahnya sama Bu istri ya, bos." tebak Rifan yang dibalas tatapan tajam oleh Faizan. Sementara Rifan hanya menyengir.

"bener, Zan?" kali ini Lian yang bertanya.

Lian hanya ingin memastikan apakah benar masalah Faizan adalah dengan Naya atau bukan. Karena, jika ia tentu saja dirinya juga akan terkena imbasnya juga. Bumil di rumah pasti akan menyemprotnya dengan omelan pedas karena Faizan bertengkar dengan Naya lagi.

"Lo semua ngapain, sih kesini?" Faizan mulai kesal.

"Ya, gue sih cuma pengen nongkrong aja disini. Kapan lagi coba, kita bisa gangguin waktu lo ngehalu." kata Gilang yang memang suka membuat kesal.

"kalo gue sih, ikut mereka bos." Rifan berujar. "ya, mumpung lagi jam istirahat."

"Oke. Jadi, lo masih nggak mau cerita apa yang sedang lo pikirin nih, Zan? Ya, udah sih. Kalau ntar lo butuh solusi, gue juga nggak bakal peduli. Susah amat cuma mau tau lo lagi ada masalah apa." Lian mencoba memancing Faizan.

Akhirnya lelaki 25 tahun itu mendesah lelah mendengar perkataan sahabatnya yang mengandung pemaksaan.

"Rifan bener. Masalah gue ya emang Naya. Dan kalian tau kan, masalah gue itu selalu sama Naya dan tentang Naya." Faizan menjelaskan dengan wajah nada yang terdengar putus asa.

"mau sampai kapan, Zan?" Rio menatap Faizan penuh tanya.

Mereka sudah mulai jengah melihat sikap sahabat mereka yang masib saja keras kepala. Apa sebenci itu Faizan pada Naya?"

"gue nggak tau. Gue nggak tau sampai kapan bakal kayak gini. Di satu sisi gue gak tenang kalau harus diamin Naya, tapi gue juga masih sakit hati."

"Harusnya dulu lo nggak usah nikahin dia dulu, Zan. Sekarang lihat, kan. Apa yang terjadi? Lo cuma nyakitin dia, Zan." Lian mencoba memberi pengertian pads Faizan.

Faizan mulai gusar. Ia mengusap wajahnya kasar. Apa yang dikatakan Lian memang benar. Seharusnya ia tak menikah dengan Naya. Dengan begitu, Naya tak akan menangis seperti apa yang dilakukan gadis itu semenjak menikah dengannya.

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Nasi sudah menjadi bubur.

.

.

Episodes
1 Prolog
2 episode 1
3 Episode 2
4 Episode 3
5 Episode 4
6 Episode 5
7 Episode 6
8 Episode 7
9 Episode 8
10 Episode 9
11 Episode 10
12 Episode 11
13 Episode 12
14 Episode 13
15 Episode 14
16 Episode 15
17 Episode 16
18 Episode 17
19 Episode 18
20 Episode 19
21 Episode 20
22 Episode 21
23 Episode 22
24 Episode 23
25 Episode 24
26 Episode 25
27 Episode 26
28 Episode 27
29 Episode 28
30 Episode 29
31 Episode 30
32 Episode 31
33 Episode 32.
34 Episode 33
35 Episode 34
36 Episode 35
37 Episode 36
38 Episode 37
39 Episode 38
40 ........
41 Episode 39
42 Episode 40
43 Episode 41
44 Episode 42
45 Episode 43
46 Episode 44
47 Episode 45
48 Episode 46
49 Episode 47
50 Episode 48
51 Episode 49
52 Episode 50
53 Episode 51.
54 Episode 52
55 Episode 53
56 Episode 54
57 Episode 55
58 Episode 56
59 Episode 57
60 Episode 58
61 Episode 59
62 Episode 60
63 Episode 61
64 Episode 62
65 Episode 63
66 Episode 64
67 Episode 65
68 Episode 66
69 Episode 67
70 Episode 68
71 Episode 69
72 Episode 70
73 Episode 71
74 Episode 72
75 episode 73
76 Episode 74
77 Episode 75
78 Episode 76
79 Episode 77
80 Episode 78
81 Episode 79
82 Episode 80
83 Episode 81
84 Episode 82
85 Episode 83
86 Episode 84
87 Episode 85
88 Episode 86
89 Episode 87 (End)
90 Hallo
91 II - 1
92 II - 2
93 II - 3
94 II - 4
95 II - 5
96 II - 6
97 II - 7
98 II - 8
99 II - 9
100 II - 10
101 II - 11
102 II - 12
103 II - 13
104 II -14
105 II - 15
106 II - 16
107 II - 17
108 II - 18
109 II - 19
110 II - 20
111 II - 21
112 II - 22
113 II - 23
114 II - 24
115 II - 25
116 II - 26
117 II -27
118 II - 28
119 II - 29
120 II - 30
121 II - 31
122 II - 32
123 II - 33
124 II -34
125 II - 35
126 II - 36
127 II - 37
128 II - 38
129 II - 39
130 II - 40
131 II - 41
132 II - 42
133 II - 43
134 II - 44
135 II - 45
136 II - 46
137 II - 47
138 II - 48
139 II - 49
140 II - 50
141 II - 51
142 II - 52
143 II - 53
144 II - 54
145 II - 55
146 II - 56
147 II - 57
148 II - 58
149 II - 59
150 II - 60
151 II - 61
152 II - 62
153 II - 63
154 II - 64
155 II - 65
156 II - 66
157 II - 67
158 II - 68
159 II - 69
160 II - 70
161 II - 71
162 II - 72
163 II - 73
164 II - 74
165 II - 75
166 II - 76
167 II - 77
168 II - 78
169 II - 79
170 II - 80
171 II - 81
172 II - 82
173 II - 83
174 II - 84
175 II - 85
176 II - 86
177 II - 87
178 II - 88
179 II - 89
180 II - 90
181 II - 91
182 II - 92
183 II - 93
184 II - 94
Episodes

Updated 184 Episodes

1
Prolog
2
episode 1
3
Episode 2
4
Episode 3
5
Episode 4
6
Episode 5
7
Episode 6
8
Episode 7
9
Episode 8
10
Episode 9
11
Episode 10
12
Episode 11
13
Episode 12
14
Episode 13
15
Episode 14
16
Episode 15
17
Episode 16
18
Episode 17
19
Episode 18
20
Episode 19
21
Episode 20
22
Episode 21
23
Episode 22
24
Episode 23
25
Episode 24
26
Episode 25
27
Episode 26
28
Episode 27
29
Episode 28
30
Episode 29
31
Episode 30
32
Episode 31
33
Episode 32.
34
Episode 33
35
Episode 34
36
Episode 35
37
Episode 36
38
Episode 37
39
Episode 38
40
........
41
Episode 39
42
Episode 40
43
Episode 41
44
Episode 42
45
Episode 43
46
Episode 44
47
Episode 45
48
Episode 46
49
Episode 47
50
Episode 48
51
Episode 49
52
Episode 50
53
Episode 51.
54
Episode 52
55
Episode 53
56
Episode 54
57
Episode 55
58
Episode 56
59
Episode 57
60
Episode 58
61
Episode 59
62
Episode 60
63
Episode 61
64
Episode 62
65
Episode 63
66
Episode 64
67
Episode 65
68
Episode 66
69
Episode 67
70
Episode 68
71
Episode 69
72
Episode 70
73
Episode 71
74
Episode 72
75
episode 73
76
Episode 74
77
Episode 75
78
Episode 76
79
Episode 77
80
Episode 78
81
Episode 79
82
Episode 80
83
Episode 81
84
Episode 82
85
Episode 83
86
Episode 84
87
Episode 85
88
Episode 86
89
Episode 87 (End)
90
Hallo
91
II - 1
92
II - 2
93
II - 3
94
II - 4
95
II - 5
96
II - 6
97
II - 7
98
II - 8
99
II - 9
100
II - 10
101
II - 11
102
II - 12
103
II - 13
104
II -14
105
II - 15
106
II - 16
107
II - 17
108
II - 18
109
II - 19
110
II - 20
111
II - 21
112
II - 22
113
II - 23
114
II - 24
115
II - 25
116
II - 26
117
II -27
118
II - 28
119
II - 29
120
II - 30
121
II - 31
122
II - 32
123
II - 33
124
II -34
125
II - 35
126
II - 36
127
II - 37
128
II - 38
129
II - 39
130
II - 40
131
II - 41
132
II - 42
133
II - 43
134
II - 44
135
II - 45
136
II - 46
137
II - 47
138
II - 48
139
II - 49
140
II - 50
141
II - 51
142
II - 52
143
II - 53
144
II - 54
145
II - 55
146
II - 56
147
II - 57
148
II - 58
149
II - 59
150
II - 60
151
II - 61
152
II - 62
153
II - 63
154
II - 64
155
II - 65
156
II - 66
157
II - 67
158
II - 68
159
II - 69
160
II - 70
161
II - 71
162
II - 72
163
II - 73
164
II - 74
165
II - 75
166
II - 76
167
II - 77
168
II - 78
169
II - 79
170
II - 80
171
II - 81
172
II - 82
173
II - 83
174
II - 84
175
II - 85
176
II - 86
177
II - 87
178
II - 88
179
II - 89
180
II - 90
181
II - 91
182
II - 92
183
II - 93
184
II - 94

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!